Bab III

838 35 0
                                    

"Raaa,Raaa..."

Aku merasa seperti ada yang memanggilku, ah bodo! Aku ngantuk.

"Raaa,Raaa..."

Lagi, dan, lagi ada yang memanggilku, "Mmmh, siapa sih rese banget. Ara masihhh ngantukk." Kataku, sembari bangun dari tidurku dengan mengucek-ngucek mataku.

"Baaaaaakkk..."

Seketika aku mundur kebelakang. Asgtafirullah, ketika tiba-tiba gorilla---tidak tepatnya di mataku--salah, di hadapanku. Aku tahu ini siapa, setelah aku yakin, jantungku tidak apa-apa, maka, aku...

1...

2...

3...

"RENAAAAAAAANNNNNNNN!!!!!!!!"

Aku langsung berteriak memanggil seseorang yang punya sifat abnormal yang tanpa dosa membuat jantungku berdetak cepat.

Dia, Renan, langsung membuka topengnya dan tersenyum dengan wajah tanpa merasa berdosa.

Huft, gini nih resiko punya saudara yang jailnya ga ketulungan, batinku.

Aku mengepalkan tanganku dan...

Pletok!

"Lo tuh kecipta dari apaan si RENAN! Iseng lo ga ketulungan, ga tahu apa gue ngantuk. Gue ngantukkkkkkkkkk!" Teriakku ke arah Renan. Tapi bukanya merasa bersalah Renan malah duduk di sampingku.

Karena malas melayani sifat Renan yang, sumpah, ga bisa aku maklumi. Aku langsung bangkit dari kasur untuk menuju kamar mandi.

10:00 PM

Mataku melotot? Itu benar? Sudah jam 10 malam?

"Makanya, lo tuh kalau tidur ga ingat waktu apa. Ini, lihat pinggang gue sampai sakit gendong lo dari sekolah sampai ke rumah," ujar Renan tanpa permisi yang kini, tiduran di atas kasurku.

"Lebai," sahutku. Dan melanjutkan jalanku ke kamar mandi.

Aku berdiri di depan wastafelku. Mukaku benar-benar kusut. Kantung mataku, parah. Aku tidak tahu kenapa badanku benar-benar sangat lelah.

Tapi, aku baru ingat! Tadi bukannya aku tertidur dengan Kay di sampingku? Tapi kemana dia? Apakah kembali lagi dengan wanita itu?

Aku memukul dadaku, yang tiba-tiba terasa sesak. Tapi, ketika sesak itu mereda. Air mata ini turun.

Cengeng, ucapku pada diriku sendiri. Aku tertawa pada diriku sendiri. Tertawa dengan air mata. Peduli?

Tapi ini lebai, sangat lebai.

*
Aku pun selesai dengan ritual yang selalu aku lakukan. Walaupun, aku jarang mandi tapi minimal aku cuci muka.

Yeah, jangan ditiru.

Aku pun melangkah keluar dari kamarku dengan membawa puh. Dari pinggir pembatas aku bisa melihat Renan sedang asyik menonton film.

Aku turun ke bawah, dari kejauhan aku tahu film apa yang sedang dia tonton. Tapi di mana ka Ori? Biasanya jika ada Renan maka akan ada ka Ori.

"Ren, lihat si Kay ga? Perasaan tadi gue ketiduran di atas abis minum jus dari kay?" Tanyaku dengan Renan yang masih fokus dengan layar di depan dan cemilan di tangannya.

"Pulang. Katanya ogah deket-deket sama lo. Hahaha." Kata yang keluar dari mulut Renan membuat aku geram!

Ish, awas!

Karena sudah terlalu kesal dengan tingkahnya aku melempar saja dia dengan sandal yang aku gunakan.

Plok!

(Not) FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang