Angin musim gugur berhembus pelan, menggoyangkan pucuk-pucuk ranting jajaran pohon Maple yang telanjang akibat daunnya yang berjatuhan. Membuat trotoar di depan deretan pertokoan suatu sudut area Gangnam penuh oleh serakan dedaunan kering berwarna orange.
Tak terkecuali di depan sebuah toko dengan kaca jendela besar bertuliskan "Blossom Florist". Fasad toko bergaya Eropa-classic, serta barisan pot bunga segar yang tersusun rapi di bawah kaca cukup menandakan bahwa toko tersebut bukanlah florist biasa. Yeah, selain adalah tujuan utama setiap orang yang akan membeli rangkaian atau tangkai-tangkai bunga segar, pengunjung juga bisa bertemu –jika sedang beruntung tentunya- dengan pemilik toko yang adalah seorang yang cukup dikenal di negara ini.
"Jjjaannnn...." Wanita cantik bersurai hitam panjang terurai meletakkan nampan berisikan 2 mangkok ramen di atas sebuah meja yang biasa ia pakai untuk merangkai bunga. Asap yang mengepul dengan aroma ramen kerang semakin membuat si customer melebarkan mata dan bergirang, 'hwaahhh~~~'
Wanita cantik itu tersenyum manis, lantas memberikan garpu berhias karakter Pororo kepada masing-masing customer setianya.
"Makanlah dengan perlahan, anak-anak," ujarnya sumringah pada mereka, 2 anak laki-laki kecil berusia 9 dan 7 tahun, ".... kita tunggu sampai paman kalian datang."
"eheumb," jawab salah satunya sambil mengangguk, sedangkan adiknya tak lagi menggubris, dengan sangat lahap menyendok ramen di mangkuknya dan membuat si wanita cantik tertawa geli.
"Aunty Ji..." Si kecil menjeda sejenak keasyikannya pada ramen, "...aunty tau tidak, paman sering bilang ramen kerang buatan aunty adalah yang paling enak."
Wanita cantik terkikih lagi, jemarinya meraih sapu tangan dari saku celemeknya.
"Ohya? Berarti paman kalian berbohong, karena dia sangat tidak menyukai kerang," ujarnya sambil mengelap bibir si kecil yang belepotan oleh kuah ramen.
'Kriing...'
sebuah bunyi nyaring terdengar, mungkin bel kecil di atas pintu masuk penyebabnya.
Wanita cantik dengan cardigan Lilac dan dress berwarna putih itu tak beranjak.
"Sepertinya aku tidak perlu mengucapkan selamat datang," ujarnya pada seseorang yang baru saja menginjakkan kaki di gerainya, lelaki berusia 37 tahunan bernama Song Joongki.
"Ouuchhh..." Pemuda bermarga Song yang datang dengan sedikit tergesa itu mengelap keringatnya.
"Maaf aku terlambat, Ji. Jalanan sangat padat," jawabnya sambil melirik pegawai toko buku di seberang jalan yang baru saja memutar notice 'open' pada pintu menjadi 'close'.
"------ayo anak-anak kita segera pulang sebelum ibu kalian menelepon dan mengomeliku," lanjutnya sambil beranjak menuju lemari es di sudut ruangan dan mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam sana.
Wanita cantik yang baru saja dipanggil 'Ji' tersebut membalikkan badan, bolamata berwarna aamber-nya memandang si pemuda yang sedang menenggak habis isi dalam botol air mineral.
"Anak-anak sedang menghabiskan makanannya, sabar sedikit bisa, kan??" Ujarnya sedikit jengkel.
Joongki menatap balik si wanita yang kini sedang bersedekap tangan, "iya iya, Nyonya Ji," ia memberi penekanan pada kata Nyonya Ji, membuat si wanita cantik mengulum bibir.
Entahlah, apa yang terlihat cukup menandakan bahwa pemuda bermarga Song dan wanita cantik tersebut telah lama saling mengenal. Joongki yang sangat familiar dengan setiap bagian gerai bunga tersebut tak lagi segan sekedar melewati batas meja kasir dan membuka lemari es. Terlebih lagi tak ada kekhawatiran untuk meninggalkan si kecil Sijin dan Hojin, 2 keponakannya itu, kepada sang pemilik gerai bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER LANGUAGE
RomanceKenangan adalah bukti, bahwa tak ada yang benar-benar selesai dalam hidup ini.