Hari ini kami berlima sedang berkumpul di rumah Kea. Tak ada yang istimewa, hanya tak ingin langsung pulang seusai sekolah.
Aku melihat beberapa kotak kardus ada di pojok ruangan, membuatku bertanya-tanya sejak tadi.
"Itu buat apa?" tanyaku pada Kea setelah beberapa saat memendam.
Kea tersenyum.
"Mau pindah." cicitnya.
Sontak hal itu membuatku terkejut, tak beda jauh dengan Ara dan Asha sekarang. Raut wajah mereka mengatakan semuanya.
"Papa pindah tugas ke Riau jadi harus pindah." jelasnya ambigu.
"Bentar deh bentar, kamu pindah ikut papamu? tapi kamu kurang satu semester lagi loh baru lulus, nanggung banget." cerocos Ara.
Kea malah terkekeh sendiri, sedangkan Alin sepertinya sudah tau semuanya namun tak berbicara apapun.
"Aku sama Mama tetep disini, nunggu aku sampai lulus karena gak bisa asal pindah gitu aja. Setelah lulus baru deh kita pindah sekeluarga, jadi sementara ini Papa aja yang kesana." jelas Kea.
Aku mengangguk.
"Berarti gak bakal lanjut sekolah disini lagi." lirihku.
"Iya, tiga tahun aku bakal disana, nanti baru cari kampus di jawa lagi."
"I'll miss you." cicit ku sambil memeluk Kea dari samping.
Sebenarnya kami juga tahu kalau pekerjaan papa Kea memang seperti itu, bahkan dia juga menjadi murid pindahan kan di sekolah kami yang sekarang.
Terkadang aku juga penasaran, apakah menjadi seorang Kea sangat melelahkan atau tidak.
Beberapa saat kemudian suasana chaos. Asha selonjoran dengan laptop didepannya menampilkan drama korea, Ara bikin video entah buat apa, Alin dan Kea sedang menertawakan sesuatu di ponsel sedangkan aku terdiam membaca novel online.
Karena merasa bosan membaca, aku pun berjalan menuju teras rumah Kea. Semilir angin membuatku merasakan kantuk. Tapi beberapa saat kemudian Kea duduk disampingku.
"Kalau tidur didalem aja." katanya.
"Enggak." sahutku.
Kami terdiam cukup lama. Merasakan semakin ngantuk karena keheningan, akupun langsung menanyakan sesuatu yang sedari tadi kutahan.
"Enak gak pindah-pindah gitu?" tanyaku.
"Siapa juga yang mau susah-susah pindah." katanya dan membuatku tersenyum kecil menyetujui perkataannya.
"Aku udah sering pindah gini dari kecil, dari yang awalnya di Purwokerto, Surabaya, kesini, cuma ya kali ini agak jauhan ke Riau." imbuhnya.
"Capek?"
"Dikit, tapi ya harus dijalanin. Papa kerja juga buat aku, tapi untungnya tinggal satu kali aja terus kuliah dan netap disana walaupun jauh dari keluarga."
"Aku tahu kalau adaptasi sama lingkungan baru itu susah."
Kea mengangguk.
"Mungkin itu yang bikin aku sekarang sudah terbiasa dan cepat beradaptasi. Gak kayak dulu, karena udah besar kali ya?"
Aku mengangguk setuju.
"Jangan lupa tetap hubungi aku, jangan mentang-mentang dapet temen baru jadi lupa sama aku." ucapku drama.
"Aku gak kayak gitu!"
"Cuma takut aja Ke, kamu bakal nemu temen yang lebih cantik, lebih baik, lebih segalanya dari aku sama anak-anak disini. Jadi lupa sama kita disini, aku tau kamu gak mungkin sombong tapi ya siapa tahu kan."
"Enggak lah, gila aja." elaknya.
Aku tersenyum lalu terdiam.
Selalu ada perpisahan disetiap pertemuan yang terjadi, entah mengapa aku membenci perkataan itu walaupun semua benar adanya.
2015.
***
Pejuang Meet Up💙
Vallen:
Kea, rumahnya udah pindah lagi kan ya?Alin:
Dia di batam sekarang.Kea:
Iya, sekarang di kotaVallen:
enak dong, kalau balik ke batam gak harus naik kapal dulu.Kea:
Jadi keinget dulu, naik pesawat-naik kereta-naik kapal baru sampe rumahAsha:
Mau bilang primitif tapi kok naik pesawat sama kereta😆Kea:
Aku udah jadi anak kota sekarang!Vallen:
Bangga banget Ke?Kea:
Iya dong!Ara:
Kalau udah balik Surabaya lagi bilang yaKea:
Kenapa?
Mau nyamperin?Ara:
Enggak lah, bilang aja.
Mau ngucapin selamat datangVallen:
Gak jelas woy🤣***
Aku selalu bilang kalau Kea itu kayak kucing, tapi nyatanya dia spesies ikan salmon.
Suka pindah tempat dan menyebarkan kebahagiaan buat sekitarnya.
Tapi dia juga penggambaran sisi ikan salmon yang lain, yang akan selalu berusaha pulang kerumah pertamanya.
Sekarang dia jauh disana, lebih jauh dari yang lain. Sudah berapa lama kita gak ketemu?
Si ikan salmon ini selalu menyimpan kekesalannya sendiri, menyimpan kesedihannya sendiri, menyimpan semuanya sendiri.
Aku jarang mendengar kabarnya tapi selalu mendoakan dia baik-baik saja.
Sebenarnya aku juga bertanya dalam hati, kita terpisah jarak dan jarang berkomunikasi. Sebenarnya memang semua sudah berubah atau memang aku yang kurang perhatian. Bukan sekali dua kali aku mendapatkan kabarnya dari orang lain.
Tapi bagaimanapun itu aku selalu berdoa agar Kea bisa selalu menjadi terang dimanapun dia berada.
Sosok Alia Keana yang selalu memanggilku dengan suara melengkingnya, yang tak jarang suka menyeretku ke kantin hanya sekedar beli es teh seribuan, sosoknya yang menjadi pelengkap kami berlima yang cenderung membosankan.
Kea, terima kasih sudah mau berteman dengan 'si rambut aneh' ini dan tak bosan hanya untuk membaca pesan tak penting dariku. Semoga kelak kita bisa bertemu lagi dikeadaan yang lebih baik.
Terima kasih masih mengingatku yang bukan siapa-siapa ini. Dimanapun kamu berada aku akan selalu siap mendengarkan ceritamu. Aku sedang berusaha jadi orang yang perhatian, asal kamu tahu kalau aku selalu malu untuk sekedar bertanya, "How was your day." karena takut mengganggumu.
Aku ingin ceritakan banyak hal padamu tapi aku berharap kamu juga.
Sama seperti si moody yang kukenal tujuh tahun lalu, tetap jadi Kea yang menggemaskan yah.
***
with love,
Febe Aurita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Friends
Storie breviTeruntuk yang terkasih: Alin Kirea Alia Keana Narasha Vanya Navasha Xaviera Terimakasih sudah ada. Dari yang sedang rindu kalian, Vallen Vienna.