Seoul, 07.00 PM KST
Maisson Valentino Gala Dinner
Sebuah taman outdoor milik salah satu hotel bintang 5 di Seoul disulap begitu cantik, menandakan sedang terselenggara acara khusus di sana.
Tampak si bungsu Kim berada di tengah-tengah undangan tamu VVIP, berbincang dengan para tamu undangan lain yang adalah kawan-kawannya sesama aktris.
"Bye..."
Tepat ketika Jiwon dengan supel melambaikan tangan pada kawannya yang lebih dulu beranjak pergi, seseorang datang menghampirinya.
"Hei..."
Gadis Kim sontak menoleh. "Uh, oppa? Kau juga datang rupanya. Aku tidak melihatmu sejak tadi."
"Kau kan memang selalu begitu. Kalau sudah melihat makanan enak jadi tak fokus pada yang lainnya," celetuk si pemuda yang kini berdiri di samping Jiwon. Satu tanganya tersimpan di saku celana, sedang tangan lainnya memegang gelas cocktail.
"iiisssshhhhh....." Jiwon mencebik sebal membuat pemuda dengan balutan jas mahal itu tersenyum puas.
"Kau datang sendiri? Tidak bersamanya?"
"Changwook oppa sedang sibuk, tidak bisa datang," jelas Jiwon. Pemuda di depannya hanya manggut-manggut.
"Yaak... Joongki-ssi...." Suara seorang lain yang mendekat. Membuat Jiwon dan si pemuda Song menoleh bersamaan. "Ahh, annyeong, bagaimana kabarmu?" Sapanya balik, dan menjabat rekan aktor yang menghampirinya itu.
"Oppa, aku kesana dulu," Jiwon berkata lirih dan Joongki mengangguk sekilas.
Jiwon beranjak meninggalkan 2 pria yang tampak semakin asyik mengobrol.
Malam semakin larut. Beberapa tamu undangan mulai beranjak pulang. Tinggal segelintir tamu VVIP dari kalangan artis yang tersisa, termasuk Jiwon yang baru saja melakukan sesi wawancara singkat bersama para reporter.
"Kim Jiwon-ssi terimakasih berkenan memberi sedikit waktu untuk kami. Seperti biasa, kau cantik sekali hari ini," puji seorang reporter wanita yang baru saja mewawancarai Jiwon.
"Terimakasih kembali, kalian sudah bekerja keras," balas Jiwon halus, memberi salam dan beranjak pamit untuk meninggalkan acara tersebut.
Jiwon berjalan dengan anggun melewati deretan meja dan kursi yang tampak lengang. Langkahnya terhenti di salah satu meja dan meminta segelas mocktail pada pelayan.
Satu hal yang tak ia sadari, sepasang mata terus mengawasinya dari jauh. Memandangnya dengan pandangan tak suka.
.
Bila Hera murka pada Paris karena lebih memilih Afrodit sebagai dewi tercantik hingga membuatnya begitu dendam dan membenci Afrodit sang simbol cinta dalam mitologi Yunani itu, maka demikianlah cara Cho Saerom menganggap Kim Jiwon.
Ia –yang juga hadir dalam acara- berdiri bersedekap tangan, dari jauh mengawasi setiap pergerakan Jiwon dengan tatapan bengisnya.
Kedengkiannya semakin menjadi ketika dilihatnya gadis dengan balutan gaun panjang berwarna putih tersebut baru saja menyelesaikan wawancara eksklusif bersama jajaran wartawan dan reporter.
Masih terngiang percakapan antara dirinya dan Jiwon beberapa waktu lalu ketika ia dengan sengaja mengunjungi Jiwon.
.
"wae? Apa kau terkejut? Ahhh... kurasa Changwook oppa belum memberitaumu bahwa aku dan dia akan berada dalam satu proyek bersama lagi." Saerom berujar penuh kesombongan membuat Jiwon sedikit terkejut dan menyipitkan mata.
'Benarkah?'
Saerom berdecak, menyungging satu sisi bibirnya. "Sudah kuduga, Changwook oppa tidak benar-benar menjadi dirinya sendiri ketika bersamamu!"
"Yak, Cho Saerom-ssi!" Jiwon menjawab cepat. "Apapun yang akan kau lakukan, itu tidak akan membuatku menyerah padamu."
"..... aku sudah pernah kehilangan seseorang, dan kali ini aku tidak ingin merasakannya lagi. Akan kupertahan apa yang sudah jadi milikku!" Lanjutnya tenang tapi penuh ketegasan. Membuat Saerom menggertakkan gigi dan memandang Jiwon penuh murka.
.
'Akan kupertahan apa yang sudah jadi milikku!'
Satu kalimat yang terus terngiang di telinga Saerom, membuat hatinya semakin penuh dengan kebencian. Saerom melangkah mendekati Jiwon yang masih berdiri di dekat kolam renang.
"Tak kusangka kita bertemu disini." Sapa Saerom sarkas.
Kim Jiwon yang baru saja menyeruput mocktail lekas menoleh. Lidahnya berdecak ketika melihat perempuan itu.
'ck! Dia lagi.'
"Wae? Apa kau terkejut melihatku? Harusnya aku yang terkejut mengetahui kau juga ada di sini." Jiwon membalas tak kalah tajam membuat emosi si Succubus tersulut.
"...... sial sekali ternyata aku masih saja bertemu denganmu."
Saerom semakin melotot, rahangnya mengeras. "Yakk, beraninya kau!"
"Sudahlah. Aku terlanjur hafal hal apa saja yang akan kau katakan padaku, dan aku benar-benar bosan mendengarnya. Lebih baik aku pulang. Annyeong!"
Jiwon menyedekapkan tangannya, dengan –tetap- elegan berjalan melewati wanita Cho yang terbengong mengatupkan bibir.
'Berani-beraninya kau!'
Dendam yang teramat dalam telah menutup akal sehat Saerom. Dengan cepat menyejajari langkah gadis Kim, sengaja menyikut lengan Jiwon dengan sikunya. Membuat gelas mocktail yang sedang dipegang Jiwon jatuh dan pecah.
Saerom segera berlalu. Jiwon amat terkejut, tubuhnya oleng. Naas sekali, ankle strap heel-nya menginjak gaun panjang yang ia kenakan, membuat tubuh mungilnya hilang keseimbangan dan....
Byurrr...!!
Jiwon terjatuh ke kolam renang yang cukup dalam.
"To---long----!" Suaranya ketika gelombang air membawanya ke permukaan, berteriak sekuat yang ia bisa. Tangannya berusaha menggapai apapun yang memungkinkan untuk menjadi tumpuan.
Blurrppp....
Bluurrpp....
Bluurrpp.....
Tubuh mungilnya tenggelam lagi.
Dan bayang-bayang kejadian masa lalunya hadir kembali, membuatnya yang memang tak bisa berenang semakin lemas.
"T----o-----l----o----n------g-----"
Jiwon berteriak semakin lirih. Tergeragap oleh air kolam yang merangsek hidung dan mulutnya. Dadanya sesak akibat air yang mulai memenuhi setiap rongga paru-paru.
Byuurrrr
Tepat ketika tubuh mungil itu hampir saja menyerah pada kedalaman kolam, samar ia mendengar seseorang menceburkan diri menujunya, sigap menangkap dan memeluk tubuhnya yang makin terkulai.
Beberapa orang dan pegawai yang tersisa membantu mengangkat tubuh Jiwon ke pinggiran kolam.
"Yakk Jiwonie... Jiwonie!!" Ia, yang sekian detik lalu sengaja menjatuhkan diri ke dalam kolam mencoba menggoncangkan tubuh mungil Jiwon.
"Uhuk... uhukkk..."
"Jiwonie, gwenchana??? Huh?"
Dengan sisa tenaga yang ada, Jiwon menangkap sosok itu. Pemuda yang baru saja menyelamatkan nyawanya. Satu lengan menopang tubuh Jiwon yang lemas, sedang lengan lainnya tetap mengguncang dan menepuk pelan pipi putih tersebut agar pemiliknya tetap terus sadar.
Pemuda tersebut juga terengah-engah, rambut dan setelan jas nya basah kuyup.
"Jiwoniee... heiiii...."
Kim Jiwon tak sanggup lagi membuka mata, dadanya terasa nyeri sekali.
"J-joongki op-pa...." Gumamnya lirih, tepat sekian detik sebelum kelopak matanya menutup sempurna.
"Yakkkk Kim Jiwon! KIM JIWON!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER LANGUAGE
عاطفيةKenangan adalah bukti, bahwa tak ada yang benar-benar selesai dalam hidup ini.