Allahuakbar Allaahuakbar!
Adzan maghrib menggema di senja hari ini, menandakan berakhirnya waktu bermain bola bagi anak-anak komplek. Di antaranya adalah Sholeh, si anak pak ustad yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA. Sholeh menyeka keringat dari dahinya, kulit putihnya kemerahan karena terbakar matahari sepanjang siang.
Dari ujung lapangan, seorang anak gadis yang menjadi penggemar rahasia si Sholeh selalu melihat aksinya setiap sore. Ia duduk dan memandang tim sepak bola kampung itu dengan antusias. Kadang ia ikut bersorak menyemangati Sholeh. tapi karena duduknya yang lumayan jauh membuat teriakan itu sia-sia tak terdengar hingga ke telinga anak lelaki idamannya Cindy namanya. Gadis yang beberapa tahun lebih muda dari Sholeh. Gadis yang walaupun ramai dikelilingi teman-teman wanitanya namun tetap fokus ke arah Sholeh. Cindy dan Sholeh adalah sahabat masa kecil namun seiring mereka bertambah tua, berbeda sekolah, dan berbeda hobi mereka pun semakin jauh dan kini hanya sekedar saling sapa.
"Cin, semangat banget dah. Percuma kalo lo teriak dari sini juga si Sholeh ngga kedengeran. Mending pindah sono mau ngga?" ucap salah satu temannya yang ikut menonton pertandingan sepak bola itu.
"Ha? Ah, enggak ah. Udah maghrib juga lagian," tolak Cindy. Mereka lantas bangkit dan berniat meninggalkan lapangan itu. Baru beberapa langkah mereka pergi, tiba-tiba Sholeh memanggil Cindy dengan lantang.
"Cindy!"
Mendengar itu mereka langsung berhenti dan menengok ke arah sumber suara. Sholeh dengan muka dekilnya mendekat ke arah Cindy dengan sedikit berlari. Karena suasana senja itu yang sudah lumayan gelap, Sholeh tak bisa melihat muka Cindy yang mulai merona karena ia hampiri.
"Eh tumben ya ketemu lagi." Sapa Sholeh saat dirinya sudah merasa cukup dekat dengan Cindy. Napasnya masih terengap karena bermain bola dan menghampiri Cindy dengan berlari-lari kecil.
"Huft... kamu apa kabar?"
Jinan yang melihat itu langsung menyikut Cindy dengan pelan membuyarkan lamunannya. Cinhap masih terlihat terkejut karena tiba-tiba dihampiri oleh Sholeh.
"Eh, ah... e anu ba-baik. Iya, baik," jawab Cindy terbata.
"Heh, jangan grogi," ucap Jinan setengah berbisik.
Sholeh hanya tersenyum melihat teman kecilnya itu sedikit salah tingkah di depannya. Sebenarnya ia tahu dari lama kalau Cindy menyukainya dari lama.
Jinan yang paham melihat dua temannya itu langsung berbalik badan dan meninggalkan mereka berdua.
"Eh, gue mau beli kecap dulu ke warung. Dah kalian pulang duluan aja. Daahhh."
"Jinan!"
"Hati-hati, Nan!" Sholeh setengah berteriak sambil melambaikan tangan pada Jinan. Ia kemudian langsung kembali menoleh ke Cindy.
"Ga nanyain kabarku balik nih?" Sholeh membalikkan posisi topi truckernya ke belakang lalu tersenyum jahil.
"Hah? Eh... I-... iya, kamu apa kabar?" Cindy masih grogi. Ia memainkan jarinya dan malu-malu memandang pada Sholeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescence Innocence
FanfictionMini-Series tentang hilangnya kepolosan sepasang remaja yang saling mencinta dalam empat babak. Cerita ini adalah hasil kolaborasi antara insensitivegnome, indomitelorkornet, dan adagiotempo. Edited & Compiled by: Divinerapierr