CYTMTR 1

0 0 0
                                    


"Kak! Liat kunci motor gue nggak?!" seorang pria berbadan mungil, terlihat panik mencari keberadaan kunci motornya, yang semalam dia lempar dengan asal hingga sekarang keberadaannya menjadi ghaib.

" Heh! Napa lo jadi nanyain gue, bambang?!" wanita dengan rambut hitam, hidung yang bangir mancung, bibir tipis berwarna peach , mata belok, kulit kuning langsat, juga berbadan mungil, terlihat manis dengan pakaian kasual yang membalut pas di tubuhnya, muncul dengan segurat garis wajah yang kelihatan kesal setengah mati.

"Ini bentar lagi gue telat. Bantuin cari elah!" sepertinya semua tidak akan berlalu cepat, karena sepasang kakak-beradik ini saling menjawab dengan emosi yang tersulut, tidak dapat dipungkiri, di saat yang sama sang kakak sedang bingung mencari formulir organisasi kampus yang ntah ditaruhnya dimana beberapa hari yang lalu.

Ck, dua kakak beradik ini memang mirip dalam segi kecerobohan.

"Anjir! Mampus gue, bentar lagi bel masuk?!" toxic? Sepertinya sudah biasa.

"Udah, pergi aja lo!"

"Masalahnya gue berangkat pake apa?!"

"Serah lu, lah! Mau pake bus atau angkot, gue nggak peduli."

"Ck, tega banget lo kak!"

"Peduli amat!" sang kakak menjawab acuh.

"Pinjem mobil lu aja, deh."

"Pala lu! Udah nggak usah banyak cincong, pergi lu sono!" Rena mendorong adiknya ke depan pintu, dan dengan segera menutup pintu cepat.

"Huh..." kini cowok manis itu hanya bisa menghella nafas, setelah memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.

Rafian Putra Dinangga, itulah nama lengkapnya. Cowok dengan perawakan biasa saja agak menjurus ke mungil, tetapi wajah yang dianugrahi oleh Tuhan itu lebih manis dari apapun di dunia ini. Lihat saja mata belok dengan bulu mata panjang, hidung kecil nan bangir, bibir tipis, dan titik cacat di pipi kiri, membuatnya terlihat manis, oh ya! Tak lupa dengan kulit seputih kapas itu. Namun, sayangnya dia begitu introvert, itulah pandangan teman-temannya, memang sangatlah terbalik dengan sifatnya saat di rumah, mungkin sang kakak akan tertawa kencang ketika mengetahui bahwa adiknya terkenal dan identik dengan kata introvert saat di sekolah.

"Nggak Mukin, sumpah! Nggak percaya gue, hahaha..."

Kurang lebih seperti itulah reaksi yang akan ditunjukkannya nanti. Reaksi adiknya pasti hanya akan memutar bola matanya malas, mungkin.

Kini kaki itu mengarah keluar komplek, mencari angkot untuk ditumpangi. Matanya bergerak-gerak mencari keberadaan benda besi yang akan mengantarkannya ke sekolah. Tangan itu seketika bergerak malas untuk memberhentikan angkot. Lalu ia pun memasuki angkot tanpa basa-basi, dan terduduk di samping pintu, sesak memang, tapi apa boleh buat.

Angkot segera melaju. Tanpa berlama-lama ia sampai di tujuan. Dia hanya bereaksi datar ketika melihat gerbang sekolah sudah di tutup rapat, dan guru piket sedang menunggu dengan wajah yang ntah kenapa, terlihat sangat mengerikan, seakan-akan membawa aura hitam yang siap menyiksa dengan hukuman setimpal bagi siswa yang datang terlambat.

Sebenarnya Rafian bukanlah tipe anak yang suka datang terlambat, tapi ya apa boleh buat, sesekali tidak apa, bukan?

Guru itu, pak Gilang. Dengan  segera memerintah semua anak yang datang terlambat untuk pergi ke lapangan.

Rafian pov.

Telat sesekali nggak apalah. Tapi kalau berkali-kali, jangan. Kira-kira hukuman apa yang bakal di kasih pak gilang? Seingat gue, pak Gilang itu termasuk guru killer.

Ntah apa hukuman yang bakal gue dapet, satu yang gue hindarin, jangan jemur gue di tengah lapangan.

520 kata.

.
.
.

Bye, bye. ^•^

Salam manis Moyu.

Can You tell me the reason? [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang