Dentingan alarm khas stasiun menggema di tempat itu. Disusul oleh suara deru roda kereta yang terdengar berlarian. Padahal, kereta belum juga berhenti, dan gerbang pembatas belum juga dibuka, tapi kerumunan penumpang sudah sangat siap seakan ingin lebih dulu masuk ke kereta.
Gadis itu, masih tertidur. Bersandar pada meja tempat charger ponsel. Seorang ibu-ibu mengguncang bahu gadis itu, sedikit keras.
"Mbak. Bangun Mbak, keretanya sudah datang. Mbak?"
Gadis itu menerjapkan mata seraya mengusap ujung bibirnya yang sedikit basah.
"Kenapa Bu?" Tanyanya.
"Itu, keretanya sudah datang. Cepet gih, nanti ketinggalan."
Gadis itu membuka matanya sempurna, seakan kantuknya hilang. Kemudian ia beranjak berdiri dan meraih ranselnya.
Ia menganggukkan kepalanya, "Makasih Bu, saya permisi dulu. Sekali lagi makasih."
Ibu itu tersenyum, "Iya sama-sama."
Gadis itu sedikit berlari dan bergabung pada kerumunan yang mengantre ingin masuk.
***
Gadis itu berjalan pelan setelah berhasil masuk ke dalam kereta. Ia mencari tempat duduknya, beberapa kali mengecek nomor yang tertera di tiket miliknya dengan nomor yang tertera di dekat bangku.
17.
Ia tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa duduk dan melanjutkan tidurnya. Namun, baru saja ia melepas ranselnya dan menaruhnya di bagasi yang ada di atas kepalanya, ponselnya berdering. Tanda ada telepon masuk.
Gadis itu meraih ponsel yang ada di saku kemejanya.
Mas Ari is calling....
Ia menghela napas sambil beralih duduk dan sekilas menatap laki-laki yang sedang tidur tepat di depannya. Sebelum akhirnya, ia menerima panggilan itu.
"Halo Mas," ucapnya di tengah bising suara kereta yang baru saja bergerak.
"Waalaikumsalam, Diajeng."
Gadis itu memutar bola matanya. "Assalamu'alaikum, Mas Ari. Pripun? Wonten nopo?"
"Waalaikumsalam. Nah, gitu kan enak didengar."
"Yo wes, ada apa?"
"Ibu tanya, kamu jadi pulang ndak?"
"Jadi to. Ini aku sudah di kereta."
"Kenapa pulang to? Bukannya belum waktunya libur?"
"Kenapa gak boleh pulang?"
"Gak ada yang ngelarang kamu pulang. Mas cuma tanya."
"Kangen Ibu."
"Kangen Ibu apa bosen kuliah? Mau tak carikan juragan sapi wae?"
"Sambarangan!"
"Hahaha, bercanda Dek. Yo wes, nanti kalau sudah sampai stasiun kabarin Mas ya."
"Iy---Yah, dimatiin. Dasar!"
Gadis itu menggerutu pelan sambil memasukan ponselnya ke dalam saku kemeja lagi.
Ketika ponselnya sudah tidak lagi menghalangi pandangan gadis itu, ia melihat jelas laki-laki di depannya sedang menatapnya dengan mata merah dan muka bantal. Yang artinya ia baru saja bangun tidur.
"Suara telponanku ganggu ya?" Ucap gadis itu dengan tak enak hati.
Laki-laki itu menegakkan badannya sambil meraih botol di atas meja kecil dekat jendela yang tersedia di semua bangku kereta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kereta untuk Pulang
القصة القصيرةSebagian orang memilih pulang, sebab mereka menemukan ketenangan dan kenyamanan di rumah. Sebab yang lain, karena mereka memiliki rumah, tentu saja. Sedang sebagian lainnya memilih hilang. Entah untuk dicari atau untuk mencari. Yang jelas, dengan it...