iii | MR. KTH

520 67 36
                                    

⚠️🔞🌚

Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya malam ini, Seulgi beranjak dari kampusnya untuk pergi ke kafe baru di depan halte yang salah satu mejanya sudah dipesan sejak jauh-jauh hari oleh temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya malam ini, Seulgi beranjak dari kampusnya untuk pergi ke kafe baru di depan halte yang salah satu mejanya sudah dipesan sejak jauh-jauh hari oleh temannya.

"Atas nama KTH." itu yang diucapkan Seulgi sebelum akhirnya seorang waitress mengantarkannya ke meja yang berada di tengah-tengah ruangan. Di atas meja itu terdapat kertas yang bertuliskan 'reserved by Mr. KTH'

Seulgi duduk di meja itu, dan langsung memesan makanan. Motto hidup Seulgi adalah makan nomor satu, menunggu nomor terakhir. Seulgi yakin Kang Taehee selaku sahabat karib sekaligus sepupunya itu pasti sudah mengerti dengan sikapnya.

Kafe ini menjual banyak makanan manis, dan kebetulan Seulgi suka sekali dengan makanan manis. Maka Seulgi memutuskan untuk memesan satu cake pelangi utuh untuk dia makan sendirian selagi menunggu kedatangan temannya.

Kebayang kan gimana seorang cewek berpakaian serba hitam berwajah dingin makan cake utuh warna-warni sendirian?

Sambil makan, Seulgi sempatin mengirim pesan untuk Taehee.

Kang Seul: udh di sini dari tadi

Heeya: udh deket nih, tadi lupa naro maskara di mana ehehe

Kang Seul: gercep

Heeya: iya iya, lo pesen aja dulu makan. Nanti gue yang bayar

Kang Seul: sorry, haram bagi keluarga gue nerima hal-hal semacam itu

Heeya: tai, emg gue bukan keluarga lo?

Seulgi letakin hapenya di atas meja, terus lanjut makan. Tapi karena merasakan ada yang aneh, dia mendongakkan kepalanya dan langsung bertatapan dengan seorang laki-laki yang entah sejak kapan sudah duduk di hadapannya.

Laki-laki itu memperhatikan Seulgi dengan tangan yang terlipat di depan dada. Dia mengenakan setelan serba hitam dengan kemeja yang pas di badan sehingga membuat otot lengan dan dada yang lumayan terbentuk samar-samar terlihat di balik kain itu. Laki-laki itu memiliki bahu dan punggung yang lebar serta badan yang cukup tinggi sehingga Seulgi harus mendengak lagi untuk bisa melihat mukanya.

Garis rahang yang seperti mata pisau, seulas senyum miring di bibir, hidung mancung sempurna, dan sepasang mata bulat berwarna gelap yang menatap Seulgi tepat di mata. Tak ketinggalan rambutnya yang ditata sedemikian rupa sampai kening mulusnya terekspos. Dia terlihat lebih berumur dari Seulgi, mungkin tujuh atau delapan tahun lebih tua.

"Siapa?"

Laki-laki itu tak menjawab, dia cuma memberikan smirk pada Seulgi. Kemudian tanpa mengatakan apapun, tangannya bergerak meraih ponsel Seulgi yang tergeletak di atas meja.

vseul short storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang