-----Dari sekian kalimat tanya yang penah ada, maka 'Apakah kau mencintaiku?' adalah satu-satunya pertanyaan yang tak ingin kudengar dari mulutmu, manisku.
Bagiku itu bukan pernyataan cinta, melainkan sebuah keraguan. Cinta tak sekedar mengenai jawaban dari sebuah pertanyaan, bukan soal tanya jawab.
Terlebih bagimu, Ji, yang sejak pertama kali sepasang mataku secara sengaja menatap binar aamber indahmu, aku seperti menjadi pandai dan bodoh yang bersamaan.
Aku seperti menghamba sekaligus menjadi raja demi menafsirkan kerling aamber yang sarat akan ketulusan itu.
Meski aku tak tahu mencintaimu harus sebenar apa, tapi aku hanya ingin sebagai yang tak ingin kamu lupa. Aku hanya ingin sebagai yang benar-benar tak ingin menorehkan luka.
Aku mencintaimu. Dengan segala rindu dan cemburu. Di pelukanmu rindu akan terbayar lunas. Di dekatmu, segala hari penuh mentari.
Aku masih mengingat jelas, helai demi helai poni rambut yang bermain di dahimu. Mungkin kau merasa geli, tapi detik itu kau serupa bidadari. Kau lahirkan rindu yang nyeri sampai saat ini.
Di cahaya aamber-mu yang kucinta, aku layaknya memiliki segalanya namun selalu tiba-tiba gagal merangkai kata.
Aku ingin kau mengerti, bahwa tak sekalipun hari yang tanpamu itu baik. Apapun akan kuusahakan agar kau senantiasa bahagia. Sebab, perjuangan untuk mempertahankanmu adalah hal yang paling melegakan bagiku.
Aku mencintaimu. Mencintai diammu. Mencintai segalamu. Aku mencintai bagai apapun. Menjelma apapun. Tak peduli rambutmu nanti memutih, atau garis kerutan yang mulai mengisi. Aku mencintaimu tak kenal letih.
Duhai cinta, kau adalah sebaik-baik pulang bagiku.
Kau bagai samudra yang luas sedang aku hanyalah rintik kecil yang padamu sirna.
Kau menyentuh hatiku dan kau jatuhkan cinta berkali-kali dari sekali senyuman.
Entah bagaimana caranya tapi kurasa hanya kau wanita selain ibuku yang sanggup kucintai sepenuhnya. Tidak ada yang lain. Mencintai yang lain yang bukan kau, aku butuh lebih dari sekedar sakit dan hampir mati karenamu.
Maka, Jika cinta adalah tentang senja, maukah kau terbenam saja di hatiku seorang?
----------.
.
.
Lampu-lampu trotoar berwarna orange mulai menyala ketika sebuah Audi R8 membelah jalanan yang masih basah akibat guyuran hujan sejak tadi siang. Super Coupe teranyar senilai milyaran won itu menepi, berhenti dengan begitu halus di ujung salah satu jalan area Gangnam.
Si pengemudi lekas melangkah turun, memakai bomber jaket dan bergegas berjalan menapaki trotoar panjang di depannya. Satu tangannya mengambil sebatang rokok dari dalam saku, lekas membakar ujur lintingan tersebut. Lantas menghisap dan menghembuskan lingkaran-lingkaran asap ke udara dingin.
"Ssssshh......." Cuaca dingin yang menusuk dan sebatang rokok memanglah perpaduan yang nikmat.
Ia tetap meneruskan langkah tenangnya. Beberapa kali gadis-gadis muda yang berpapasan bergumam sambil cekikikan kecil untuk memuji pesona yang terkuar dari pria tersebut. Tapi ia enggan membalas apapun, padahal cukup dengan satu senyuman kecil saja sudah sangat mampu membuat si gadis-gadis muda terlena.
Malam yang hampir menjelang menuntut sebagian toko-toko di area tersebut untuk segera mengemas diri. Seperti sebuah cafe bergaya Perancis itu misalnya, seorang pegawainya baru saja mengemasi deretan bangku di luar ruangan untuk kemudian kembali ditatanya besok pagi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER LANGUAGE
RomanceKenangan adalah bukti, bahwa tak ada yang benar-benar selesai dalam hidup ini.