Di penghujung hari ituketika matahari sudah mulai berlabuh ian tak berhenti merutuk dalam hatinya, dengan nafas yang sedikit tersengal ian mendorong motornya menyusuri jalanan, hingga ketika nafasnya sudah hampir habis ia sampai di Burjo Pak Jon.
"Bah, Dabin ada?" Tanya ian setelah memarkirkan motornya asal dihalaman warung burjo yang cukup sepi karena tempat ini biasa ramai ketika hari telah larut.
"Ga ada nang, Dabinnya di rumah. Kenopo nang kok motornya didorong? Mogok?" Tanya Pak Jon pemilik Burjo, sekaligus ayah Dabin sahabat Ian
"Iya bah, pecah bannya. Bengkel yang disitu tutup ya bah?"
"Lah iya kan udah lama orange mudik, kamu duduk dulu nang. Capek dorong motor. Telfon si dabin biar kesini" setelah mengiyakan perkataan orang tua temannya itu, Ian memilih mencari tempat duduk yang dekat dengan sebelah jalan agar ia dapat memperhatikan motornya, sembari menghubungi Dabin dan memberikan kabar pada Irene.
"Bang ian ya?"
"Hah?" Ian mendongakkan kepalanya dan mendapati seseorang berdiri dihadapannya.
Saat ia masih bertengkar dengan pikirannya sendiri, mengenai siapa lelaki di depannya ini, suara orang tersebut memecahkan lamunannya
"Gue, Mino bang. Temennyaa.."
"Eh Pacar adek yaa?" sambar ian, mau tak mau Mino hanya mengangguk kikuk. Padahal dalam hatinya sudah berdebar mendapatkan pengakuan dari kakak ipar
"Lagi nongkrong?" Tanya ian kemudian, dan mempersilakan Mino duduk pada bangku di hadapannya
"Iya bang, itu sama anak-anak" Mino menunjuk Jae dan Chanyeol yang ternyata sedari tadi menempati meja disebelah Ian. Ian sekedar menganggukkan kepala untuk menyapa kedua orang tersebut.
"Mogok bang motornya?" Tanya Jae basa-basi
"Haha iyaa, biasalah"
"Loh udah sering bang?" Tanya mino kemudian
"Kagak juga sih, cuman kemarin tuh kayaknya kempes aja jadi di tambah angin doang tapi kayaknya bocor deh, tuh sampe gabisa jalan. Sama tadi pagi sempet keujanan juga kayaknya air masuk. Taulah motor modif kadang riweuh"
"Lah untung gue pake supra plat merah ya, bensi 20rebu buat seminggu" selaan Jae berhasil mengundang tawa dari yang lain
"Nang, dabin lagi di rumah budenya. Ini barusan ngabarin abah. Gabisa kesini katanya" Pak Jon atau yang kerap disapa Abah itu berjalan mendekat ke arah dabin sambil membawa hpnya dan menunjukkan roomchatnya dengan sang putra. "Terus mau gimana nang?"
"Yaa, dorong lagi bah haha" Ian tertawa hambar
"Lah ini minta anter lanang-lanang ini ae loh. Ya nang yaa? Anter ini mas iyannya kasian" Abah menatap ke arah Mino yang berada di depannya
"Oh iya bah beres, gue anter kebengkel ya bang? Dorong knalpot, gue bawa motor kok"
"Eh gausah deh, lo anter gue ke rumah aja gapapa? Mau ambil ban dalem sama alat. Ini motor gue mau diambil temen bengkel gue kok"
"Oh? Boleh sih bang.." Jawab Mino ragu
"Yaudah, eh gue nitip motor ya. Kalau temen gue dateng, ini kuncinnya" Ian berdiri menghampiri meja Jae dan Chanyeol lalu memberikan kunci motornya
"Bentar gue ke wc dulu" kata ian berlalu
"Anjir-anjir-anjir" Mino kembali ke hadapan jae dan chanyeol, kedua temannya itu sedari tadi menahan untuk tidak menertawakan Mino
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] MINRENE : Anonymous Chat
FanfictionMino yang tengah jenuh dengan aktivitasnya mencoba bermain bot anonymous di aplikasi telegram, agar ia bisa bertukar pesan dengan orang asing. Tapi bagaimana jika yang terus ditemuinya adalah orang yang paling tidak ingin ia temui?!