"pagi kak Chandra!"
Lelaki tinggi yang disapa Chandra itu tertawa canggung dan menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gatal sama sekali. Dalam hatinya meringis kecil. Kenapa pagi hari cerahnya harus diganggu lagi.
"Kak Chan?" Gadis dihadapannya memiringkan kepala dan menatap Chandra bingung. "kenapa ngelamun?"
"enggak." Chan menggeleng kecil, "kamu ngapain pagi-pagi udah disini, Sa?"
Sa-atau yang lebih lengkapnya itu Ralisa. Gadis ini adalah anak tetangga depan rumahnya, dan sejak Chandra pindah, dia udah men-dekralasikan kalau dirinya menyukai Chandra dan akan segera menjadi kekasihnya. Gila emang.
"bunda titip ini, katanya buat calon mantu~" Ralisa-atau Lisa, menyunggingkan senyuman lebar nan manis. Kedua tangannya menyerahkan dua buah kotak makan pada Chandra. "yang biru khusus buat calon mantu bunda alis kak Chandra karna ini ada peletnya, nah kalau yang hijau kasih aja sama si gembel yang ngaku-ngaku adik kakak itu."
"gak boleh kayak gitu." lagi-lagi Chandra mengingatkan. "ya~ walaupun emang dia agak jelek sih, tapi dia tetep adik gue."
Lisa mencebik kesal namun tetap mengangguk kecil, "terserah kak Chan aja deh. Lisa pamit dulu, mau lanjutin nonton Drakor. Papay kak Chan!"
Chan hanya diam saat gadis itu melambai tangan dan langsung berlari menjauhinya.
"lumayan lah, dari pada harus beli 'kan."
...
"ngapain Lo pagi-pagi udah dirumah gue?"
Lisa menghentikan langkah, menatap sekilas pemuda yang baru saja menyapanya, dan melanjutkan langkah lagi. Dia lagi gak mood buat adu mulut pagi ini.
"heh, Markisa! Gue nanya ini!"
Lagi-lagi Lisa mencebik kesal dan menghempaskan tangan pemuda itu dari lengannya. "tapi gue-nya gak mau jawab pertanyaan lo."
Pemuda itu Mattheo, menatap aneh gadis yang kini perlahan semakin jauh darinya. Aneh, biasanya Lisa itu paling semangat banget kalau soal ribut, tapi kenapa hari ini dia malah diem-diem aja.
"makin gak beres aja tuh cewek."
...
Mattheo-atau Theo, melangkah santai menuruni anak tangga setelah membersihkan tubuhnya. Niat awalnya ingin membuka kulkas dan membuat makanan instan, tapi matanya lebih dulu menangkap dua buah kotak makan di atas meja.
"widih~ makanan siapa nih?" mulutnya melontarkan sebuah pertanyaan, tapi tangannya langsung mengambil sendok dan membuka salah satu kotak itu. Dan ya, ia langsung memakannya.
"ini makanan dari siapa bang?" tanya Theo saat melihat presensi Chan yang melangkah mendekatinya.
"lisa."
Theo mengangguk, ia memang udah kelewat hapal sama cewek anak tetangganya itu.
Chandra tersenyum lebar saat melihat Theo makan dengan lahapnya, "bagus deh Lo makan yang itu."
"kenapa emang?" tanya Theo disela kunyahan nya.
Chandra tak langsung menjawab pertanyaan Theo. Ia mengambil kotak terkahir dan langsung membukanya.
"jawab oyy!"
Chandra memberikan cengiran lebarnya. "yang itu ada peletnya-"
Uhuk
Jelas. Theo kaget bukan main sampe keselek.
"setan lah bang!!"
Theo marah, udah pasti. Gimana bisa dia malah makan makanan yang ada peletnya? Terlebih pelet itu dari seorang Ralisa yang notabenenya adalah musuh bebuyutannya!
"kalau gue tiba-tiba suka sama dia gimana?!" Theo panik, tapi Chan malah ngangkat bahu acuh dan menjawab santai.
"ya bagus dong. Itu artinya dia gak bakal gangguin gue lagi." Chan tersenyum lagi, "makasih ya adikku, kau benar-benar telah mengangkat beban berat hidupku~"
Theo semakin emosi. Niatnya hanya ingin mengumpat dalam hati, tapi bibirnya juga ikut berteriak kesal.
"poni sialan!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sᴀʟᴀʜ ᴘᴇʟᴇᴛ [Yᴏɴɢʟɪᴄᴇ]
Fanfiction. . "..𝚗𝚒𝚊𝚝 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗 𝚖𝚎𝚕𝚎𝚝 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚊𝚙𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚢𝚊. 𝚈𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚍𝚎𝚔𝚗𝚢𝚊.." . . started : 23 Januari 2022 finish : . ©Jely_laly