[08 Agustus 20**, 🌹]
Every night I lie in bed, the brightest colors fill my head, a million dreams are keeping me awake ♪
Aku mematikan speaker dan mulai menjelaskan maksud dari aku memutar lagu ini.
"A Million Dreams, OST. The Greatest Showman. Dari lagu ini kita bisa tahu bahwa imajinasi adalah hal yang menakjubkan. Tidak nyata, namun membuat kita merasa bahagia. Pernahkah kalian menyadari, ketika kita menulis sebuah cerita, terkadang itu adalah hal yang tidak bisa kita dapatkan di dunia nyata. Contohnya, banyak novel yang menceritakan tentang si Kaya yang jatuh cinta dengan si Miskin. Atau tentang keluarga yang sangat bahagia, bahkan tidak pernah sedikitpun kita menemukan pertengkaran keluarga di dalam novel tersebut.
"Imajinasi terkadang adalah apa yang kita inginkan, kita tidak bisa mendapatkannya, tapi kita senang ketika karakter dalam cerita kita merasakannya, seakan dia adalah kita di dimensi lain. Itu saja untuk hari ini, jangan lupa untuk menghafalkan naskah yang saya berikan."
"Terima kasih Kak." Ucap satu per satu muridku. Mereka meninggalkan teater, meninggalkan aku sendiri di gedung sepi itu.
Aku membaringkan tubuhku di panggung itu, sudah berbulan-bulan Revano dan Tiana mati, Natasha juga sedang berbahagia, semuanya berjalan baik. Tapi aku merasakan sesuatu yang janggal, mungkin perasaanku saja.
Sekarang aku memikirkan tentang gedung teater ini, impianku untuk memiliki gedung teater sendiri sudah terwujud. Aku bahkan bisa melakukan banyak hal disini, termasuk menyembunyikan diriku yang gila. Diriku yang tidak butuh pikir panjang untuk membunuh orang lain, diriku yang terjebak dalam ingatan 1 abad yang lalu.
"Nathan." Saat namaku di panggil, aku bangun dan melihat Mulan datang membawa sekantong makanan cepat saji yang aku pesan. Aku kembali berbaring dan kembali berpikir sejenak.
Mulan naik ke panggung dan meletakkan kantong makanan cepat saji itu di dekatku.
"Apa yang kamu pikirkan, sepertinya berat sekali."
"Mulan, saat kamu bilang menyukaiku, apa kamu berpikir bahwa kita berjodoh?" Tanyaku.
"Aku sudah dengar kisah percintaan kakak-kakakmu. Dan sekarang aku berpikir, merasa berjodoh denganmu bukanlah hal mustahil." Jawabnya dengan percaya diri.
"Aku salut dengan kepercayaan dirimu."
"Terima kasih."
7 bulan bekerja denganku, perlahan aku terbiasa dengan dirinya yang selalu ingin tahu tentang diriku. Dia asisten yang menyenangkan, di banding semua asisten di keluargaku, Mulan lebih santai dan lebih seperti teman bagiku. Kak Nilam, Kak Julian, Kak Nami, Rafael, semuanya sangat kaku dan memanggilku dengan panggilan tuan.
"Mmm... Than."
"Ya?"
"Rabu ini, kamu tidak ada jadwal kuliah dan jadwal melatih, aku mau ajak kamu menonton teater musikal di kota sebelah, aku sudah beli tiketnya, apa kamu mau?"
Teater musikal di kota sebelah? Ah ... Teman-teman fakultasku juga mengajakku pergi kesana. Sudah lama aku tidak melihat teater musikal, terakhir kali saat ada teater pendidikan dari salah satu majalah anak.
"Tentu, bisa kita bertemu di kafe Jagat Nirwana saja? Aku ingin bertemu Kak Prita dulu."
"Ok."
***
[11 Agustus 20**,🌹]
Aku menyisir rambutku dan melihat pantulan diriku di cermin. Kemudian pandanganku terpaku pada sebuah tanda lahir di dada kiri ku, tepat di hadapan jantungku. Orang bilang tanda lahir adalah luka yang kita bawa di kehidupan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Alexander Pancasaka
RomanceAku tidak percaya cinta sejati itu ada. Aku tidak mempercayai seseorang bisa mencintai orang lain yang tidak sempurna. Tapi tanpa aku sadari, selama ini aku mencari cinta sejati ku. Amarah yang tidak bisa aku kendalikan, membuat nyawaku dalam bahaya...