5

3 0 0
                                    

"Keracunan?"

"Benar mas."

"Terima kasih dokter ... oh iya dok apa boleh saya minta rujukan ke rumah sakit lain, kami tidak berasal dari sini."

"Tentu, tunggu sebentar ya."

Dokter dan perawat keluar dari kamar perawatan, aku kembali duduk di samping Mulan yang tertidur. Keracunan? Tapi kami belum makan atau minum apapun, saat di kafe Jagat Nirwana juga Mulan menolak untuk memesan minuman.

Aku mencoba memikirkan kemungkinan yang terjadi, dia sarapan sembarang? Harusnya itu tidak mungkin, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia salah makan? Alergi? Itu juga tidak mungkin, orang yang punya alergi, harusnya sangat pemilih. Seseorang meracuninya? Apa dia punya musuh?

Saat aku mencoba menerka kenapa Mulan bisa keracunan, Mulan bergerak dan bangun dari tidurnya. Dia langsung meraih tanganku dan menggenggamnya.

"Than, jangan pergi kemana-mana ya." Ucapnya dengan wajah pucatnya.

"Hmm ... Aku tidak akan kemana-mana, aku harus memastikan kamu pulang dengan selamat."

Tangan Mulan dingin, aku meraih kedua tangan Mulan, lalu meniupkan udara hangat dari nafasku dan menggosok-gosokan tangannya. Kemudian aku menyadari bahwa Mulan memakai sebuah cincin yang menarik perhatianku.

"Itu cincin turun temurun keluargaku." ucapnya saat menangkap basah aku yang begitu lama menatap cincinnya.

"Cincin yang bagus."

Aku tidak bohong, cincin itu unik, berbentuk ular yang sedang melilit biola. Melihat biola mengingatkanku pada Muwy dan Gufi, mimpiku yang tidak pernah selesai.

"Dokter bilang kamu keracunan, apa yang kamu makan?" Tanyaku ketika sadar bahwa aku sejak tadi lupa untuk bertanya.

"Sepiring macaroni schotel ... " Ucapnya dengan ragu.

"Bagaimana sebuah macaroni schotel membuatmu keracunan? Bukankah itu makanan favoritmu?"

"..."

Dia diam tidak menjawab, dia bahkan menghindari kontak mata denganku.

"Tidak sopan ketika seseorang bertanya dan kamu malah mengabaikannya."

"..."

Tapi dia tetap diam, mulutnya seperti ingin berbicara sesuatu, tapi lidahnya enggan membantunya berusara.

Drrrt drrrt drrrt

Teleponku bergetar, aku mengangkat telepon itu dan suara seseorang yang terengah-engah terdengar.

"T-t-tuan ..." Aku melihat nama yang tertulis di layar, kemudian kembali mendengarkan.

"Ada apa El?"

"N-n-nona Natasha menghilang."

"Tunggu, apa maksudmu menghilang? Kamu dimana?"

Aku berdiri dari kursiku dan mencoba mendengarkan suara El yang semakin lama, semakin tidak terdengar.

"S-s-saya terkunci di ru-ruang pendingin restoran yang s-selalu di datangi nona, tuan."

"Tidakkah orang disana! Ok ok, aku segera kesana."

Aku menutup teleponku dan mengambil barang-barang yang aku letakkan di nakas.

"Sha hilang, aku ikut." Mulan tiba-tiba mencabut infusnya.

"Apa yang kamu lakukan, jangan bertindak gegabah dan bodoh. Lihat tanganmu," darah mengucur dari tangan Mulan. Aku melepaskan kemejaku dan melilitkannya di tangan Mulan, berusaha memberhentikan pendarahan di tangannya.

Nathan Alexander PancasakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang