___
Mino melangkahkan kakinya memasuki satu rumah makan bernuansa Jawa, melihat ke sekitar lalu matanya menangkap eksistensi sang ayah, pendonor sperma begitu Mino terkadang memanggilnya.
Alunan musik khas jawa mulai memasuki indera pendengaran Mino ketika ia berjalan menuju ruang tengah restauran tersebut, "berasa jadi abdi dalem keraton gue" batinnya
Mino melangkahkan kakinya dengan yakin ke arah meja yang ia ketahui ayahnya berada disana, seorang diri. Mino sempat terheran kenapa ayahnya hanya seorang diri tanpa Patrick maupun Ibunya disana, bukannkah ini makan siang dengan tema keluarga?
-
Canggung adalah ketika Mino berhadapan dengan orang yang ia panggil Papa, tetapi panggilan itu terlontar hanya ketika ia membutuhkan sesuatu, tentu saja.
Keduanya tersenyum kikuk. Mino memperhatikan wajah sang Ayah sekilas, ada guratan sedih di wajah tampan itu, Mino tak memungkiri bahwa wajah ayahnya tampan, dulu sebelum keadaan canggung menjadi bagian dari hubungan ayah-anak ini, Mino sering membanggakan betapa tampan dan kerennya sang ayah.
Sejenak Mino menghela nafas, lalu melihat lurus ke arah lelaki yang lebih tua darinya tersebut, sejak kapan kerutan itu ada, sejak kapan ayahnya harus menyipitkan dan menjauhkan layar ponselnya ketika membaca, sejak kapan ayahnya sekurus ini?
Mino terlalu larut dalam pikirannya, ia tak pernah menyangka ketika ia sibuk tumbuh menjadi lelaki dewasa maka ayahnya juga akan menjadi tua. Terbesit satu pikiran yang lewat di otaknya, apakah ia akan menyesal tidak menghabiskan waktu yang lama dengan ayahnya? Berapa lama lagi ia bisa bersama sang ayah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MINRENE : Anonymous Chat
FanfictionMino yang tengah jenuh dengan aktivitasnya mencoba bermain bot anonymous di aplikasi telegram, agar ia bisa bertukar pesan dengan orang asing. Tapi bagaimana jika yang terus ditemuinya adalah orang yang paling tidak ingin ia temui?!