CYTMTR 2

0 0 0
                                    

"They just know 'ME' but they don't know 'ABOUT ME' and 'THE REAL OF ME." ~NAG

Rafian pov

Hell, hukuman yang paling gue hindarin ternyata jadi pilihan Pak Gilang buat ngehukum siswa yang terlambat.

Ada lebih dari 50 siswa yang terlambat dan rata-rata bertampang brandal, kecuali gue.  Mereka cuma berdiri santai sambil bersedekap dada, cuma di sini gue berfikir ada brandal yang patuh ngejalanin hukuman, ini hal langka!

Gue udah beberapa kali nyeka keringet yang bercucuran, gue yakin muka gue udah merah karena kepanasan. Nyebelinnya, cuaca sangat ngedukung hukuman dan nggak berpihak ke siswa.

Dan sekarang, gue malah ngerasain perih di lambung. Gue belum sarapan pagi ini. Nggak! Gue belum makan dari kemaren. Sesekali gue neken perut buat ngeredain rasa sakit yang semakin menjadi-jadi.

"Ngapa lo? Mules?" gue terlonjak kaget, pas ada yang nepuk pundak.
Gue menggeleng cepat sebagai jawaban.

"Nggak, kak." gue cukup tau kalau fia kakel karena bet yang terpasang berwarna coklat tua, pertanda dia murid tingkat tertinggi di sini.

"Kalau sakit nggak usah maksain,  mending lo habis ini langsung ke UKS." gue cuma diem, tampang doang garang, tapi aslinya baik.

"Gue Arsya." uluran tangan sebagai tanda perkenalan mengulur cepat.

"Rafian." dengan ragu-ragu gue bales uluran tangannya.

"Kelas 11?"

"I...iya kak." gue menjawab kikuk.

"Biasa aja kali sama gue." dia tertawa santai.

"I...iya kak." sumpah ya, gue nggak suka bersosialisasi, jadi wajar kalau gue selalu keliatan akward di saat-saat gini.

Rafian pov end

Melihat percakapan yang berlangsung itu, membuat beberapa orang penasaran tapi lebih banyak yang tak acuh. Dilihat dari sisi manapun semua itu berlangsung sangat akward, dan terlihat bagai perkenalan yang dipaksakan, karena salah satu dari mereka terlihat menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.

Sang cowok yang mengajak berkenalan itu Arsya Soepadi Ningrat, sudah terlihat dari wajah dan diperkuat lagi dengan 'Ningrat' sebagai nama akhir bahwa lelaki ini keturunan ningrat. Dengan tubuh atletis yang tegap juga wajahnya yang tampan, nampaknya sangat mudah baginya untuk memikat hati para wanita. Sayangnya dia adalah salah satu dari sekian banyak pria di sekolah ini yang berlabelkan "brandal sekolah" namun para wanita lebih senang menyebutnya "Bad Boy", 'terdengar kebih keren' katanya.

'Tringggg...'

Bel berbunyi pertanda jam pelajaran pertama telah usai.

" Gue cabut duluan." sang pelaku yang membuat mereka berkenalan, segera berlalu pergi setelah menepuk bahu Rafian.

"Yo!" setelah beberapa waktu perdebatan dalam hati, Rafian berpikir 'tidak ada salahnya mencoba untuk akrab'.

Rafian segera berlari menuju pinggir lapangan untuk mengambil tas yang sengaja di taruh di sana.

Dia nemutuskan untuk tetap memasuki kelas, lagipula perutnya sudah agak mendingan, dia masih mampu untuk memasuki kelas dan menyimak pelajaran dengan baik.

Dia melangkah pelan menuju kelasnya, terkadang meringis karena rasa sakit yang kembali datang, dan mencoba meringankan nyerinya dengan menekan perutnya. Tanpa ia sadari sedari tadi ada yang memperhatikannya.

'Buk...'

Seseorang menabrak bahunya keras, berlalu pergi seraya mengucapkan beberapa kata yang tidak ada sangkut-pautnya dengan permintaan maaf, namun dapat membuat Rafian sadar bahwa sedari tadi ia diperhatikan.

"Nggak usah sok-sok-an kuat, kalau ujung-ujungnya jadi beban orang." memang terkesan dingin, tapi itu berhasil menyindir telak.

Rafian segera berbalik, mencari tahu keberadaan orang yang menyindirnya itu, tapi yang bisa ia tatap hanyalah punggung tegap yang pergi menjauh, dan kemudian menghilang di ujung lorong, tepatnya menuju ke arah tangga.

Tapi, apa pedulinya? Dia lebih memilih melanjutkan langkahnya tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, sembari menyangkal bahwa pernyataan atau lebih tepatnya sindirannya itu memanglah benar adanya.

Dia semakin mempercepat langkah, dan tersenyum kala melihat pintu kelas. Namun semua berubah saat dirinya memasuki pintu itu, seakan-akan dia telah memasuki dimensi lain. Sindiran dan cemoohan seketika memenuhi gendang telinga, rasanya sangat memekikan, dan membuat tidak tenang. Oh, ayolah. Manusia mana yang suka disindir?

"Tumben telat." ini masih termasuk normal. Namun, tidak untuk yang selanjutnya.

"Mau mencoba untuk nakal? Sungguh, kau tidak pantas untuk itu." perkataan itu sungguh sinis.

"Mencoba mendekati para brandal? Heh?" benar-benar celaan yang sangat memfitnah.

Namun, Rafian hanya berdiam, bukan berarti dia lemah, dia hanya nencoba untuk sabar, mereka itu termasuk beruntung mendapat belas kasihan dari seorang Rafian. Mereka saja yang tidak tahu sifat asli dari seorang Rafian. Sikapnya yang sangat berbeda saat di rumah pasti akan membuat orang-orang sangat tercengang, mulai dari umpatan-umpatan yang manisnya kelewatan meluncur mulus dari bibir tipisnya, hingga perilakunya yang blangsak menyerempet bangsat. Mereka hanya tidak mengetahui semua itu.

721 kata

.
.
.

Bye, bye. ^•^

Salam manis Moyu.

Can You tell me the reason? [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang