Fix! Theo bener-bener kena pelet dari Lisa. Buktinya ini cowok ngajakin pulang bareng, padahal sejauh mereka kenal, belum pernah tuh Theo ngajakin pulang-pergi bareng. Apalagi sampe masangin helm, ngasih jaket dia buat nutupin paha Lisa, terus sekarang-
"peluk aja gapapa, daripada nanti Lo jatoh."
Ini yang paling aneh malah!
"Yo.. jangan kayak gini, bukan Lo banget asli.." kalau tau bakal berakhir kaya gini mah, Lisa nyesel ngikutin tata cara pelet itu. Bukannya untung, Lisa malah buntung.
"emang biasanya gue kayak gimana?" Theo malah bertanya heran, seolah dia lupa kalau selama ini mereka tak pernah akur barang sedetikpun.
"kita tuh biasanya berantem, Yo. Adu mulut, saling pukul, saling sembunyiin barang, sama ... sama saling gak suka lah pokoknya." ujar Lisa.
"Kita sering ciuman?"
"Huh?" Lisa bingung lagi, "kenapa jadi bahas ciuman?"
"Lah tadi Lo bilang kita sering adu mulut. Itu artinya ciuman, kan?"
"Ya bukanlah bego!" Seru Lisa. Orang Lisa tuh maunya ciuman sama kak Chandra juga, bukan adeknya.
"Adu mulut maksud gue tuh cekcok. Saling ejek, saling teriak gitu, Yo."
"emang gitu?"
Lisa mengangguk, "iya. Kita tuh gak pernah akur, yo."
"gitu ya.."
"iya, Yo!!"
Theo mengangguk mengerti, "yaudah, kalau gitu mulai sekarang kita bakal selalu akur! Kita bakal pulang-pergi ke sekolah bareng, makan bareng, main bareng, selalu bareng-bareng biar makin deket, biar cepet jadian, dan siapa tau bisa adu mulut beneran."
Lisa melongo. Kan bukan itu maksudnya!
"yo, bukan gitu maksudnya- Theo astaga!!"
"pegangan, Sa. Gue mau ngebut!!"
Anjirlah! Gimana ini!!
...
"kak Chandra! Tolongin Lisa ini!"
Begitu pintu kediaman keluarga Alderick terbuka, Lisa langsung berteriak keras dan mengedarkan pandangan mencari Chandra.
Sebelah tangannya masih asik dipeluk Theo, dan Lisa risih banget soal itu. "Theo lepasin ih, gue mau balik."
Theo menggeleng, "disini aja, gue masih kangen."
Lisa melotot tak percaya. "Wah, beneran sarap ni anak."
"Yo, dirumah ini ada teflon 'kan?"
Theo mengangguk, "ada."
"Boleh pinjem?"
"Boleh." Jawab Theo, "tapi buat apa? Apa jangan-jangan Lo mau bikinin gue makan siang ya? Sekalian belajar jadi calon istri yang baik!"
Lisa menggeleng kecil, membuat binar cerah di Wajah Theo lenyap seketika. "Terus buat apa?" Ia bertanya lesu.
"Mukul pala Lo."
"Tega banget!" Theo menjawab tak terima. "Nanti masuk neraka loh kalau durhaka sama calon suami."
"Calon suami apaan. Orang gue maunya Sama kak Chandra juga."
Raut wajah Theo makin murung. Bibirnya mengerucut, dan matanya mulai berkaca-kaca. "Lo gak suka gue ya?"
"1000%."
Raut muka Theo makin mirip anak kucing yang mau dibuang sama majikannya. Melas banget. "Terus gue harus apa, biar Lo suka sama gue."
"Harus waras lah." Ucap Lisa.
Theo berkedip beberapa kali. Raut wajah sedihnya kini bercampur dengan kebingungan. "Tapi kalau gitu kan gak adil." Ungkapnya.
"Gak adil kenapa?" Tanya Lisa, dia ikut bingung.
"Iya, kan katanya jodoh itu cerminan diri. Terus kalau gue waras, gue bukan cerminan diri Lo dong. Secara kan Lo gak waras, Sa."
Theo bener-bener ngomong gitu dengan ekspresi polosnya, seolah dia mengatakan hal yang bener dan gak ngerasa bersalah sama sekali. Kan Lisa jadi kesel.
"Theo kampret!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sᴀʟᴀʜ ᴘᴇʟᴇᴛ [Yᴏɴɢʟɪᴄᴇ]
Fanfiction. . "..𝚗𝚒𝚊𝚝 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗 𝚖𝚎𝚕𝚎𝚝 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚊𝚙𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚢𝚊. 𝚈𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚍𝚎𝚔𝚗𝚢𝚊.." . . started : 23 Januari 2022 finish : . ©Jely_laly