Chapter 4

1.6K 175 3
                                    

"Hey! Donghyuck-ah! Apa yang kau lakukan?!"

"Apa!" Donghyuck balik bertanya.

Perempuan itu, Dongsook berdiri sambil berkacak pinggang. Menatap saudaranya galak. Sedangkan dipojok ruangan ada Haechan yang sedang bermain game dengan tenang, tanpa memperdulikan sekitar termasuk perdebatan kedua kembarannya.

"Lihat! Kau yang merusaknya lagi, 'kan?" Perempuan itu menujukkan poster miliknya yang hampir terbelah menjadi dua.

"Oh, ya aku yang melakukan. Tapi aku tidak sengaja, sungguh!" Sanggah Donghyuck cepat. Anak itu bahkan tersenyum polos. Astaga, rasanya Dongsook ingin menghajar Donghyuck sekarang juga. Tapi dia ingat, dimana dirinya sekarang berada.

"Aku tidak mau tahu, ganti posterku secepatnya!"

Donghyuck menghela nafas beratnya. "Baiklah-baiklah," putus Donghyuck, membuat Dongsook yang tadi menatapnya dengan aura kemusuhan berganti dengan Dongsook yang menatapnya dengan mata berbinar-binar.

"Kenapa aku harus mempunyai kembaran seperti dia sih?" Keluh Donghyuck dalam batinnya

Haechan yang sedari tadi memainkan game di pojok ruangan pun berdiri, lelaki manis berniat pergi meninggalkan kamarnya untuk menemui seseorang. Mereka berdua yang sadar sontak memberhentikan Haechan.

"Mau kemana?" Tanya Donghyuck penasaran.

"Benar, kau ingin kemana malam-malam begini Haechan?"

"Menemui Dery hyung," jawab Haechan senang. Matanya berbinar-binar.

"Untuk apa?"

"Aku tidak tahu Dongsookie, dia memintaku untuk menemuinya. Katanya Dery hyung sudah ada dibawah. Jika kau ingin menemuinya, ke bawah saja," jelas Haechan.

Dongsookie mengangguk, "Aku akan menyusul nanti."

"Oke, aku ke bawah dulu."

Dengan tergesa-gesa, Haechan membukakan pintu dan disambut penampakan seorang lelaki tampan.

"Dery hyung!" Panggil Haechan semangat.

Lelaki yang dipanggil Haechan tersenyum gemas. Hendery, merentangkan tangannya meminta lelaki manis dihadapannya segera memeluknya. Dengan senang hati Haechan memeluk sepupunya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya.

"Haechanie merindukan hyung ya?"

Haechan mengangguk lucu, "Tentu. Chanie sangatt.. sangattt merindukan hyung."

"Dimana yang lainnya?"

"Mereka berdua sedang di kamar. Papa sepertinya di kamar juga. Papa tadi baru pulang dari kantor. Kalau Mae sedang memasak untuk makan malam."

"Tidak ingin mengajak hyung masuk? Apa Haechanie sadar jika udara semakin dingin?" Hendery bertanya dan Haechan menyengir lalu mengajak untuk masuk.

Dilihatnya kembaran perempuannya sedang membantu Ten menyiapkan makan malam.

"Loh Hendery? Kapan sampai disini, kenapa tidak mengabari Mae?" Tanya Ten pada keponakannya.

"Barusan Mae, sekalian nginep disini."

"Baguslah, kalau begitu tunggu saja di meja makan ya? Nah, Haechan kamu panggil Papa dan Donghyuck."

"Siap, Mae!" Jawab keduanya sama-sama.

Hendery dan Haechan berjalan bersamaan hingga tepat di meja makan, hendery berhenti dan duduk disana. Haechan sendiri, ia naik ke atas untuk memanggil Papanya dan Donghyuck.

Setelah selesai memanggil kedua orang itu, Haechan turun kebawah dan disusul Papa dan kembarannya. Mereka semua duduk, mengambil makanan dan memakannya dengan tenang. Sesekali dari mereka ada yang berbagi lelucon konyol membuat tertawa orang didalam. Makan malam itu terasa sangat menghangatkan seperti biasanya.

•••

Pagi ini Haechan sudah ada disekolah. Kedua kembarannya yang lain sudah jalan duluan, entah memencar kemana. Karena tidak melihat-lihat jalan tanpa sengaja lelaki manis itu terbelit dengan kakinya sendiri menyebabkan dirinya terjatuh kesakitan.

"Awh!"

Haechan meringis pelan kemudian menghela nafasnya dan berusaha bangkit lagi. Berjalan sedang pelan sambil melirik-lirik sekitar, syukurnya karena loronng tersebut tidak ramai seperti biasanya dan tidak ada yang menyadari dengan tingkahnya tadi.

Saat ingin membelok arah, seseoramg menepuk pelan pundaknya.

"Mama!" Teriak Haechan sambil memegangi dadanya yang berdetak begitu kencang saking kagetnya.

"Eh- sorry," kata orang yang tadi menepuk pundaknya.

Haechan berbalik untuk mengetahui siapa orang itu. "Jeno, ya?"

Jeno tersenyum hingga matanya turut tersenyum. "Hai? Kok sendirian, mana Donghyuck sama Dongsook?"

"Mereka jalan duluan tadi. Kenapa Jen?"

"Mau kekelas bareng? Lagipula kelas kita sebelahan, kan?" Tawar Jeno. Haechan menyetujui tawaran pemuda bermata sipit itu. Mereka berjalan bersama menuju kelas masing-masing.

"Chan, pul-"

"Haechan!" Seorang perempuan berteriak memotong perkataan Jeno, membuat pemuda itu mendengus kesal.

"Yeri? Baru sampai?"

"Iya nih. Untung saja aku tidak terlambat, huh!"

"Hahaha, kalau begitu ayo masuk," ajak Haechan. Yeri menggeleng, "Kau duluan saja. Aku ingin berbicara sebentar dengan Jeno."

"Baiklah, aku masuk duluan ya Jeno, Yeri."

Sesudahnya Haechan masuk ke dalam kelas. Yeri mengalihkan tatapannya kepada pemuda bermata sipit itu. "Jen, pulang nanti kau ada waktu kosong?"

"Ya, niatnya aku ingi-"

"Oke! Nanti temani aku berbelanja sesuatu ya, Jen? Please!" Mohon perempuan itu membuat Jeno mengernyit heran.

"Tap-"

Dan lagi-lagi perempuan itu memotong perkataannya. "Baiklah."

"Terima kasih Jeno! Aku masuk duluan ya? Bye!"

Setelah perempuan itu masuk, Jeno memasang wajah dingin yang bahkan tidak pernah ia perlihatkan sebelumnya. Memandang pintu kelas itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia pergi ke kelasnya sebelum memasang kembali wajah ramahnya dan menyapa beberapa murid yang sudah ada di kelasnya.


Tbc

Next cerita mau ngapain?

Seo Triplets | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang