4 I Ngerasain Dulu, Baru Komentar

8.8K 139 14
                                    

Usai mengganti pakaianku dan menjawab pertanyaan Bapakku sepintas pas ditanya mau kemana, aku langsung pergi ke tempat Bang Anton. Segala skenario dalam otakku seperti hilang timbul, saling membelit antara imajinasi dan kenyataan yang harus dihadapi. Aku yang terjebak dalam euforia rasa senang, membuatku menegaskan pada diriku berkali kali untuk tidak terlalu larut dalam perasaan ini. Perasaan seperti ini semula membuatku tiba tiba berlari, berusaha meraih tempat Bang Anton dengan cepat. Namun pikiranku kembali mengontrolku untuk bisa tetap kalem menghadapi situasi ini. Untuk tidak terlalu menunjukkan bahwa diri ini sangat antusias menjalani sesi pemijatan hari ini. 

Aku mengetuk pintu dan ada suara Bang Anton dari dalam yang menyuruhku masuk. Aku menuruti titahnya dan langsung menyapanya lagi basa basi. 

"Hey, Bang ... sorry bikin nunggu lama."

Sebenarnya ini basa basi yang membantu menetralkan diriku juga saat ini. Pasalnya Bang Anton kini sudah bertelanjang dada sembari koloran doang. Tubuh seksinya yang sebetulnya masih terpatri dalam benakku, kini kembali membentuk realitasnya. Mataku menjadi alur transmisi gambaran nyata tubuh seksi Bang Anton dan selak beluk tubuhnya dari atas hingga bawah, lalu masuk lagi ke dalam kategori memori yang ingin kusimpan. 

"Engga, selo aja. Gua tadi juga sembari bebenah dulu. Gua udah siap nih. Minyak urutnya ambil aja, di tempat biasa."

Abis itu tanpa tedeng aling aling, dia sudah melerotin celana kolornya di depanku, membuatnya benar benar telanjang bulat. Sepenuhnya. Aku bisa kembali melihat pantatnya yang sekal dan bulat itu. Dia langsung tidur telungkup dengan dagu dan wajah menyandar di atas bantal.

Daripada aku hanya bengong tak jelas menyaksikan semua ini, aku langsung raba rubu mengembalikan kesadaranku dan mulai mengambil minyak urut di tempat biasa. Setelahnya aku langsung duduk di dekat Bang Anton dan mulai menjamah tubuhnya yang sudah bebas. Dengan gerakan lembut --karena memijat juga sebenarnya tak hanya menggunakan tenaga, namun melibatkan perasaan di dalamnya untuk mentransfer kenyamanan, aku pun membalurkan minyak di area kakinya terlebih dahulu hingga sampai pada paha bagian atas.

Aku meratakan minyak itu ke seluruh kaki kirinya yang kini berada dekat denganku dan mulai melakukan terapi pijat. Kuberikan skill terbaikku yang bisa membuat Bang Anton merasa nyaman dengan terapi yang kuberikan padanya. Pada titik titik yang kutekan, penting bagiku untuk menanyakan apakah Bang Anton merasakan sakit atau tidak. Jika ada, aku bisa memfokuskan titik itu agar kakinya bisa lebih rileks.

"Gimana Bang? Ada sakit?"

"Engga ada, enak banget pijatan lu pokoknya. Terusin aja ..."

"O .. oke Bang. Tapi kalau ada yang sakit bilang ya. Biar aku bisa fokusin di titik itu."

"Iya, nanti gua bilang kalo ngerasa. Lu terusin aja, gua mau merem bentar. Cape banget rasanya hari ini."

"Siap Bang."

Memang bukan hal baru bagiku, bila yang dipijat olehku atau juga Pamanku sampai ketiduran. Pamanku yang biasanya cerewet mengajak pasiennya untuk ngalor ngidul, biasanya langsung ngeuh  jika ada salah satu pasiennya yang mulai menanggapi dengan nada turun. Merespon obrolan cuma bilang iya atau tidak. Biasanya abis itu, Paman malah menyuruhku untuk menyetel musik santai di HP-ku. Memastikan kalau pasien yang dipijatnya merasa makin nyaman dan bisa terlelap nikmat di tidurnya. Diharapkan ketika nanti dia bangun, dia langsung berada dalam keadaan segar bugar. 

Aku pun akhirnya berhenti sebentar untuk membuka playlist di HP-ku dengan musik musik khusus yang sudah kuunduh. Pamanku gaul sekali pokoknya. Urusan memberikan service pijat terhadap pelanggannya, dia memberikan pelayanan ekstra dan bahkan sampai mengarahkanku juga untuk mengunduh list lagu yang dia berikan. Tak salah jika aku belajar sangat banyak darinya tentang ini.

Supir TrukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang