GAP | kardigan rajut

495 76 47
                                    

Mobil yang dikendarai Heechul sudah terparkir di parkiran khusus staff, namun dia tak berniat untuk mematikan mesin dan membuka pintu. Matanya melirik tajam adik perempuan yang lebih muda sepuluh tahun darinya yang saat ini sedang melepaskan safety belt dari badannya.

"Abang dengar, MTK kamu remed lagi?" tembakan Heechul langsung membuat Seulgi meringis.

"Pak Taehyung cepu lagi?" tebak Seulgi dengan wajah sedikit kecewa, namun sedetik kemudian dia langsung mesem-mesem. "Perhatian banget sih sampai lapor ke Abang segala."

Heechul menghela napas jengah. "Abang heran sama kamu."

"Kenapa?"

"Kamu seriusan suka sama Taehyung atau cuma bercanda?"

"Menurut Abang?"

"Abang nggak tahu, makanya nanya." Heechul sedikit sedikit menekan kalimatnya. "Tapi kalo kamu cuma bercanda, mending udahan."

"Kenapa?"

"Dia mulai risih sama bercandaan kamu." Heechul menatap Seulgi lekat. "Kalau Abang jadi dia juga pasti bakalan risih, setiap dua minggu sekali dilamar sama murid sendiri."

Seulgi terkekeh. "Emang siapa yang mau ngelamar?"

"Kamu." Heechul kembali menekan suaranya. "Bilang mau jadi istrinya, emang itu namanya bukan ngelamar?"

Seulgi menggeleng. "Bukan, maksudku, emangnya siapa yang mau ngelamar Abang?"

Heechul langsung melotot, sempat-sempatnya dijahili oleh adiknya sendiri. "Heh! Jangan sembarangan ya! Gini-gini banyak tahu yang ngantri!"

"Ngantri apaan? Sembako?" Seulgi semakin mengejek abangnya. "Abang bukan Pak Taehyung, jadi aku nggak percaya kalo ada yang mau sama Abang."

Guru Fisika itu mendengus kesal. "Emang apa sih yang kamu lihat dari dia?"

"Well...," Seulgi mengeluarkan sepuluh jarinya, siap mendaftarkan semua hal yang dia kagumi dari Guru Matematika-nya itu. "Pak Taehyung pintar, rapih, bersih, wangi, tinggi, ganteng, badannya atletis, walaupun jutek tapi senyumnya manis, tsundere, calon suami aku."

"Dia seumuran Abang, Seulgi!" Heechul seolah tak setuju. "Laki-laki kaku itu sepuluh tahun lebih tua dari kamu!"

"Bang, Abang mungkin belum pernah mendengar kalimat ini." Seulgi menepuk pundak Heechul, menatapnya dengan wajah sok serius yang membuat abangnya itu berusaha sekuat hati untuk tidak menampolnya. "Umur itu cuma angka."

"Raisa sama Hamish Daud juga beda sepuluh tahun." Seulgi menambahkan. "Tapi langgeng aja sampai punya anak."

"Kamu bukan Raisa." Heechul menyingkirkan tangan adiknya.

"Tapi cantiknya aku nggak kalah sama Raisa."

"Iya, terserah." Heechul mematikan mesin mobilnya, kemudian kembali menoleh pada Seulgi sambil menadahkan tangan. "Sini bekal Abang."

Seulgi meraih ranselnya, tangannya sudah bersiap membuka resleting, namun sekelebat ide di kepalanya memaksanya untuk berhenti.

"Minta sama Pak Taehyung aja ya!" seru Seulgi sambil menggendong tasnya dan buru-buru turun dari mobil.

Heechul melotot kesal. "Hei! Kang Seulgi!"

"Dasar!" Dengusnya sambil menggelengkan kepala. "Ada aja modusnya!"

—G A P—

Seulgi bergegas menuju kelasnya yang berada di dekat kantin dengan harapan Taehyung berada di dekat sana. Seulgi tahu karena memperhatikannya setiap hari melakukan rutinitas ini, maka dari itu dia yakin dengan dugaannya bahwa laki-laki itu pasti ada di kantin.

vseul short storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang