05

534 103 60
                                    

"WHAT?! NO!"

Aku membantah perkataan Finn. Aku harus menjadi pacarnya? Syarat macam apa itu. Lebih baik aku membersihkan toilet sekolah daripada menjadi pacarnya.

"Yaudah..." Finn sibuk dengan handphone-nya. Aku tak tahu apa yang dilakukannya. Aku bersedekap tangan dengan kesal.

Tak lama kemudian, Finn menunjukkan layar handphone-nya kepadaku. Terlihat story Ava yang 'tak disengaja' semalam.

"Gue bakal putar video ini di depan seluruh murid."

Aku melotot. Tanganku terangkat, berusaha merampas handphone Finn. Tetapi dia meninggikan tangannya. Aku jadi berjinjit-jinjit, berusaha menggapai.

"Coba aja." Finn menyeringai. Aku masih tak menyerah. Dan akhirnya, aku lelah sendiri.

"Ugh." Aku mendengus. Kutatap Finn yang masih menyeringai.

"Fine. Gue bakal jadi pacar lo."

Finn tersenyum. Dia tertawa. Aku memutar bola mata.

"Oke. Gue gak jadi nunjukin ini ke murid-murid." Finn memasukkan handphone-nya ke dalam saku. "Tapi..."

"Tapi apa?" Aku bertanya dengan getir.

"Kita harus bicara di kafetaria dulu."

°°°

"Pacaran?"

Finn mengangguk.

"Pura-pura?"

"Ya." Finn mengangguk. Aku mengernyit.

"Buat apa?" tanyaku.

Finn menghela napas, lalu mulai menjelaskan.

"Gue punya mantan."

Aku tersedak minumanku sendiri. Finn berhenti bicara.

"Kenapa lo?"

Aku melotot dan masih batuk-batuk. Aku terkejut, mendengar dia mempunyai mantan. Kukira dia tak pernah pacaran. Saat aku berhenti, aku menyuruh Finn melanjutkan penjelasannya.

"Gue udah putus sama dia tiga bulan yang lalu. Kami udah pacaran selama tujuh bulan. Kami putus gara-gara..."

Aku mengangkat kedua alisku, menunggu jawaban Finn. Dia menghela napas.

"Dia selingkuh."

"Ouh." Aku bergumam pelan. Kasihan juga si Finn.

"And? Kenapa lo mau gue jadi pacar 'pura-pura' lo?" tanyaku, menekankan nada bicaraku.

"Karena..." Finn menenggak minumannya sebentar. "Gue mau bikin dia cemburu."

"Ck." Aku mendecak, menahan tawa. "Ngapain? Lo sama dia kan udah putus."

"Hei, dia gak sembarangan selingkuh." Finn melotot. "Gue yakin dia masih sayang sama gue. Buktinya, dia marah-marah sama Millie dan Sadie yang dekat sama gue pas kerja kelompok."

Aku ternganga. Kemudian, aku bertanya. "Siapa nama mantan lo? Orang sini? Perempuan? Cantik? Gimana parasnya?" tanyaku beruntun.

"Namanya Vanya. Iya, orang sini. Ya perempuan lah! Lo kira laki-laki apa. Cantik sih iya. Rambutnya hitam panjang di ombre warna putih, matanya cokelat gelap." Finn menjawab pertanyaanku.

𝐌𝐎𝐓𝐈𝐕𝐄, 𝖿𝗂𝗇𝗇 𝗐𝗈𝗅𝖿𝗁𝖺𝗋𝖽 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang