Back to Ara.
Aku tidak mengerti berada di mana. Tapi tempat ini sungguh indah, di depanku ada banyak hamparan bunga yang bermekar. Senyumku merekah, entah kenapa rasanya sangat bahagia.
Aku berjalan menuju salah satu bunga yang tidak pernah aku temui. Sangat cantik, dengan warna kuning merekah, serta kelopak yang bermekar dengan perpaduan tangkai hijau tua. Apakah ini mawar?
"Bukan." Sebuah suara menghentikan tanyaku. Aku menoleh ke arah sumber yang berasal dari depanku. Ada seorang laki-laki, dan tidak aku kenal. Tubuhnya tinggi, kulitnya yang tidak terlalu putih, tatapan mata tajam, dengan mata indah berwarna coklat, bibir tipis, ditambah hidung mancung yang membuatnya semakin berkharisma?
"Lo siapa?!" Kataku galak.
"Ini bukan mawar. Tapi Tulip," laki-laki itu menatapku, "Kenapa kamu sepertinya tertarik?"
Aku diam sejenak, mencerna pertanyaannya. Jujurnya, aku tidak ingin menjawab tapi, "Entah, sepertinya bunga ini memiliki sesuatu yang membuatku tertarik."
"Cinta sebelah tangan, sebuah penolakan menyakitkan. Itu makna dari bunga yang kau lihat."
Aku terperanjat mulutku menganga. "Ba---gaimana?"
"Mungkin, sekarang kamu memang mengalaminya. Tapi, cobalah belajar dari mereka walaupun terluka tetap bermekar. Karena, sebanyak apapun mereka dikecewakan, mereka dibuang, pada akhirnya mereka akan tetap tersenyum membuktikan kekuatan. Membuktikan, bahwa mereka tetap bisa bahagia."
Tiba-tiba saja air mataku mengalir, rasanya sesak ketika laki-laki dihadapanku berkata seperti, yang bahkan aku tidak kenal siapa dia. Dan, terutama bagaimana dia bisa tahu perasaanku saat ini.
"Ini buat kamu," dia menyodorkan setangkai bunga Tulip. Hanya saja kali ini berwarna soft pink. Aku melihat ke sekeliling taman, tidak ada bunga seperti ini. Lalu di mana dia bisa mendapatkannya?
"Percayalah," dia mengusap pipiku, yang terasa basah. "Sejauh mana pun kamu mencoba melupakan. Kamu tidak ada lupa terkecuali menghadapinya yang ada dihadapanmu.Kamu harus bahagia. Karena kebahagiaanmu akan datang beriringan dengan takdirmu, kuatkan lah menjalankan semua ini."
Dia pun bergegas menjauh, "Aku pulang. Suatu saat nanti kita akan bertemu. Dan, jangan pernah menangis ya!" Laki-laki itu berjalan jauh. Tapi, tiba-tiba dia kembali lagi.
Mengecup keningku lama, perasaan nyaman itu menjalar.
"Kamu memang selalu dihatiku, dan ketika aku datang, aku yakinkan kamu menjadi milikku. Selamanya."
Blaaasshhhh
Angin yang tidak tahu datang dari mana langsung membuatku tersadar. Laki-laki tadi sudah tidak ada. Menggerakan kepalaku, melihat tidak ada siapapun. Kemana dia? Dengan langkah tertatih, dan tangan yang menggengam bunga aku pun berjalan tidak tentu arah.
"Ara, bangunnnn! Ayoo bangun, jangan tidur begini. Lo tega sama gue."
Aku kembali menoleh, suara itu sepertinya sangat aku kenal. Kepalaku berputar-putar.
"APRAYUNAAAAAA BANGUN!!!!"
Suara itu juga aku kenal. Tapi aku tidak ingat, siapa mereka? Sekelebat bayangan melintas di hadapanku. Memori itu terputar, ketika bagaimana aku sakit. Bagaimana aku berada di taman, bagaimana aku menangis di pelukan seseorang. Bagaimana aku menahan amarahku, bayangan bagaimana aku menghancurkan sebuah ruangan. Bayangan di mana, aku terduduk dengan dua orang dihadapanku menangis.
Dan sebuah nama meluncur dari mulutku, seperti menyambung dengan perkataan laki-laki tadi.
"Kayro..."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Friendzone
Teen Fiction[EDITED] - DONE Ini tentangku. Tentang perasaanku kepadanya. Tentang keinginanku. Tentang sebuah rasa atas nama "Cinta". Tapi, aku tersadar tentang sebuah skenario hidup atas nama "Takdir". Dan, fakta membuatku harus memilih antara melepaskan...