Chapter Eleven

309 29 2
                                    

Gila, ini sungguh gila! Haeun melempar semua barang yang ada di meja tempat duduk Jaehyun dan Johnny. Jeyoo ketakutan di bawah sana.

"Are you crazy, huh?!" Johnny membentak Haeun yang sudah gila akibat kelamaan mencari Jeyoo yang tak kunjung ketemu.

"Dimana kalian sembunyikan Jeyoo?! Katakan atau akan aku laporkan kalian ke polisi!" ancam Haeun. Jaehyun tersenyum miring sambil menatap tajam ke arah Haeun.

"Panggil saja ratusan polisi di sini dan lihat apakah mereka akan menangkapku? Bukankah kau yang harus ditangkap karena membuat keributan di sini?" Jaehyun menatap Haeun remeh. Gadis itu belum tahu siapa dirinya sebenarnya dan mana ada polisi yang berani dengannya?

"Dia ada di kamar mandi, baru saja lewat. Apa matamu rabun sehingga tidak bisa melihat Jeyoo pergi ke kamar mandi?" ujar Johnny mengalihkan perhatian Haeun.

Haeun yang senang langsung berlari ke kamar mandi di ujung lorong tepat di belakang restoran. Jaehyun menarik Jeyoo agar keluar dari tempat persembunyiannya.

"Mari kita pergi," ajaknya lembut.

Mereka bertiga meninggalkan restoran secepat mungkin sebelum Haeun kembali. Ketika berada di dalam mobil, Jeyoo tidak bisa berhenti menangis karena ketakutan yang ia alami barusan. Bagaimana jika ia bertemu lagi sama kakaknya?

"Hey, jangan takut. Aku ada di sini bersamamu," ucap Jaehyun mencoba untuk menenangkan gadis itu yang terus menangis di dalam pelukannya.

"Bagaimana kalau mereka menemukanku dan membawaku pergi darimu?"

"Kau bicara apa sih? Mereka tidak akan membawamu pergi selagi ada aku di sisimu."

Jaehyun mengelus pelan punggung gadis itu. Jeyoo tidak bisa berhenti menangis dan terus memeluk erat tubuh Jaehyun.

"Please, don't go." Tanpa Jeyoo sadari ia meminta Jaehyun agar tidak pergi darinya, meski rasa benci yang hinggap dihatinya namun kali ini gadis itu tidak ingin kehilangan Jaehyun sedetikpun.

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

"Sial! Cowok itu siapa sih? Berani sekali membawa Jeyoo pergi!" kesal Haeun yang masih berada di restoran chinese food, ia melihat dua pria asing membawa adiknya pergi dengan mobil berwarna hitam.

Tak selang lama, suasana hatinya berubah menjadi lebih tenang. Setidaknya sumber uangnya itu masih hidup dan ia bisa menemukan Jeyoo dilain waktu.

"Ayah harus tau hal ini," gumamnya lalu pergi dari restoran itu.

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

Dor!
Dor!
Dor!

Jeno menarik pelatuk pistolnya ke arah papan contentric points, ia berlatih menembak bersama rekan-rekannya, bahkan ia mengajarkan Jaemin yang biasa bertugas untuk mata-matain musuh bersama Renjun. Kini, ia ditugaskan turun ke lapangan menyelesaikan misi bersama Jaehyun.

"Sasaran kalian adalah kaki untuk melumpuhkan musuh, dada membuat musuh makin lemah dan kesakitan, setelah itu kalian jangan ragu untuk menembak kepala musuh dan memastikan mereka sudah mati," jelas Jeno sembari menunjuk bagian tubuh salah rekannya agar semua orang yang ada disana paham sama bagian tubuh itu.

Jaemin mengangkat tangannya dan bertanya, "Bagaimana jika tembakan itu meleset?"

"Team penembak tidak pernah meleset dari targetnya, Jaemin. Jika kalian meleset itu sama aja kalian menghilangkan kesempatan untuk melumpuhkan musuh dan akan berbalik ke kalian," jawab Jeno tegas. Ia berjalan mengelilingi rekan-rekannya sambil memasukkan tangannya ke saku celananya. "Satu peluru meleset tandanya kalian membiarkan musuh untuk melumpuhkan kalian."

Semua orang mengangguk setuju pada Jeno.

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇

Di dalam kamar mandi gadis bermarga Shin mengunci dirinya sendiri tidak membiarkan siapapun masuk termasuk Jaehyun. Ia menangis histeris di bawah shower, air dingin menusuk hingga ke tulangnya.

"Jeyoo-yaa! Buka pintunya!" teriak Jaehyun dari luar sana. Dia sangat khawatir pada gadisnya.

Jeyoo semakin histeris sembari memeluk tubuh mungilnya, tubuhnya gemetaran, tangannya menarik rambutnya sangat kuat. Ia ketakutan, sangat ketakutan.

Meski Jeyoo tahu bahwa Jaehyun tidak akan meninggalkannya, ia tetap takut entah apa yang akan terjadi nanti ke depannya. Gadis itu tahu bahwa kakaknya sangat nekat dan terus bersikeras mencari keberadaannya.

"Enggak, aku engga mau pulang ke rumah!" teriaknya tiba-tiba. Pikirannya terus menunjukkan apa yang akan terjadi nanti, Jeyoo makin kencang menarik rambutnya bahkan ia membenturkan kepalanya ke dinding terbuat dari kaca.

Brak!
Brak!

Dari luar sana Jaehyun dan beberapa anak buahnya mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi. Jaehyun makin menggila, ia menendang kuat pintu kokoh itu.

"Haeun sialan!" geram Jaehyun tak terima atas perlakuan kakaknya Shin Jeyoo di restoran tadi.

Gedoran semakin kencang, Jaehyun menendang bahkan menggunakan bahunya untuk mendobrak pintu. Anak buahnya saja tidak bisa, apalagi ia seorang diri?

"Shin Jeyoo! Buka pintunya, jangan lakuin hal gila!"

"Tinggalin aku sendiri!" balas Jeyoo terdengar sayup-sayup dari dalam sana.

Jaehyun mengusap wajahnya kasar. Ia menyesal mendesign setiap pintu yang ada di mansionnya anti peluru dan tidak bisa dihancurkan.

"Jaehyun hyeong, kunci cadangan!" ujar Renjun yang tiba-tiba saja datang membawa banyak kunci di tangannya.

"Ah, aku lupa ada kunci cadangan dan aku juga lupa yang mana kuncinya, Renjun!" ucap Jaehyun hampir saja memukul kepala Renjun. Bagaimana tidak kesal jika Renjun bukan hanya membawa satu atau dua kunci, ia membawa seratus buah kunci.

"Sini biar aku saja." Jaemin datang merebut kunci itu, ia berpikir mana kunci yang pas untuk kamar mandi dikamar Jaehyun lalu mencoba beberapa kali namun gagal.

Percobaan yang ke sembilan kali, berhasil! Jaemin membuka pintu itu dan Jaehyun masuk terburu-buru.

Jaehyun, Jaemin dan Renjun yang hampir masuk terkejut melihat Jeyoo.

"Semuanya bubar, biar saya yang nanganin semuanya!" titah Jaehyun membubarkan anak buahnya. Kecuali Jaemin dan Renjun yang masih stay di samping Jaehyun.

"Aku ambilkan kotak p3k dulu," kata Renjun lalu pergi ke ruangan penyimpanan obat-obatan.

"Saya permisi." Jaemin pamit sebelum pergi meninggalkan Jaehyun.

Jaehyun tersadar dan langsung mengambil handuk, ia bergegas menghampiri Jeyoo yang masih terdiam di tempat sambil meringkuk. Jaehyun mematikan air shower, menutupi tubuh Jeyoo dan memeluknya.

"Jangan takut, aku ada disini," bisik Jaehyun menenangkan gadisnya.

Jujur, ini pertama kalinya Jaehyun merasakan sakit yang mendalam. Baru ini ia sangat mencintai seorang gadis meski awalnya ia telah berbuat jahat, dan baru ini juga ia sangat tersakiti melihat keadaan gadisnya yang sangat mengenaskan dengan wajah yang luka dan darah yang keluar dari pelipisnya. Jaehyun tidak tahu mengapa Jeyoo bisa seperti ini, yang jelas gadis itu menyakiti dirinya sendiri.

"Don't be afraid, i'll be here for you."


TO BE CONTINUED!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAFIA✓JJH [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang