TERPAKSA

21 3 2
                                    

Mora duduk di dalam kamar sambil menatap langit-langit kamar yang ia hiasi dengan lampu berbentuk bintang. Bintang selalu membuatnya tenang seolah sedang Bersama ibunya , sejak kecil Mora selalu bercerita dengan Ibunya di halaman rumah sambil menatap bintang-bintang di langit setidaknya hal ini bisa membantu mengurangi kerinduanya.

"Permisi Non" karena terlalu asik melamun Mora sampai tidak menyadari kehadiran Bi Retno yang tengah berdiri di ambang pintu kamar dengan segelas air putih di tangannya

"Eh Bibi, masuk Bi" Mora tersenyum manis ke arah Bi Retno sambil menyibakkan rambut ke belakang telinga

"Lagi ngelamunin apa toh cah ayu?"

"Lagi kangen sama Mama Bi"

Bi Retno mendekatkan tubuhnya agar bisa membelai rambut Mora , Bi Retno sudah merawat Mora sejak ia berusia 2 tahun tentu saja Mora sudah dianggap seperti anaknya sendiri ditambah kisah pilu dimana Bi Retno divonis tidak bisa punya anak hingga suami yang meninggalkannya tanpa pamit. Baginya saat ini tidak ada yang lebih berharga daripada Mora dan Bara Ia hanya ingin menghabiskan sisa hidupnya untuk membalas seluruh kebaikan mendiang orang tua Mora.

"Non, Mama pasti sangat bangga. Non Mora tumbuh menjadi gadis cantik, baik, cerdas dan sangat kuat" Bi Retno menyentuh hidung Mora yang mancung itu dengan jari telunjuknya

"Makasih ya Bi, sudah bertahan disini sama Mora dan Bara" Mora menatap wajah Bi Retno yang sudah mulai berkerut, tanpa sadar Bi Retno sudah semakin tua , Mora sangat takut jika harus kehilangan wanita yang sudah dianggapnya sebagai Ibu itu.

"ehem, kumpul gak ngajak-ngajak gue ya " Bara pun dengan cepat merangkul bahu Mora dan Bi Retno dari belakang

"Gak boleh ada air mata, harus Bahagia, tertawa minimal 10 kali sehari dan—"

"BERPELUKAAAAAAN" ucapan bara langsung disambung oleh Mora dan Bi Retno secara bersamaan tanpa aba-aba, mereka bertigapun berpelukan dan tertawa Bersama.

"Malam yang indah " ucap Mora lirih sambil tersenyum menatap foto masa kecilnya bersama kedua orang tuanya.

=======

"Galaksi ayo bangun Nak" Galaksi terbangun dan langsung menyipitkan mata dan mengerutkan dahinya saat merasa ada cahaya terang yang menyinari wajahnya

"Maa aku libur hari ini" Galaksi Kembali menutup seluruh tubuh dan wajahnya dengan selimut.

"Justru itu Galaksi Praba, hari ini karyawan Mama mengundurkan diri, tega kamu kalau Mama ke pasar sendiri?" Wanita bertubuh proposional dengan rambut short curly berdiri tegap menyilangkan tangannya didada sambil cemberut memperhatikan Galaksi yang masih asik tidur didalam selimut.

"Andai Papamu masih hidup pasti deh se—" tambahnya karena manusia yang diajaknya berbicara tak kunjung bangun dan menyaut

"Oke Galaksi mandi dulu ya Nyonya Bianca" Galaksi langsung memotong ucapan mamanya sambil berjalan ke arah kamar mandi dengan wajah kesal.

Setibanya di Pasar Galaksi mengikuti Bianca di belakang seperti bocah SD yang terus menggandeng tangan Mamanya saat sedang asyik melihat-melihat kain di suatu toko Galaksi tanpa sengaja bertemu dan langsung bertatapan dengan Moraine.

"Ma, bentar" Galaksi langsung berlari ke arah Moraine dan Bi Retno yang terus berjalan cepat menghindarinya

"Eh tunggu" Galaksi menarik tangan Moraine dengan cepat hingga posisi Moraine tepat disebelahnya

"Gue udah yakin banget kalau Lo itu ditakdirin buat bantu Gue"

"Yuk Bi jalan lagi , gak jelas emang dia" Moraine berusaha menghindari Galaksi dan terus berjalan mengabaikan Galaksi.

Jangan panggil dia Galaksi jika ia menyerah begitu saja dengan cepat ia Kembali mensejajarkan posisi jalannya dengan Moraine lalu berbisik ditelinga Moraine yang suskses membuat Moraine menghentkan langkahnya.

"Nyokap gue lagi butuh karyawan dan Lo tau Gaji karyawan nyokap Gue berapa? 2 kali lipat gaji Lo sekarang " Moraine tiba-tiba terhenti seolah teriming-iming oleh ucapan Galaksi

"Bi, Tunggu Bara jemput di tempat Mang Adi ya Mora masih ada urusan sama cowok skizofrenia ini" Bi Retno hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala seolah memahami situasi yang ada dihadapannya.

"Permisi ya, saya duluan" Bi Retno tersenyum sambil berjalan meninggalkan mereka berdua

" Lo pasti mau kan ?" Senyum kemenangan terpancar dari wajah tampan Galaksi

"Gini Mor, Gue tau adek Lo si Bara itu ikut ekskul basket kan? dan biaya untuk beli sepatu basket itu mahal. Fix adek Lo gak bakal mampu! kena mental deh pasti kalau gak punya sepatu basket jadi Lo pasti butuh duit buat beliin dia sepatu " kali ini Galaksi sedikit mengangkat alisnya sambil berkacak pinggang menanti jawaban Moraine

"Aku sebenernya males berurusan sama Luna, tapi aku gak bisa bohong kalau aku butuh duit"

"Lo emang kenal sama dia secara personal?"

"Enggak! Jadi Gue bantunya mulai dari mana?" Moraine langsung menangkis ucapan Galaksi agar tidak membuang-buang waktu.

"Yuk ikut Gue" Galaksi menggandeng tangan Mora dan mengangkat dagu seolah memberi kode untuk berjalan dan dengan sangat terpaksa Mora mengikuti perintahnya.

"Ma kenalin ini Mora " Galaksi memulai percakapan saat posisi mereka sudah tepat di belakang Bianca

Bianca yang sedang asik memilih kainpun tergerak untuk membalikan badan dan mengulurkan tangannya  "Hai Mora"

"Hai tante" Mora membalas sapaan Bianca sambil membalas jabatan tangan Bianca

" Ma, Mora ini punya talenta yang luar biasa di usia dia sekarang dia udah jadi guru eskul di SMA Galaksi dan dia kayaknya cocok banget deh gantiin karyawan Mama di Butik" Galaksi dengan antusias memaparkan keinginannya kepada Bianca

"Emang Mora mau ? gak capek ?"

"Enggak tante, Mora justru sangat antusias untuk bekerja dengan tante" jawab Mora sambil tersenyum

"Oke kalau gitu, kita langsung ke Butik habis Mama pilih-pilih kain ya Gal" Mora memegang bahu Galaksi dengan senyum lebar di wajahnya.

"Thanks ya Gal" Moraine tersenyum lebar menggambarkan rasa senangnya akhirnya bisa mendapatkan penghasilan untuk menggaji Bi Retno 

"Lo lupa? kita simbiosis mutualisme ya Lo bantu Gue jadi Gue bantu Lo" Galaksi membalas dengan senyuman jailnya yang membuat senyuman Mora hilang seketika

 "Bedebah" Mora bergumam dalam hati sambil menatap Galaksi kesal.


Oke finally! Part 3 done sengaja aku buat agak panjang menebus keterlambatanku. Suka nggak? suka nggak? sukalah masa enggak hahaha. jangan lupa Vote dan fallaw authornya ya readers.

Love u ol.

1 M LOVE FOR MORAINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang