Bagian 3

1 0 0
                                    

Sudah lupa bagaimana rasanya mencintai dan menjadi orang yang paling dicintai. Mungkin karena sudah terlalu lama asik sendiri, bahkan tak pernah memikirkan hati apalagi perasaan. Rasa kesepian ini terkadang membunuhku, rasanya ingin mencari yang baru namun bayangan masa lalu selalu menghantuiku.. ahh bukan trauma hanya saja mungkin hatiku belum siap jika sewaktu-waktu kejadian itu terulang kembali.
Kata orang cinta semasa SMA itu paling sulit dilupakan, kata orang juga cinta semasa kuliah itu paling indah. Lantas bagaimana denganku jika selama sekolah dan kuliah hanya berkutat dengan buku-buku dan mojok di perpustakaan. 

Ting..
Tanda pintu Rumah makan terbuka ..
Mody yang tengah fokus mengetik teralihkan sekian detik namun kembali fokus. 
Bukannya fokus, Mody memejamkan matanya dan menajamkan indra penciumannya .. tenang itulah yang dia rasakan saat wangi vanilla masuk ke indra penciumannya .. itu adalah wangi parfum favoritenya. Ia mengedarkan pandangan, dan terfokus pada laki-laki yang tengah menikmati sarapan pagi dengan telefon yang menempel di telinganya.

Mody mengetuk mejanya tiga kali dengan jari telunjuknya dan menaruh secarik kertas di meja laki-laki tersebut yang dijawab dengan anggukan dan senyuman darinya, mungkin karena dia tengah fokus dengan seseorang yang tengah ditelfonnya.

Beberapa menit kemudian, laki-laki tersebut mengembalikan secarik kertas dengan sebotol parfum apple blossom vanilla ..

"Ini parfum yang saya pakai, barangkali kamu mau mencobanya"

Mody penasaran dan menyemprotkan parfum tersebut di pergelangan tangannya dan menikmati wanginya yang begitu menenangkan.
Ia menoleh dan mendapati laki-laki tersebut yang kini tengah beranjak ke kasir untuk membayar makanannya. Segera Mody menghampirinya ..

"Thank's parfumnya" sambil mengembalikan botol parfumnya ..

Ia mengangguk dan tersenyum lalu meninggalkan Mody yang masih terpesona dengan senyumnya ..

Getar Handphone yang Ia pegang menyadarkannya ..

Reza's calling ..
"......" omel Reza

"Ishh.. iya iya ini baru selesai sarapan, otewe ke situ"

"....."

"Iya ihh bawel amat kaya emak-emak .. heran deh" .. menutup telfon

"Nasi sama sayur soup, mendoannya 3 sama teh manisnya satu .. jadi berapa Bu?"

"Ngga usah bayar neng"

"Lohh.. ko gitu Bu?"

"Sudah dibayarkan sama laki-laki yang duduk di situ neng tadi"

"Haahh ko bisa .. " heran Mody

"Ini Masnya tadi nitip ini buat neng" ibu kasih tersebut memberikan secarik kertas ..

"Duhh jadi ngrepotin ibu .. kalau gitu saya duluan yah Bu.. terimakasih makannya"

"Sama-sama neng .. jangan bosen makan di sini yah"

"Iya Bu.. mari"

***

Tulus - hati-hati di jalan
mengalun merdu di ruangan kerja Mody .. bersyukur pekerjaan yang dulu sempat diidam-idamkan kini jadi kenyataan, ahh mungkin karena belum ada pekerjaan yang mau menerimanya selain menjadi editor dan designer cover buku di sebuah percetakan.

Ruangan tenang dan damai, menggunakan komputer, tidak banyak tuntutan dan bekerja dengan santai namun pendapatan lumayan.

"Kertas apaan ini Mod?"
Belum sempat tangan Sarah menyentuh kertas tersebut Mody segera mengambil dan menaruhnya di belakang hardcase HPnya 

"Idihh idiihh.. sok sokan diumpetin segala"

"Berisik ihh .. lagi konsentrasi nih, ganggu aja deh. Kerja sana ke apa ngapa.. keluyuran mulu perasaan"

"Ishh sok ngatur-ngatur lo .. gue mau keluar nih, mau nitip ngga?"

"Boba 1 deh .. pakai uang kamu tapi .. hehe"

"Yee.. tau pake duit gue mending ngga usah gue tawarin tadi"

"Ngga usah pelit-pelit ngapa ishh .. ntar kuburan lo sempit loh"

"Sempet-sempetnya ngancem .. yang ada juga tiap kuburan itu sempit ondol"

"Udah ish sana pergi .. huss huss. Pekerjaan gue jadi ngga kelar-kelar nih .. "

"Yaudah dadah beb .. jangan kangen"
kiss by Sarah

"Jibang .. ehh wait. Keluar sama siapa lo? Tumben?"

"Rahasia dong" ucap Sarah sambil mengerlingkan mata ..

"Bocah edan.. pintunya di tutup oyy"
Dengan watadosnya Sarah membuka pintu ruang kerja Mody lebar-lebar yang membuat sang empunya makin gusar..

"Sarahh.. ihh ngeselin banget sih lo" ..

"Ngapa sih Mod, ngomel-ngomel mulu dari tadi .. " ucap Reza yang melintas depan ruang kerja Mody

"Itu temen kamu tuh.. sarap kali belum sarapan"

"Gitu-gitu juga temen kamu kan .. "

"Idihh.. ogah banget punya temen gitu"

"Oh iya.. desain cover bukunya Tania sama Silva dah jadi?"

"Dikit lagi tinggal rapiin nih"

"Ngga lupakan kamu buat tiap judul buku itu 2 opsi? terus kamu kirim ke penulisnya kira-kira yang fiks mau yang mana .. kalau udah fiks segera kamu hubungi Tim percetakan untuk diproses"

"Iya iya bos .. ngga lupa ko"

"Siip.. good luck. Nihh sambil ngopi, aku bikin dua tadi ya walaupun tak seenak kopi racikanmu"

Mody memandang Reza heran dengan kerutan di dahinya.. bau bau ada maunya nih

"Ngga usah natap gitu dan ngga usah suudzon dulu.. "

"Ko tau?"

"Iyalah orang kamu suudzonan mulu jadi orang"

"Ishh .. udah gih sana keluar, katanya pekerjaanku yang paling ngaret. Ngga ngaret gimana kalau digangguin mulu dari tadi"

"Iya sayang iya"

"Sayang-sayang pala lo peyang.. "

"Dihh galak amat .. pantes jomblo terus"

"Ngga ada hubungannya bambang.. ishh"

"Reza yah bukan Bambang"

"Lo pernah lihat sepatu nyangkut di wajah belum.. hmm?"

"Ihh ngeri .. iya iya keluar ini"

###

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moody WritersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang