30

91 22 1
                                    

Hari acara pun tiba. Sekolah sangat ramai. Lapangan dipenuhi oleh stan-stan bazaar semua murid. Aku, Millie, Sadie, dan yang lain bergantian menjaga stan cupcake kami. Banyak juga yang membeli cupcake buatan kami ini.

Syukurlah. Tambahan uang jajan.

"Beli kak, dibeliii.." Millie mempromosikan cupcake itu dengan sangat semangat. Sama seperti semua murid yang mempromosikan jualan mereka masing-masing.

Ada beberapa murid yang tampil di panggung, menghibur semua warga. Guru-guru mengelilingi sekolah, sesekali membeli makanan yang dijual para murid.

Tepat pukul 12 siang, cupcake kami habis dibeli. Laris manis. Acara masih berlangsung, dan sekarang kami bebas, tanpa berjualan lagi. Stan kami tutup.

Noah, Wyatt, dan Gaten mengikuti perlombaan yang diadakan di lapangan belakang. Lomba terompah. Kami semua menonton mereka dan menyorakinya dengan riuh. Apalagi Jaeden dan Finn.

"AYO, NOAH!! GATEN!! WYATT!! MAJU LAGI!!" teriak kami serempak. Di tengah keriuhan itu, Aidan datang bergabung dengan napas yang terengah-engah.

"Guys, guys," sapanya seraya membungkuk. Aku yang mendengarnya menoleh. "Apa, Dan? Dari mana lo?"

"Gue tadi samperin Mr Daniel," jawab Aidan. "Dan katanya, Malina gak bisa ikut cerdas cermat. Karena demam tinggi."

"Jadi?" tanyaku.

"Gue harus nyari anak lain yang mau ikut cerdas cermat," ujar Aidan. "Terus nanti gue lapor ke OSIS, daftar peserta barunya."

Aku berpikir. Aku tidak mengikuti lomba apapun. Mungkin cerdas cermat ini bisa menjadi peluangku? Lumayan, mengisi kebosanan.

"Lo mau gak, By?" tanya Aidan. "Lo kan pinter. Pertanyaan cerdas cermatnya 30% IPA, 30% matematika, 30% IPS, dan 10% bahasa. Ada tiga babak."

"Mau," jawabku, mengangguk. "Gue mau coba."

Aidan terperangah. "Wow! Makasih ya, By!! Gue bantu lo kok. Kita bareng-bareng!" ujar Aidan dengan wajah yang berseri-seri. Aku mengangguk-angguk.

"Ada tiga orang dalam satu tim ya, Dan? Gue, lo, terus siapa lagi?" tanyaku.

"Oh, Layla," jawab Aidan. "Anak seni."

"Kayak pernah denger," ujarku.

"Nah, dia lah. Oh ya, By. Gue mau ke ruang OSIS nih, mau ikut gak?" tanya Aidan. "Sekalian gue ajak Layla juga."

"Boleh," jawabku, mengangguk. Aku pun kemudian mengikuti langkah Aidan menuju sekretariat OSIS. Bertemu lagi dengan Emma untuk kedua kalinya.

━ ━ ━

Seperti biasa, aku latihan dengan Finn, Jaeden, dan Wyatt sepulang sekolah. Hanya sebentar sih latihannya. 40% latihan, 60% merayakan kemenangan Wyatt di lomba terompah tadi.

Hari ini mereka benar-benar merdeka. Memborong makanan di bazaar, dan menikmatinya di sini. Aku turut bergabung karena ajakan mereka. Tak dikasih pulang karena..

"Lo mau kemana?" Finn menahanku yang baru saja ingin keluar dari ruangan.

"Pulang lah," jawabku. Finn langsung berkacak pinggang.

"Kabur lo? Lupa ya sama janji ice cream kemarin?" tanya Finn. Aku mengingat-ingat, lalu menepuk jidat.

"Oh iya!" ucapku. "Lo sih, gak jemput gue semalam. Udah lupa lah gue."

"Yaudah hari ini traktirnya," ujar Finn. "Pulang pesta ini."

Alhasil, aku pun bergabung dengan mereka, berpesta ria menghabiskan cemilan. Tak lama kemudian, waktu menunjukkan pukul lima sore dan sekolah sudah sepi. Tinggal beberapa murid OSIS yang masih membersihkan bekas acara.

𝐌𝐎𝐓𝐈𝐕𝐄, 𝖿𝗂𝗇𝗇 𝗐𝗈𝗅𝖿𝗁𝖺𝗋𝖽 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang