[1] Jakarta

21 1 2
                                    

 

   "Akhirnya sampe Jakarta." ucap Bumi yang sedang menuruni tangga pesawat yang baru saja landing itu dengan lega. Bumipun masuk dan segera mengurus barang-barang (tas, koper, dll)
.
.

  "Eh? Maaf, Mas," Ucap Bumi kepada laki-laki yang ia tabrak karena ia berjalan sambil membenarkan pegangan kopernya.

  "Eh, matanya biru?," Batin Bumi setelah mengamati lelaki itu dengan sekilas. Lelaki itu tidak menggubris permintaan maaf Bumi di awal.

  "Sekali lagi maaf ya, Mas? Permisi." Bumi meminta maaf lagi kepada laki-laki yang lebih tinggi darinya itu namun lagi-lagi tidak digubris, karena laki-laki itu seperti sedang sibuk mencari sesuatu di sekitarnya.

"yaudah sii, yang penting udah minta maaf." Pikir Bumi.

   Bumipun bergegas menjauh dari lelaki tersebut,

"Bumi! Sini!," Teriak seorang gadis di ruang tunggu,

"Hai, Cha!," Sahut Bumi

–———
Chania Ekadanta
Biasa dipanggil Chaca. Sepupu Bumi, anak dari kakak Mama Bumi, Om Nara. Bumi dekat dengan Chaca karena mereka memang sering bermain bersama saat kecil. Bisa dibilang Sepupu+Bestie nya Bumi.
———–

  "Aaaa Bumi, long time no see! Kangen banget!," teriak Chaca sambil memeluk Bumi,

"Eh gausah teriak-teriak, berisik tau! Malu-maluin." jawab Bumi sambil mebalas pelukan Chaca,

"Galak banget sii, baru dateng juga," ujar Chaca

"Biar!." sahut Bumi dengan sarkas.

"Yaudah yuk, cuss ke rumah." ajak Chaca,

"Bantu bawain tas dong, Cha." pinta Bumi,

"Gamau! Enak aja suruh-suruh, emang gue budak?," tolak Chaca

"Starbucks?,"

"Skip!"

"Chatime?,"

"Skip!"

"Kfc? McD?,"

"Skip!"

" Naspad?,"

"Gass! Pluss es teh dua!,"

"Sini tas lo!," akhirnya Chaca mau membatu Bumi membawakan tasnya,

"Nah, gitu dong!," ucap Bumi,

"Yang penting naspad jangan lupa!." Chaca mengingatkan

"Iya-iya, bawel!." balas Bumi.

Merekapun bergegas mencari taxi dan pergi ke rumah makan Padang terlebih dahulu sebelum ke rumah.

.

Sesampainya di rumah makan Padang, merekapun mengambil sendiri menu yang mereka inginkan.

"Es teh tiga ya, Bu." pesan Bumi ke pemilik rumah makan,

"Lah kok tiga sih, Bum?," tanya Chaca,

"Lah, tadi bilang 'plus es teh dua'!. Gimana sih, Cha?" jawab Bumi

"Oh iya, rezeki anak sholehah," ujar Chaca,

"Anak sholehah harga diri sebates nasi padang plus es teh dua." ejek Bumi.

Merekapun makan.

Disela-sela makan, Chaca membuka percakapan,

"Ngapain sih, Bum? Kudu ke Jakarta sendiri? Mau ngapain ke sini? Udah enak di Bandung, kehidupan udah terjamin, ada tante Nada." [r: Mama Bumi] Chaca membuka percakapan dengan banyak pertanyaan.

"Harus banget nanya itu sekarang? Capek banget, Cha. Baru sampe." Bumi bertanya balik sambil mengeluh

"Yaudah deh, ga maksa. Sok, makan dulu terus istirahat," ucap Chaca dengan menggunakan dialeg sunda.

Merekapun segera menghabiskan makanan mereka dan segera kembali ke taxi

.

Di Taxi
"Bumi beneran mau tinggal di rumah pemberian Ayah Bumi? Udahlah, tinggal bareng gue aja.." tanya Chaca tiba-tiba

"Ngga ah, Cha. Pengen sendiri aja," jawab Bumi

"Gila?! Sendiri di rumah yang lumayan gede itu? Gila kali lu, Nyet?" ujar Chaca sedikit kaget

"Yaudahsi, emang kenapa Chaa?," tanya Bumi

"Yaudahlah, susah emang ngomong sama lu!." jawab Chaca pasrah yang mengakhiri percakapan mereka. xxx

Nb. Maaf kalo narasinya bikin pusing

TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang