57

485 78 19
                                    

Author POV

"Win? Kamu kok di sini?" tanya Bright di tengah keterkejutannya. Sedikit rasa senang mengetahui obat penenangnya hadir, tapi juga bertanya-tanya mengapa Win ada di sini dan mengaku memiliki bukti.

Win tersenyum lebar. Membuat beberapa pemeran pendukung lainnya bergidik ngeri. Senyum itu sama seperti senyum milik bos kecil yang mereka temui kemarin. Polos, ceria, beraura bunga-bunga, tapi berlatar duka.

"Hehe, abisnya aku ga tahan liat penjahat jalan-jalan santuy. Apalagi yang ngincar keluarga pacar aku yang ganteng ini." Nada riang dan tingkah menggemaskan itu masih sama. Yang berbeda hanya bagaimana Win Metawin, kesayangan Bright Vachirawit, memutar pisau lipat di tangannya dengan mudah. "Oh, ngomong-ngomong, Pak Art tahu ga di mana Kak Gulf? Tadi aku ketemu Kak Jungkook loh, lagi nyariin Kak Gulf."

Wajah Art kian menggelap, tangannya terkepal hingga buku jarinya memutih. Mulutnya masih terkatup rapat untuk menampilkan kesan jujur tanpa kesalahan pada 'keponakan' tersayang. "Apa maksudmu? Untuk apa aku tahu di mana Kanawut itu, buang-buang waktu."

"Hahaha, benar! Buang-buang waktu! Jadi, sekarang aku akan beberkan semua rencanamu 16 tahun lalu! Bagaimana? Aku cukup menyingkat waktu, kan?" Dengan tingginya yang menjulang, otot tipis yang terbentuk sempurna. Dominasi omega Opas-Iamkajorn satu ini bisa menekan Art. Ini sama seperti aura Kim Seokjin yang dia benci, omega jalang yang merebut semua perhatian baik dari idolanya atau orang yang dia cintai.

"Hm, salah satu antek Kanawut huh? Bri, kamu bisa lihat, kan? Bahkan pacar kamu aja ikutan fitnah om! Kamu harus putus-"

"Art Phakpoom, putra kedua keluarga Juanchainat. Salah satu musuh dalam perebutan tender perusahaan Jongcheveevat dengan keluarga Traipipattanapong. Pertemanan yang cukup dekat dengan Type Tiwat Traipipattanapong. Tapi demi tender dan nama baik keluarga, kau menyabotase mobilnya dan bekerjasama dengan cabang keluarga Traipipattanapong lainnya untuk membunuh mereka semua. Selanjutnya, kau juga terlibat dalam perburuan dua bayi Traipipattanapong. Satu, Bright Vachirawit selaku garis keturunan utama. Dua, Henderry selaku putra Type Tiwat. Sampai sini, aku mengetahui kenapa paman Mew tidak bisa menemukan siapa yang hampir membunuh dua malaikat titipan orang yang dia cintai."

Nada datar dengan raut dingin dan tatapan menusuk. Win sengaja diam seolah memberi kesempatan pada Art untuk membantah, tapi tepat saat Art menggerakkan ujung bibirnya, dia menyambar lagi.

"Kasus pernikahan paman Mew. Kau sengaja merencanakan agar paman Mew terjebak, sayangnya kau terhalang orang tuamu dan yang menggantikanmu adalah kakakmu. Seingatku dari data yang kubaca kemarin, kau yang membuat nyonya pertama Jongcheveevat itu tergelincir di kamar mandi sehingga Pawat lahir prematur. Sejak saat itu kau selalu bertengkar dengan nyonya Jongcheveevat dan puncaknya adalah kebakaran apartemen itu. Kau, Art Pakphoom, sengaja membakarnya dan bersikap seolah kau adalah pahlawan kesiangan dengan menyelamatkan ketiga pangeran Jongcheveevat ini. Waw, akting yang mengagumkan sampai paman Mew percaya kau depresi karena kakakmu meninggal? Huh, lucu sekali. Yang memetik api tetapi yang menjadi korban juga. Haruskah aku membawakan piala 7 tingkat?"

"Win, kamu-"

"Keluargaku tahu semuanya. Bang Bri ga perlu ragu lagi, kan? Bang Bri udah buktiin sendiri dulu, kalo keluargaku yang pegang semua rahasia pesaing bahkan relasi mereka. Informasi kayak gini, ini mah cetek. Tinggal minta kunci brankas juga papa bakal kasih ke Iwin kok." Sekali lagi si Metawin tertawa. Tapi dengan nada mencemooh terhadap Art yang sepertinya sudah kehilangan kesabaran dan topengnya.

"Ha, hahaha! Terus, dengan kamu yang benerin semua itu, bakal ngerubah segalanya? Kalian cuma bocah ingusan, apa sih yang kalian ngerti soal orang dewasa? Generasi kedua yang cuma tahu caranya foya-foya, lebih baik kalian tetap diam, kan?" Dibalik kata-kata santai itu, tangan ramping dan kurus Art merogoh saku jasnya. Pistol silver itu ia belai dengan lembut, tapi di mata Phoenix seseorang di balik dinding, itu hanya gerakan ketakutan yang mendominasi.

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang