8

553 48 4
                                    

~kakel~














Haekal sudah sehat, dia kembali bersekolah. Dia memasuki kelasnya dan duduk di samping Juan. Juan menatap Haekal "kal, tau insiden Marka belum?" Haekal menatap Juan 
balik "hah? Kak Marka kenapa?" Juan terdiam "dia masuk rumah sakit, hampir dibunuh ama osis yang keturunan Jepang itu" Haekal terdiam "keturunan Jepang?" Juan mengangguk.

"Yuta?" Juan mengangguk, Haekal kaget, dia baru sadar "KAK MARKA MASUK RUMAH SAKIT? KAK MARKA GA SAKIT PARAH KAN JUAN, GAMAU, MAU SUSULIN KAK MARKA JUAAAANNN, MAU KE KAK MARKAAA" Angga tiba tiba menghampiri Haekal "JUAN, LO NGAPAIN NGASIH TAU KE HAEKAL?!" Juan hanya terdiam "bukannya udah waktunya Haekal tau?" Angga berdecak, dia lari menuju kelas Hendra.

Haekal tidak berhenti menangis, Hendra berusaha menelfon Marka tapi tidak ada jawaban sama sekali, Jendral juga tidak masuk sekolah hari ini "bang... Ayo susulin kak Markaa" Hendra terpaksa menelfon Tendra.

ya nak? kenapa?
"ma, Haekal udah tau insiden Marka"
jadi?
"NANGIS MAA, DIA MAU KE KANADA KARENA MARKA"
aduhh, mama udah pesanin tiket kok untuk Haekal, nanti malam berangkat
"oh... HENDRA GA DI KASIH TIKET JUGA?"
ga, yang pacaran ama Marka itu Haekal, kamu ama Nizar
"ya, kesal"

Telfon itu terputus, Hendra memberitahu Haekal bahwa sebentar malam dia akan ke Kanada sendirian, nanti akan di jemput dengan Jendral, Haekal sudah merasa tenang mendengar kata itu

~kakel~

Haekal sedang menuju bandara, dia terus menatap foto Marka, dia kembali menangis "kangen kak Markaa" Hendra berdecak "bentar lagi sampai, kangan kangen kangan kangen" Hendra tiba tiba diberi pukulan hebat dari Haekal "BACOT LO" Haekal terus menerus memukul Hendra "Haekal, jangan begitu" kata Johan "paaa, bang Hendra nakal" Tendra menghela nafasnya "kalian gausah jadi kecil lagi deh, udah SMA juga" Haekal dan Hendra pun hanya terdiam.

Tiba di bandara Kanada, Jendral menghampiri Haekal "kal, lo pucat amat, nih makan" Haekal yang tak berselera makan hanya menggelengkan kepalanya Haekal makin kesini makin berubah dah sifatnya batin Jendral "kal, kira kira kalo bang Marka ngomong dia kangen lo yang dulu gimana? Lo akan balik apa tetep ga berselera makan dan hampir pingsan tiap hari?" Pertanyaan itu membungkam Haekal "lo ga hamil kan?" Satu tamparan meluncur ke pipi Jendral yang mulus "untung untung Jaendra ga gini anying" Haekal menyilangkan kedua tangannya di dadanya "keadaan kak Marka gimana" Jendral menghela nafasnya "semenjak lo pacaran ama Marka, lo lebih pentingin Marka daripada yang lain kal" Sekali lagi, Haekal terbungkam mendengarnya.

"lo bilang makan sisa Marka aja, tau taunya Marka habisin makanannya dan lo bilang lo udah kenyang liat Marka makan, ga masuk akal. Dan lo jangan terlalu manja ke Marka, dia ga suka" Haekal hanya fokus kepada satu kata Jendral, ga suka "selama ini, Marka ga suka aku?" Jendral berdecak "bukan begitu maksudnya Haekal Sanjaya, polos banget jadi orang" Jendral menatap Haekal yang menguap "lo tidur aja, perjalanan ke rumah masih lama" Haekal pun menutup matanya.

~kakel~

"mommy?" Suara anak kecil yang kemungkinan berumur 2 tahun itu memanggil mommy nya "diam sayang, mommy masih sakit" Terdengar suara lelaki yang serak menggendong anak tunggalnya "baby mau eskrim?" Anak kecil itu mengangguk "mawu daddy !!" Lelaki itu mencubit hidung anak kecil itu pelan.

"M, Marka...." Lelaki yang bernama Marka itu menoleh ke orang yang memanggilnya "kenapa? Butuh sesuatu?" Dia menggeleng "Leon baru sembuh dari demamnya, jangan beliin macam macam" Anak kecil yang berumur 2 tahun bernama Chenleon atau dipanggil Leon itu menurunkan ujung mulutnya menggambarkan mukanya yang sedih "tapi Leyon udah ccehat mommy, Leyon nda akit agii" Dia menggelengkan kepalanya sembari mengelus rambut anaknya "jangan keras kepala seperti daddy mu" Marka hanya tertawa kecil "kan athu anak daddy, bukan anak mommy" Dia menaikkan alisnya satu "kenapa begitu?" Leon tertawa "kata daddy, daddy yyan buwat Leyon, daddy yyan tumbuhin Leyon di pewut mommy, mommy cuma hamilin Leyon doang" Dia membulatkan matanya dan menatap Marka "MARKA!" Marka hanya tertawa terbahak bahak "mommy jangan marah dong, daddy ga ceritain secara komplit kok" Dia memanyunkan mulutnya pertanda dia ngambek.

kakel (MARKHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang