1.Pagi Manusia

0 1 0
                                    

Pagi hari ini,cuaca sedikit mendung dan berangin. Membuat salah satu anak manusia semakin mengeratkan selimut yang melilit badannya,bahkan suara jam weker yang sedari tadi berdering memekakkan telinga belum membuat dia terusik dari alam mimpi.

"Padma Rea anaknya bunda Denandra yang cantik paripurnaaaa, cepet bangun!!"

"Apaan sih bang teriak-teriak masih pagi juga, Rea masih ngantuk tau!" Saut dengan suara serak,

"Kamu itu ya! Udah SMA masih aja susah bangun pagi.
Kalau dalam waktu 10 menit kamu belum keluar dari kamar,abang tinggal."

"Hmm." Gumamnya tetap kukuh menutup mata.

Rea masih terus menyelam dalam dunia mimpi,tapi karena suara jam weker yang masih terus berbunyi nyaring akhirnya dia tersadar,dan langsung berdiri tanpa ancang-ancang.
Dan akibat dari nyawanya yang belum sepenuhnya terbangun,Rea oleng jatuh membentur meja nakas.

Brraaakk

"Eh monyong-monyong!! Siapa sih yang naruh meja disini?? Pasti Abang kannn!! Sakit taukk." Geram Rea sambil memegang bagian wajahnya yang nyeri sepertinya tergores ujung meja rias. Tanpa mengobati dulu lukanya Rea langsung melipir masuk ke kamar mandi.

10 menit kemudian dia sudah rapi dengan baju seragamnya.
Rea duduk didepan meja rias sambil memperhatikan lukanya tadi.

"Haissh masih pagi udah luka aja mana di alis lagi. Pasti ninggalin bekas kalok inimah."
Monolog Rea,dia akhirnya membubuhkan obat luka, sedikit memoles bedak dan lipbam agar wajahnya tidak kusut.
Sudah dirasa cukup Rea mengambil tas sekolah dan keluar dari kamar.

"Beneran udah ditinggal ya?" Gumam Rea sambil menuruni tangga sendu.

Dia berangkat sekolah menggunakan motor Vespa warna hitam miliknya.
Ada satu stiker hologram yang menarik perhatian dari Vespa itu, yakni stiker bunga Teratai yang lumayan besar dengan tambahan tulisan Rea dibelakangnya.

Rea mengendarai Vespa dengan perlahan sambil sesekali bersenandung. Karena cuaca hari ini yang mendung,dapat Rea pastikan bahwa hari ini upacara akan gagal dilakukan,maka dari itu dia tidak perlu terburu buru.

Ditengah perjalanan itu mulai turun rintik-rintik air hujan. Rea tidak mungkin meneduh terlebih dahulu.

Sebenarnya jarak rumah Rea ke sekolah tidak terlalu jauh jika melewati jalan pintas yang dia lewati kali ini, tapi jalan pintas yang harus dilalui cukup sepi dari rumah dan pepohonan,jadi tidak ada tempat untuk Rea berteduh.
Beruntungnya,hujan mulai deras saat Rea sudah sampai di parkiran sekolah. Setelah memarkirkan Vespanya,dia mengedarkan pandangan ke sekitar parkiran,ada satu objek yang menarik perhatiannya yaitu,seorang pemuda yang masih duduk di atas motor hitam dan jaket hitam dengan helm yang masih menempel dikepala.

Yang menarik perhatian Rea adalah adanya stiker putih bergambar bulan sabit dan matahari bersanding di helm pemuda itu. Lumayan aneh bagi Rea bagaimana seorang pria memiliki stiker seperti itu dan cukup besar dihelmnya.

Tanpa berlanjut lama Rea memilih berlalu sambil sedikit menepuk seragamnya yang terkena air hujan.
Rea tidak sadar bahwa pemuda tadi juga ikut turun dari motor dan berjalan satu langkah besar dibelakang Rea. Sepanjang koridor mereka berjalan beriringan dengan jarak.

"Wangi parfum Abang Candra." Ucap gadis itu sedikit memelankan langkahnya.

"Iya." Saut pemuda dibelakangnya sambil melewati Rea dari sebelah kanan tanpa suara.

Rea menoleh kesebelah kiri dan berbalik kebelakang,tapi dia tidak menemukan abangnya disana.

"Nggak ada siapa-siapa." Rea berbalik lagi dan meneruskan jalannya menuju kelas dengan sedikit kebingungan.

Pemuda tadi sebenarnya juga tidak mengenal Rea,tapi karena merasa namanya dipanggil jadi dia menyahut. Pemuda itu terus berjalan sampai hilang dibelokan pertama koridor sekolah.


Dikelas Rea dia disambut dengan pertanyaan minus moral oleh temannya,
"Reanya Reza alisnya abis disosor siapa sih? Perasaan Reza nggak ketemu dari hari Jum'at udah luka aja."

"Lu berantem sama siapa sih Re? sampek alis lu pitak sebelah gitu."

"Yah neng geulis jadi burik deh alisnya ilang sebelah hahahaha."

Ledek ketiga temannya yang sudah duduk manis dibangku mereka melihat alis Rea yang terluka dan sedikit hilang.
"Berisik Munaroh,alis gue kejedot meja tadi." Saut Rea sambil mendekat duduk dibangku yang masih kosong.

Terhitung sudah 1 Minggu dari hari pertama Rea di kelas 11 ini,beruntung sekali untuk tahun ini dia sekelas dengan 3 temannya dari SMP dulu.
Rea duduk disebelah Nandika Areza Mawardi,seorang pemuda tinggi semampai manis dengan lesung pipi ketua dari Ekstrakurikuler KIR.

Dibelakang Reza ada kembarannya yaitu Nandita Arenjani Mawardi, sama seperti kakak kembarnya. Dita memiliki tinggi yang cukup semampai bagi seukuran perempuan lainnya,tapi yang berbeda dia tidak memiliki lesung pipi seperti Reza.

Disebelah Dita duduk seorang gadis mungil bernama Laura Flores, biasanya gadis berukuran tubuh mungil itu ber- image cute, tapi abnormal pada Flores dia termasuk golongan pendiam yang kalok gak ditanya duluan gak bakal bicara dan terkesan ketus.

Sedangkan Rea sendiri adalah gadis yang bisa dibilang biasa saja penampilannya. Dia memiliki rambut hitam legam sepinggul,tinggi 158 cm. Yang menonjol adalah otaknya yang encer menurut orang-orang.

"Za sekarang waktunya siapa?" Tanya Rea sambil menoel pundak Reza,

"Waktunya Pak Wira,kayaknya bakalan telat sih kalok hujan gini."

"Gue tiduran dulu ya,kalok pelajaran mulai baru bangunin." Rea sambil melipat tangan bersiap tidur,

"Nih pakek tas gue buat bantal,isinya ada baju ganti lumayan empuk." Reza mengulurkan tasnya.

"Thanks Za."

Tidak lama Pak Wira masuk diiringi pemuda yang dilihat oleh Rea diparkiran tadi.
"Selamat pagi anak-anak,hari ini saya membawa murid lama yang baru masuk. Namanya Haechandra Galen, untuk yang lain silahkan ditanyakan sendiri nanti setelah pelajaran saya." Pak Wira memperkenalkan Chandra didepan kelas. Setelah selesai,Chandra berlalu dan duduk tepat didepan Rea. Karena memang itu adalah bangkunya sejak dulu dan kebetulan masing kosong.

"Rea bangun,pelajarannya mulai tu." Reza membangunkan Rea.

"Hmmm makasih." Gadis itu mengerjap sambil menguncir rambutnya yang semula ia gerai.

"Siapa Za?" Rea bertanya ke Reza dengan menunjuk bangku depannya, Rea mengeryit seingatnya bangku di depannya ini dari awal masuk sekolah kosong,tapi setelah dia bangun mengapa sudah ada yang menempati.

"Chandra.''jawab Reza , "Abang?" Rea mengerutkan alisnya.

"Bukanlah,ngelindur lu. Nanti gue jelasin setelah pelajaran Pak Wira."

Tidak terdengar lagi pembicaraan dari Rea dan Reza,mereka berdua sudah mulai fokus mendengarkan Pak Wira yang menjelaskan pelajaran dipapan tulis. Sesekali fokus Rea harus buyar karena dia sekelebat mencium parfum yang mirip dengan milik kakaknya.

"Enggak,didepan gue bukan bang Candra. Ayo Rea fokus masih pagi." Gumam Rea sambil sesekali menepuk pipinya lumayan keras.

Chandra yang mendengar suara tepukan menoleh kebelakang melirik tajam dan menyatukan jari telunjuknya didepan bibir. Bermaksud menyuruh Rea diam.
Rea yang sadar bahwa pemuda didepannya merasa terganggupun menelungkupkan kedua tangan tanda meminta maaf.

Chandra sudah kembali ke posisi awal setelah dirasa gadis itu tidak akan membuat kegaduhan lagi. Pelajaranpun berlanjut dengan hikmat sampai bel berbunyi.

__________________•••__________________

"Terlalu lelap bermimpi bisa membuatmu enggan untuk bangun."
_

_____________________________________

Tinggalkan jejak untuk author🌟😁😁
Salam hangat dari author Alpha

The Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang