Perkara Kesiangan

14 2 0
                                    

"Bu, Langit kemana? Belum bangun dia?" Ucap bang Dya yang kebetulan baru selesai mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu, Langit kemana? Belum bangun dia?" Ucap bang Dya yang kebetulan baru selesai mandi. Sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, bang Dya berjalan mendekat dapur dimana sang Ibu sedang menyiapkan sarapan mereka.

"Belum. Sana bangunin bang. Udah jam enam masa belum bangun tuh bujang." Pinta Ibu sambil sibuk memotong bawang.

"Siap." Jawab bang Dya dengan sangat semangat, langsung diambilnya langkah lebar menuju kamar Langit.

"Akur-akur kalian." Teriak Ibu, khawatir kesunyian pagi menjadi kacau karena ulah kedua anak laki-lakinya.

Setelah berada di depan pintu kamar Langit, bang Dya siap-siap mengeluarkan jurus suara merdunya. "Good Morn -woi Langit! Anjir, ini kamar apa kandang kebo?" nada awal yang ia persiapkan benar-benar ia telan kembali ketika melihat kehancuran kamar adiknya ini. Berbeda dengan kamarnya yang sangat tersusun rapih.

Melihat Langit masih bersemayam hangat didalam selimutnya, bang Dya dengan tega menendangnya agar cepat sadar dari mimpi indahnya. Tendangan yang tidak sungguh-sungguh bang Dya layangkan kepada Langit itu berhasil membuat Langit jatuh dari kasurnya.

"Apaan sih Bang? Masih subuh ngajak gelud mulu!"

"Bangun anak kebo! Astaga. Subuh dari mana? Udah jam setengah tujuh, lo mau kesiangan sekolah?"

Tak menggubris kata-kata bernada tinggi dari sang abang, Langit masih nyaman dengan selimutnya walaupun sudah beralaskan lantai.

"Langit belum bangun, bang?"
Mendengar suara sang Ibu yang sudah memasuki ruangan kamar Langit, bang Dya langsung merengek kesal karena kelakuan adiknya satu ini.

"Kebo emang tuh manusia. Ibu aja yang bangunin. Dya mau siap-siap ke kampus dulu." Tanpa berlama-lama keberadaan bang Dya langsung menghilang dari kamar Langit.

"Ya ampun Langit. Bangun! Anak bujang jam segini masih aja selimutan! Kaga malu tuh sama Helen? Dia udah nungguin kamu di ruang tamu."

Mendengar nama Helen keluar dari mulut Ibu, seketika kesadaran Langit-pun langsung kembali. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh kurang sepuluh menit. Abangnya memang sedikit berbohong tentang bilangan jamnya, namun abangnya tidak berbohong bahwa kini Langit benar-benar akan kesiangan.

"Haduh bu, kepala Langit sakit banget ini. Bilang Helen, 10 menit lagi Langit turun." Ujar Langit yang sudah mengubah posisinya menjadi duduk dengan tangan yang setia memijat kepalanya.

"Semalem kamu gak mabok-mabokan 'kan di rumah Jeffin?" tanya Ibu yang sontak membuat kedua mata Langit membulat.

"Ya gak lah, bu. Ya ampun, anak polos kaya Langit ini mana mungkin mabok-mabokan. Lagian pikiran Ibu absurd banget pagi-pagi ah!"

"Ya kali. Soalnya Ibu liat di drakor, kalo orang bangunnya kesiangan terus kepalanya pusing, pasti malemnya dia abis mabok-mabokan."

Langit membuang nafas berat, tak percaya dengan kalimat Ibunya barusan. Seorang Ibu tega menuduh anaknya mabok-mabokan karena asumsinya tentang drama korea.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sky with Rain | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang