“LEE JENO!” Teriakan menggelegar dari mulut Hyunjin menggema di seluruh penjuru kantor polisi. Semua orang yang ada disana, entah itu Inspektur maupun orang yang sedang mengajukan laporan sampai terkejut dibuatnya. Entahlah, sepertinya Jaksa itu sedang kesambet setan.
“Lee Jeno! Mana Jeno?!” Teriaknya lagi, seperti hendak menantang untuk tawuran.
“Maaf, Jaksa Hwang. Inspektur Lee sedang berada di ruang interogasi.” Ujar seseorang kepada Hyunjin yang kebingungan mencari keberadaan Jeno.
“Baiklah. Terimakasih.” Hyunjin segera saja melenggang pergi menuju ruangan interogasi untuk segera menemui Jeno. Saat hendak menuju ruang interogasi, Hyunjin mengumpat kesal dalam hati.
“Siapa yang Jeno interogasi? Kasus Seungmin saja belum selesai, bisa-bisanya sekarang ada kasus baru lagi.”
Sekarang ia sudah tiba di ruangan interogasi. Saat hendak masuk kedalam, ia dihadang oleh salah seorang petugas yang berjaga didepan pintu.
“Maaf, Tuan. Anda tidak bisa masuk kedalam.”
“Kenapa? Aku mau bertemu dengan Inspektur Lee.” Ujar Hyunjin, tetap memaksa petugas itu agar mengizinkannya masuk kedalam.
“Inspektur Lee sedang mewawancarai seseorang yang berhubungan dengan kasus Kim Seung Min. Ini adalah kasus yang dikhususkan, Inspektur Lee sudah memberi pesan agar tidak mengizinkan sembarang orang masuk.”
“Haishh, intinya aku mau masuk!” Hyunjin dengan nekat menerobos masuk kedalam. Saat masuk, ia mendapati Jeno tengah berbicara dengan seorang pria dengan rambut undercut berwarna semu biru. Jika dilihat-lihat, pembicaraan mereka sepertinya sangat serius.
Oh iya, Hyunjin lupa, ini kasus Kim Seungmin. Tidak heran. Justru Hyunjin senang, sebab memang seharusnya, kasus semacam ini harus dikhususkan, dalam artian, siapapun yang akan terlibat dengan kasus ini harus diinterogasi secara khusus terlebih dahulu. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penanganan kasus pada umumnya, sih.
Ngomong-ngomong, Hyunjin sekarang berada di ruangan yang berada didepan tempat interogasi. Ia bisa melihat dan mendengar sedikit-sedikit pembicaraan Jeno dan pria itu dari balik kaca yang menjadi pembatas. Tetapi karena sudah tidak sabar untuk menemui Jeno, Hyunjin segera berjalan menuju tempat dimana ada mic disana.
“Permisi, Inspektur Lee. Aku mau masuk, kesitu.” Ujarnya sembari menunjuk ruang tempat interogasi.
“Untuk?”
“Aku ingin menunjukkan sesuatu.”
“Nanti.”
“Aku maunya sekarang.”
Jeno menghela nafas, kemudian menatap malas Hyunjin. “Yasudah. Izinkan dia masuk.” Ujarnya sembari memberi isyarat pada salah seorang petugas untuk mengizinkan Hyunjin masuk kedalam. Melihat itu, Hyunjin tersenyum senang, kemudian mengikuti seorang petugas yang akan mengantarkan ia masuk.
Sesampainya didalam, pria rambut undercut itu menatap Hyunjin dengan seksama. Raut wajahnya menggambarkan bahwa ia seperti sedang mengingat-ingat sesuatu saat melihat Hyunjin.
“Tunggu. Kau... Hwang Hyunjin 'kan? Kelas MIPA 3? Penggemar berat Seungmin? Kapten basket sekolah? Yang selalu di dekati oleh si culun itu? Benar 'kan?” Cerocos nya saat Hyunjin hendak berbicara pada Jeno.
Hyunjin menatap heran padanya. Siapa sebenarnya pria itu? Bagaimana ia bisa tau banyak tentang Hyunjin?
“Siapa?”
“Apa? Aku? Aku Han Jisung.” Ujarnya mengenalkan diri. Hyunjin hanya mengangguk-angguk sebagai jawaban, kemudian kembali menatap Jeno.
“Maaf mengganggu. Tapi, tadi saat aku menggeledah rumah lama Lee Felix, aku menemukan ini.” Hyunjin mulai menunjukkan jaket yang ia bawa dari rumah Felix tadi, kemudian membuka lipatannya dan menaruhnya diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
stultus - hyunlix
Fanfic: : [ slow update ] n) stupid. Cinta itu membuatmu bodoh. Contohnya seperti Felix yang rela menyakiti orang lain demi menyelamatkan Hyunjin, yang padahal tidak menaruh kembali perasaan yang sama padanya-seperti Felix yang sangat mencintai Hyunjin-s...