Part 1

4 2 0
                                    

"Aku memang belum benar, tapi aku ingin mengajak pada kebenaran, agar bisa sama-sama keluar dari lorong kegelapan"

~Pena Arisha~


"Heh kak Aris, lo apain temen gue? Liat! Dia sampai nangis kaya gitu, tega banget sih kak!". Ujar Syeila sambil mengacung-acungkan telunjuknya ke wajah Arisha.

"Kakak gak ngapa-ngapain Bella, kakak cuma ngingetin dia aja, biar dia gak kebawa arus negatif zaman". Ujar Arisha dengan nada santainya.

"Ouh, kakak pikir kita gitu yang udah bawa arus negatif sama Bella?". Ghessa ikut menimpali.

"Kakak kan cuma bilang aja ke dia, kalau temenan itu hati-hati, jangan kebawa-bawa hal-hal negatifnya". Lagi-lagi Arisha menjawabnya dengan santai.

"Emang yah, orang munafik itu selalu merasa paling benar". Ujar Ghessa dan Syeila lalu pergi meninggalkan Arisha yang masih mematung di tempat.

Flashback on

"Bella, kamu mau kemana?".

Arisha bingung karena Bella sangat terburu-buru.

"Eh emm, engga kak... Mau.. Kerja kelompok, hehe". Jawab Bella sambil cengengesan.

"Jangan kemaleman ya, nanti tante Lusi marah". Ujar Arisha mengingatkan.

"Wokee kak".

Jawab Bella sambil mengacungkan jempolnya lalu pergi menuju garasi untuk mengambil motornya.

***

Sudah pukul 22.00 WIB, namun Bella masih belum pulang ke rumahnya.

"Aris, kamu tau Bella kemana?". Tanya Lusi yang sedari tadi mondar-mandir.

"Aris gak tau Bella kemana tante, tadi Bella cuma bilang mau kerja kelompok aja". Jawab Arisha yang ikut panik.

Tin tin

Terdengar suara klakson motor dari balik gerbang rumah mereka.

Ketika pak Amir membukakan gerbangnya, ternyata itu adalah Bella yang dibonceng oleh seorang laki-laki.

"Bella, kamu kemana aja nak? Kok jam segini baru pulang sih? Terus, laki-laki ini siapa?". Lusi langsung melontarkan beberapa pertanyaan.

"Mohon maaf bu saya dengan lancangnya membawa pulang anak ibu. Perkenalkan nama saya adalah Pahlevi, saya bukan siapa-siapanya anak ibu, bahkan saya sendiri tidak mengenalnya".

Laki-laki yang bernama Pahlevi itu menjelaskan.

"Terus, gimana ceritanya kamu bisa membawa pulang anak saya dalam keadaannya yang lemah itu?". Tanya Lusi yang semakin penasaran.

"Mohon maaf bu, anak ibu tadi mabuk-mabukan di bar bersama teman-temannya. Kebetulan saya sedang lewat ke arah jalan yang berada di dekat bar itu. Anak ibu hampir saja dilecehkan oleh banyak pria, namun saya langsung menghardik mereka dan membawa pulang anak ibu, karena kedua teman anak ibu sudah berlalu meninggalkan Bella yang dikerumuni banyak pria".

Ujar Pahlevi menjelaskan kronologisnya.

Mendengar penuturan Pahlevi, Lusi langsung menangis tersedu-sedu. Ia sangat malu dengan kelakuan anaknya, ia merasa lalai dalam menjaga anak semata wayangnya itu. Ia juga berterimakasih kepadanya karena sudah menyelamatkan anak kesayangannya itu.

***

Keesokan harinya, Arisha langsung menghampiri Bella sambil menasehatinya.

"Bella, kakak mau bicara sama kamu sebentar, boleh gak?". Tanya Arisha dengan nada yang sangat halus.

"Boleh dong kak". Jawab Bella sambil menyantap roti tawarnya.

"Bella, sebaiknya kamu jauhi Syeila dan juga Ghessa". Ujar Arisha hati-hati.

Mendengar penuturan Arisha, Bella langsung berhenti mengunyah makanannya.

"Loh, emang kenapa kak?". Tanya Bella penasaran.

"Kakak cuma khawatir kamu terbawa arus negatif zaman. Berteman itu harus dengan orang-orang yang shaleh dan shalehah Bella, apalagi kita itu wanita, kita harus bisa menjaga diri dari hal-hal yang akan menghancurkan kehormatan kita sendiri". Ujar Arisha sambil menatap mata Bella.

Mendengar ucapan Arisha, Bella malah berkaca-kaca, ia langsung menyambar kunci motornya tanpa berpamitan terlebih dahulu pada ibunya.

Sesampainya di kampus, Bella ditanya oleh kedua temannya itu, yang tidak lain adalah Syeila dan Ghessa. Bella lalu menceritakan alasannya kenapa dia bisa menangis seperti itu. Yah, ia menangis karena merasa tersinggung dengan kata-kata kakak sepupunya, yaitu Arisha.

"Padahal aku cuma mau ngingetin aja". Batin Arisha.

Flashback of

Pena Arisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang