Part 2 - Suathaireacht

1.8K 38 3
                                    

Sore itu seperti biasa, Sholeh dengan teman-temannya bermain sepak bola di lapangan kampung sebelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu seperti biasa, Sholeh dengan teman-temannya bermain sepak bola di lapangan kampung sebelah. Tak seperti biasanya, kali ini tak ada suporter yang menyorakinya dari pojok lapangan, Cindy dan Jinan tak terlihat sore itu. Wajar saja, kalau Cindy tak berangkat mana mau Jinan berangkat. Selama ini kan Jinan hanya ikut ke lapangan dengan iming-iming ditraktir pop es plastikan.

Yah, ga ada Cindy ya? Jadi nggak semangat mainnya. Batin Sholeh. Permainannya makin tak karuan karena fokusnya terbagi melihat ke ujung lapangan berharap Cindy hadir disana. Teman satu timnya juga sering menegurnya karena permainan ngawur si Sholeh.

Setelah adzan berkumandang, Sholeh memutuskan pergi ke rumah Cindy untuk menjenguknya. Ia membawa beberapa jajan ringan untuk formalitas ketika bertamu ke rumah Cindy. Kini di tangannya sudah menenteng sebuah plastik besar berisi beberapa Chiki dan jajan untuk gadis cantik yang kakinya sedang keseleo itu.

"Assalamualaikum, Cindy..."

Tapi tak ada jawaban dari dalam rumah. Terlihat sepi malahan. Sholeh mengintip melalui celah horden yang tidak tertutup rapat.

"Cindy, assalamualaikum..."

Tak ada yang menyahut juga. Tapi Sholeh yakin Cindy ada di dalam. Soalnya ia mendengar suara lagu kesukaan Cindy di dalam.

Sementara di dalam, Cindy sedang duduk bersandar di headbed. Celananya tergeletak di lantai. Bagian bawah tubuhnya hanya memakai celana dalam hello kitty berenda.

Ia merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Sholeh waktu itu. Tangannya meraba pangkal pahanya dekat dengan kemaluannya.

"Ssshhh....mmmhh..." Cindy memejamkan mata. Menahan geli yang tiba - tiba menerjang.

Jarinya malah nekat berpindah pada dua gundukan tembem yang dibatasi garis vertikal di permukaan celana dalamnya. Ia gesek ujung jari tengahnya dari bawah ke atas.

"Nnggghhh....aaahh..." Cindy menggeliat. Pinggulnya terangkat. Bibir bawahnya ia gigit.

Sesaat dia tercekat karena mendengar teriakan Sholeh sayup-sayup dari luar. Cindy memakai celananya kembali dan menjawab salam Sholeh lalu membuka pintu.

"Kok rumah sepi? Pada kemana lagi deh?" tanya Sholeh heran sambil kepalanya celingukan melongok ke dalam rumahnya.

"Ini lagi pada jenguk sodara di rumah sakit. Ada yang baru lahiran," jawabnya dan Sholeh hanya membulatkan mulutnya menanggapi cerita Cindy.

"Kakinya udah mendingan?"

"Udah. Untung kemaren ada abang yang ngompresin."

"Hehehe."

Mereka kini diam sejenak dan saling curi pandang. Sholeh dengan muka dekilnya itu senyum-senyum sendiri memandang ke arah Cindy, sedangkan Cindy pun sama. Bedanya, wajah Cindy kini mulai memerah dipandang begitu oleh Sholeh, sedangkan anak lelaki dekil itu hanya senyum-senyum tak jelas.

Adolescence InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang