-[00]-

189 116 40
                                    

00|Prolog

Hujan deras dan petir yang bersahut-sahutan membuat malam ini menjadi lebih mencekam. Angin kencang mengakibatkan banyaknya pohon yang tumbang. Badai malam ini membuat orang-orang enggan untuk keluar rumah.

Tetapi tidak dengan seorang pria yang sedang mengendarai mobilnya di jalanan yang sepi. Seakan tak punya rasa takut, pria itu malah terlihat santai mengendarai mobilnya melewati pohon tumbang yang ada dijalanan.

Pria itu bersiul. Kepalanya mengangguk-angguk menikmati irama musik yang ia setel dalam mobilnya.

Tak berselang lama, kendaraan yang ia kendarai akhirnya berhenti disebuah rumah besar nan megah. Ia mengklakson mobilnya berharap ada yang mendengar. Tetapi nihil, ia sudah menunggu dua menit tapi tak menemukan tanda-tanda ada satpam atau yang lainnya untuk membukakan gerbang.

Pria itu berdecak sebal. "Kemana para pekerja itu? Mereka dibayar untuk bekerja bukan meninggalkan pekerjaannya seperti ini!" kesalnya sembari menatap tajam gerbang rumahnya.

Tak punya pilihan lain, akhirnya ia keluar mobil. Ia membuka gerbang besar rumahnya dengan keadaan hujan-hujanan. Bajunya basah kuyup akibat hujan yang begitu deras, ditambah lagi petir yang tak henti-hentinya terdengar.

Mobilnya memasuki area pekarangan rumah. Ia berlari menutup gerbang lagi, dan segera masuk kerumah.

Tok...tok...tok...

Pria tersebut mengetuk pintu rumahnya. Ia mengerinyit bingung saat tak mendapat sahutan dari dalam rumah, seakan rumah tersebut sepi tak berpenghuni. Lalu ia mencoba membuka pintu.

Ceklek...

Aneh. Biasanya pintu selalu dikunci dari dalam. Istrinya akan menuruti apa yang ia perintahkan. Tak ingin dugaan-dugaan aneh bersarang di otaknya, ia memilih untuk masuk memastikan istrinya dan dua anaknya masih baik-baik saja.

Ia membuka pintu lebar dan melangkah masuk. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat keadaan rumahnya yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. Rumahnya berantakan, pecahan kaca berserakan dimana-mana.

Refleks ia menjatuhkan tas yang ia bawa. Ia menelusuri setiap sudut ruangan mencari keberadaan istrinya dan dua anaknya.

"Al!"

"Araa!"

"Starla!"

"Kalian dimana?!" panggil pria itu sambil terus mencari disetiap ruangan.

Ia berlari tergesa-gesa menuju lantai dua. Raut wajah khawatir dan takut sudah terlihat jelas diwajah tampannya.

"Al! Ara! Ini ayah nak!" teriak pria itu lagi saat tak mendapati anaknya dikamar.

Ia berlari menuju ujung lantai dua dimana kamarnya berada. Kaki yang tadinya berlari kini melambat. Tangannya gemetar. Firasatnya buruk. Wajahnya pun sudah menjadi pucat bak seorang mayat.

Ia membuka pintu yang tidak dikunci itu dengan sangat pelan, mengakibatkan bunyi decitan di pintu.

Deg

Ia mematung. Matanya melotot terkejut. Bibirnya bergetar. Badannya pun mulai lemas tak bertenaga saat melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

Ia berjalan mendekat. Tubuhnya merosot, kala melihatnya dengan jelas. Ia menampar pipinya sendiri untuk memastikan jika ini bukan mimpi.

Sakit!

Ini bukan mimpi! Ini nyata!

Kenyataan yang membuat hatinya berdenyut sakit. Nafasnya tercekat saat melihat tubuh sang istri tergeletak tak berdaya dengan darah disekelilingnya. Pria itu menunduk, tak sanggup melihat sang istri yang sudah tak bernyawa dengan keadaan tragis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MICHAELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang