Pelajaranpun berlanjut dengan hikmat sampai bel berbunyi.
.........
"Oke anak-anak terimakasih untuk fokus belajar hari ini,pelajaran kita lanjut di jadwal berikutnya." Pak Wira berlalu meninggalkan kelas karena pelajarannya telah usai.Semua siswa membereskan alat tulis dan sejenak beristirahat menunggu jam pelajaran berikutnya.
"Za jadi gimana yang tadi?" Rea menyambung pertanyaannya tadi,
"Bentar kita kenalan formal dulu sama anaknya." Reza menepuk pelan pundak Chandra didepan Rea.
"Ada apa?"Chandra menoleh kebelakang karena merasa ada yang menepuknya.
"Kenalin nama gue Reza." Sambil mengulur tangan.
Chandra menyambut jabat tangan Reza dengan senyum tipis,"Gue Haechandra Galen."
"Oh iya,temen gue ini mau denger cerita lu bisa baru masuk hari ini. Apa boleh gue ceritain?" Tanya Reza sambil menunjuk Rea.
"Silahkan." Chandra memperhatikan Reza bercerita.
"Jadi gini Re sebenernya Chandra ini 1 taun diatas kita,pas kita kelas 10 dia udah ada dikelas 11. Tapi gara-gara tabrakan di depan sekolah dan patah tulang parah,Chandra harus proses penyembuhan dulu dan terpaksa ngulang kelas 11 tahun ini."
"Kok gue gak pernah denger kalok pernah ada tabrakan di depan sekolah." Rea mengernyit mencoba mengingat-ingat apa benar pernah terjadi kecelakaan saat dia masih kelas 10.
"Dih pas kejadian aja lu opname gara-gara tifus di RS,mana bisa tau."
"Ooh jadi gitu,pantesan nggak inget." Rea manggut-manggut tanda telah paham.
Dia menghadap ke Chandra dan mengulurkan tangan meminta berkenalan."Nama gue Padma Rea panggil aja Rea."
"Haechandra Galen." Chandra menggapai tanggan Rea.
"Karena nama lu sama kayak nama abang gue,dan lebih tua satu tahun. Jadi lu gue panggil bang ecan aja ya?"
"Nggak usah kaku-kaku panggil abang, santai aja lah."
"Hehehe iya gue panggil Ecan aja kalok gitu." Rea tersenyum lebar sambil melepas jabatan tangannya,mereka sedikit mengobrol ringan untuk menghabiskan waktu.
Hujan deras mengguyur disertai dengan guntur dan angin yang bertabrakan. Posisi ruang guru disekolah ini terpisah lumayan jauh dari lorong kelas,otomatis guru guru terjebak tidak bisa mengajar. Jamkos juga otomatis dinikmati murid-murid, ada yang memilih untuk berbincang riuh bersama komplotan masing-masing, bernyanyi sumbang dengan petikan gitar atau sekedar tidur. Ditengah suasana yang riuh itu tiba-tiba petir menyambar kuat.
Jddaaarrr
Diikuti kilatan besar,semuanya berteriak kuat,
"Ya Ampunnn.","Astaghfirullah.","Eh ayam-ayam."Tidak terkecuali dengan Rea yang sudah menutup mata erat-erat dan memegang kepalanya berkeringat dingin. Bukan sampai disitu saja,tiba-tiba listrikpun turut padam.
"Bang Candra!!" Rea terus bergumang menyebut nama kakaknya.Rea tidak takut pada hujan dia hanya benci dan takut pada suara serta kilat Guntur.
Chandra yang merasa namanya disebut menoleh kebelakang, penglihatannya terbatas karena jendela ruang kelas tertutup gorden semua dan hanya cahaya petir yang remang-remang dapat masuk menembus.
Dia menyadari ada yang aneh dengan gadis dibelakangnya itu, refleks dia berdiri dan mendekat kemudian mendekap kepala Rea,menepuk-nepuk pelan supaya gadis itu kembali tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucid Dream
Teen Fiction"Bang jangan jauh-jauh dari Rea ya?" Gadis itu memegang tangan Candra sambil menatap matanya. "Abang mau kemana lagi sih Re,abang udah nggak bisa kemana-mana." Jawab Candra memberikan senyum halus seraya mengusap perlahan tangan adiknya.Rea mem...