A Storm Of Swords

417 60 11
                                    

Di ruangan yang gelap, beberapa orang menonton ujian masuk sekolah pahlawan nomor satu di negara itu, UA.

“Kita memiliki banyak pelamar yang menarik tahun ini,”

Melirik dari kertas ditangannya, Aizawa Shota menganggukkan kepalanya pada ucapan kepala sekolah sebelum mengarahkan pandangannya ke layar. Bagian praktis ujian masuk UA sedang terjadi sekarang dan sejujurnya, Aizawa tidak terlalu bersemangat untuk itu.

Anak-anak yang bersemangat dengan ambisi dan kepercayaan diri yang terlalu besar terlihat melakukan obrolan ringan sambil menunggu ujian dimulai. Aizawa tidak memperhatikan mereka, hanya fokus pada kertas yang ada ditangan.

Mengingat rekam jejaknya dan sikapnya yang terlalu senang mengeluarkan siswa, ketidaktertarikan Aizawa pada pelamar baru tahun ini bisa dimaklumi. Baginya, tidak satupun dari anak-anak ini memiliki kemampuan. Apa yang benar-benar dibutuhkan untuk menjadi seorang pahlawan, seseorang yang bisa diandalkan masyarakat dan mungkin seseorang yang bisa mengambil gelar pilar harapan dimasa depan.

“Ada Bakugou Katsuki, salah satu pesaing utama untuk posisi teratas,” kata Ektoplasma, ditangannya ada arsip remaja tersebut.

Guru lain menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan. “Ah, yang memiliki quirk ledakan? Benar-benar quirk yang kuat,”

“Quirk yang mencolok seperti itu sempurna untuk seorang pahlawan,”

“Sikapnya menjengkelkan,” Aizawa akhirnya angkat bicara setelah sekian lama.

Guru-guru lainnya berkedip pada ucapannya sebelum mereka mengangguk, “Yah, kita perlu memperbaikinya jika dia berhasil masuk,”

Setelah itu, mereka mulai membahas kembali daftar pelamar. “Ada juga Kirishima Eijirou, quirk pengerasan, sangat berguna baik untuk menyerang maupun bertahan,” kata salah satu guru yang menyerupai balok semen yang bisa berbicara, Cementoss.

“Itu sangat berguna,” kata Snipe.

“Dan ada adik dari Ingenium,” bawa Vlad King, staff lainnya. “Aku heran kenapa dia tidak melamar Ujian Rekomendasi..”

Nedzu tertawa “Kita memiliki banyak pelamar yang menarik tahun ini,” ucapnya riang.

“Tentu saja itu yang diharapkan dari UA,” jawab yang lain, seorang wanita dengan triko ketat dan topeng ungu. Matanya tidak pernah meninggalkan layar.

Suara Present Mic terdengar menggema, mengumumkan teknis dari ujian tersebut. Membunuh robot, mengumpulkan poin, dan bagian rahasia dari ujian, menyelamatkan. Sederhana saja, cocok untuk seseorang yang bercita-cita menjadi pahlawan.

Aizawa biasanya mengabaikan semua ini dan memilih tidur dipojok ruangan. Lagipula, pembagian kelas semuanya pada Nedzu, dengan dia tidak memiliki suara didalamnya, jadi dia biasanya hanya menyingkirkan seluruh acara ini dan menunggu daftar kelas barunya. Tapi tentu saja, tahun ini terlihat suram baginya.

Hanya karena dia mengeluarkan seluruh kelasnya tahun lalu, kepala sekolah Nedzu mendorong –mengancam, dia untuk hadir selama pemeriksaan fisik.

Berdoa kepada tuhan agar tidak ada hal luar biasa yang terjadi tahun ini sehingga dia bisa tenang, dia bersandar dikursinya.

Sayangnya sesuatu yang tak pernah dilihat orang lain terjadi.

Ketika Present Mic mengumumkan dimulainya acara, sebuah portal terbuka. Tidak, bukan hanya sebuah, tapi banyak portal dibuka di seluruh langit kota tiruan. Mata Aizawa terbelak pada kemunculan tiba-tiba dan jika bukan karena kata-kata Nedzu yang meyakinkan, dia akan bergegas kesana mengira itu serangan penjahat.

In This Blade I Put My Faith InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang