CHAPTER 4

1 0 0
                                    


Sudah sepuluh menit berlalu tidak ada percakapan diantara keduanya sampai Viana bergerak gelisah di tempat duduknya. Alanda yang melihat itu pun tersenyum miring mengingat obat yang dia larutkan dalam air mineral itu mulai bekerja. Viana mengarahkan AC mobil itu ke arahnya sambil terus mengipas-ngipaskan tangannya. 

"panas banget, terus gatal banget dan berdenyut di bawah" Viana bertanya-tanya dalam hatinya merasakan aneh pada tubuhnya.

Tiba-tiba Alanda meletakkan tangannya di atas paha Viana sehingga ia tersentak dan melenguh saat merasakan sensasi tangan Alanda. Mendapat respon seberti itu, Alanda menyeringai senang dan meremas paha Viana sambil perlahan semakin menuju pangkal pahanya. 

"Aaahh Kak!" desah Viana sambil mencengkram lengan Alanda yang kekar agar berhenti melakukan hal tak senonoh ini. Tapi sayangnya karena pengaruh obat perangsang tadi membuatnya lemas dan tak berdaya. Entah kenapa badannya sangat responsif terhadap sentuhan laki-laki disebelahnya ini. Ingin rasanya menghentikan pergerakan tangan Alanda tapi ia sangat suka dengan sentuhan ini.

Tak lama mereka sampai di mansion Alanda yang sangat megah dan indah. Begitu memasuki pekarangan mansion rasanya seperti memasuki kerajaan di cerita cinderella. Taman yang sangat luas serta banyak pohon rindang yang memberikan kesan kesejukan saat memasuki mansion tersebut. Terdapat air mancur di tengah-tengah pekarangan menambah keindahan mansion ini. 

Setelah sampai di depan pintu masuk rumah, Alanda pun turun dari mobil lalu membuka pintu sebelahnya dan menarik Viana keluar dari mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sampai di depan pintu masuk rumah, Alanda pun turun dari mobil lalu membuka pintu sebelahnya dan menarik Viana keluar dari mobil. Karena terlalu lemas dan pandangannya mengabur, Viana hampir saja terjatuh jika tidak ada tangan Alanda di pinggangnya yang menahannya agar tetap berdiri. Melihat hal itu, Alanda langsung mengangkat Viana ke pundaknya bagaikan membawa karung beras.

"Kakhh! aahh! turunin gak?! aawwhss" Alanda menepak dan mengelus bokong Viana berulang kali. Perlakuan Alanda membuat Viana terus mendesah tak karuan dan terus bergerak gelisah. Untung saja Viana itu mungil dan tidak berat sehingga Alanda tidak kesusahan saat menggendong Viana. 

Setelah menaiki tangga dan melewati beberapa pintu kamar, akhirnya sampai di kamar Alanda. Ia pun membuka pintu kamar dan langsung masuk. Tapi karena Viana yang terus memberontak dan tak mau diam, kepalanya terpentok pinggiran pintu.

 Tapi karena Viana yang terus memberontak dan tak mau diam, kepalanya terpentok pinggiran pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang