2

5 0 0
                                    

[08 Februari 20**, 🍃]

"Selamat datang di stand kelas internasional adik-adik dan rekan-rekan semua. Hari ini, kami akan membuka sebuah acara yang disebut handshake with Nathan Alexander Pancasaka. Setiap pembelian 1 paket Lunchbox ukuran jumbo, kalian berkesempatan untuk berjabat tangan dengan cowok tertampan Se-SMA Khatulistiwa, jadi buruan serbu, sebelum kehabisan."

Setelah pengumuman itu, antrian di stand kelasku jadi sangat panjang. Mereka menghabiskan uang yang mereka bawa, kemudian mendekatiku dan menjabat tanganku. Aku tidak mengira akan banyak orang yang merelakan uangnya hanya untuk menjabat tanganku.

Kemudian sumber kekacauan datang, Revano membeli 1 paket Lunchbox dan memakannya di hadapanku, lalu memuntahkannya.

"Makanan gak enak kayak gini kok dijual."

Setelah berpacaran dengan Natasha, sepertinya dia lupa posisinya. Aku terkekeh, menertawakan sikap konyol Revano.

"Kenapa lo ketawa?"

"Lo gak pernah makan Lunchbox ya, yang baru lo makan tadi itu bungkusnya."

Natasha ikut tertawa dan melakukan tos denganku. Revano terlihat tidak suka dan hendak memarahi Natasha, aku menariknya dan berdiri berhadapan dengan Revano.

"Jangan coba-coba lo gertak adik gue, selamanya dia akan ada di pihak keluarganya. Kalau lo bikin dia nangis, gue jamin lo bakal nyesel dan sujud-sujud minta maaf."

Kami bertatapan beberapa detik, kemudian dia pergi dengan rasa malunya. Aku melepaskan tangan Natasha dan merapihkan lengan bajunya yang aku buat kusut

"Kamu yakin ini gak apa-apa?" Tanya Natasha.

"Dia yang memulai duluan, mencoba mempermalukan aku. Kamu tidak perlu takut dengannya, aku akan selalu berdiri di sampingmu. Teruslah menjadi perempuan terhormat." Natasha tersenyum sambil mengangguk.

"Kalau gitu aku kejar Revano dulu ya, bye." Natasha pergi, aku ingin menahannya lebih lama. Tidak, aku ingin menjauhkannya dari laki-laki itu, firasatku tidak enak.

Tanpa aku sadari semua orang melihat kearahku, mereka menatapku dengan tatapan terkejut dan terpesona. Aku kembali duduk di kursiku, menunggu giliran orang yang akan menjabat tanganku.

Setelah semua produk habis, aku memilih untuk beristirahat di depan kelas. Aku memejamkan mataku, membiarkan ngin berhembus menyapu rambut dan mendinginkan tubuhku.

"Minuman gratis." Aku membuka mataku dan melihat seorang perempuan berseragam jurusan pariwisata berdiri di hadapanku.

Aku menerima botol teh dari tangan perempuan itu.

"Terima kasih." Kataku, perempuan itu mengangguk dan berlalu pergi. Tapi sesuatu tentang perempuan itu menarik perhatianku, "Tunggu, lo bisa temenin gue disini gak?"

Perempuan itu berbalik, kemudian duduk dan meletakkan kotak minumannya di antara kami. Aku meminum teh itu, rasanya sedikit aneh, mungkin karena cuaca mulai dingin dan meminum minuman dingin membuat rasanya aneh.

Aku melihat kearah pin di baju perempuan itu, nama sebuah Universitas yang cukup aku tahu.

"Lo mau kuliah ke I.B.U? Internasional Butler University kan?"

Perempuan itu mengangguk. Dari jurusan pariwisata, kuliah di I.B.U? Pilihan yang berani. Aku mengeluarkan dompetku, kemudian memberikan selembar kartu nama kearah perempuan itu. Perempuan itu mengambilnya, kemudian aku sedikit menjelaskan.

"Itu kartu nama kakak gue, dia punya perusahaan jasa, kalau lo gagal masuk atau lo berhasil keterima dan lulus dari I.B.U, mungkin lo tertarik buat kerja sama kakak gue."

Nathan Alexander PancasakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang