ANTAGONIS 5⃣

502 39 0
                                    

Disudut ruangan kamar bernuansa putih pink, seorang gadis sedang meringkuk dengan kedua kaki ditekuk diatas lantai, tangannya melingkar erat pada lututnya. Rambut yang acak-acakan dengan mata merah serta bekas air mata yang masih sayup terlihat di sekitarnya. Ia trauma, Ia sungguh kacau. Bayangan waktu sepulang sekolah kemarin masih terlintas di benaknya, pikirannya di penuhi oleh bayang-bayang itu. Tak sanggup menahannya, Ia bahkan sempat membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding hingga memerah.

"Gu.. gue ngga mau lagi."

"Gue takut hiks."

"Kalian, dasar iblis."

"Ngga, ngga boleh lagi. Nggak!"

"Pergi. Pergi kalian!"

"Hiks.. lo itu iblis!"

Suara tangis bercampur suara serak itu mulai terdengar lagi menggema di seluruh kamarnya. Ia mengacak rambutanya dan menariknya sekuat mungkin hingga beberapa helai rambutnya ikut tertarik dari kepalanya. Sungguh dirinya benar-benar kacau saat ini.

Ria, gadis itu rupanya dibuat trauma akibat ulah si kembar itu. Clara maupun Keyra, tentu saja tahu akan hal ini namun mereka tak sedikit pun peduli. Siapa suruh berurusan dengannya? Bukankah Ria telah memancing sedikit amarahnya?

Ria dapat berhasil keluar saat salah satu satpam di sekolah itu sedang berkeliling dan mendengar teriakan seorang wanita dari arah rooftop. Awalnya satpam itu merinding, takut-takut itu adalah suara hantu yang sempat terjadi di sekolah-sekolah dalam cerita horor. Tapi akhirnya satpam itu pun memberanikan diri untuk membuka pintu rooftop yang terkunci itu, dirinya di buat terkejut saat melihat seorang gadis dengan tangan terikat serta mengenaskan.

Sedangkan ditempat lain, Clara dan Keyra lagi-lagi sedang menerima siksaan dari kedua orangtuanya.

"SUDAH SAYA BILANG KAN, KALIAN ITU NGGA ADA GUNANYA! MAU JADI APA KALIAN HAH?! CUMAN PARASIT DIKELUARGA SAYA!" Haris kini dipenuhi amarah hingga membuatnya buta dan berhasil melukai anaknya sendiri.

Saat ini kedua gadis kembar itu sedang berada di toliet dengan keadaan basah kuyup. Serta beberapa luka di sekujur tubuhnya. Haris, pria paruh baya itu tak ada lelahnya terus menghujam sikembar dengan tongkat pel yang kini telah retak hampir patah. Dan berulang kali Nita juga ikut serta meyiram sikembar dengan air es batu. Luka lebam di dagu dan ujung mata Clara sungguh nampak merah kebiru-biruan disertai darah yang terus menetes. Sedangkan Keyra, gadis itu mendapatkan lebam di jidat dan pinggir hidungnya, tak lupa dengan darah yang juga ikut serta untuk memperindahnya.

"KALIAN MAU JADI ANAK BERANDALAN IYA?! PULANG MALEM, UDAH DAPET BERAPA KAMU DILUAR SANA?! HAH?! SAYA MASIH MAMPU BUAT KASIH KALIAN UANG!" Haris lagi-lagi membentak kedua putrinya dengan sangat amat marah.

"Ya, Ayah masih bisa kasih kami uang. Tapi apa ayah bisa kasih kami kasih sayang dan perhatian? Apa ayah bisa? Nyatanya kalian ngga bisa. Dan ngga akan bisa." Ucap Clara berani dengan mata menatap lekat sang ayah.

Plak

Nita kini menampar pipi Clara hingga sang empu menolehkan wajahnya saking keras tamparan yang diberikan mamahnya itu.

"Hiks.. hiks.. u.. udah kak, biarin." Keyra kini meringkuk dibelakang Clara.

Keyra terus saja menangis, serta badannya bergetar hebar akibat memendam tangisannya agar tidak bersuara.

"KURANG AJAR KAMU! SAMA ORANG TUA AJA NGGA ADA SOPAN SANTUNNYA. SEUMUR-UMUR SAYA TIDAK PERNAH MENGAJARKAN KAMU ITU SEPERTI INI! DIDIKAN SIAPA YANG KAMU TIRU ITU?!" Nita kini mulai bersuara dengan membentak kedua gadis itu.

"Apa mamah pernah ngajarin kita tentang sopan santun? Clara seumur-umur juga ngga pernah tahu mamah sama ayah ngajarin sopan santun. Didikan? Aku juga tidak di didik untuk sopan, karena sikap mamah sama ayah yang buat aku begini. Sifat kalian yang buat Clara begini! Apa salah Clara meniru sikap orang tua Clara sendiri?" Ucap Clara dengan menaikan suaranya satu oktaf.

Sedangkan Haris dan Nita, mereka hanya diam. Haris menatap nyalang Clara yang kini juga menatapnya terang-terangan.

Ctar

Ctar

Ctar

Haris mencambuk Clara dengan ikat pinggang yang sedari tadi Ia genggam. Clara memundurkan langkahnya dan melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. Sedangkan Keyra, gadis itu semakin ketakutan dan hanya bersembunyi di belakang sang kakak. Keyra sangat takut dengan ayahnya itu, bahkan sampai-sampai Ia tidak berani melindungi sang kakak dari cambukan ayahnya yang semakin menjadi.

"GIMANA, MAU LAGI? DASAR ANAK DURHAKA, KALAU DIBILANGIN ITU JANGAN NGELAWAN!" Nita kini bersuara lagi, seolah-olah itu adalah hobi yang menjadi candunya ketika berhadapan dengan kedua putrinya.

Haris kini berlalu pergi setelah puas menuntaskan hasratnya kepada kedua gadis kembar itu. Nita kemudian mengikuti suaminya dari belakang.

Haris marah terhadap si kembar itu karena mereka berdua ketahuan pulang malam habis dari balapan. Namun Haris juga ada masalah kantor yang belum bisa Ia tangani, oleh sebab itu lah Haris melukai anaknya untuk mengurangi emosinya. Padahal Haris maupun Nita selalu acuh saja saat si kembar pulang malam, tapi sekarang malah mencari-cari alasan untuk meluapkan emosinya pada kedua anak kembarnya itu.

Keyra, kini badannya terlihat sangat lemas. Darah pun menetes di lengannya saat Ia menunduk.

"Astaga Key, itu hidung kamu mimisan. Kamu istirahat aja ya." Clara menuntun Keyra menuju kamarnya. Setelah itu membarinkan tubuh Keyra di kasur setelah berganti baju. Clara menyumbat hidung adiknya itu menggunakn tissu.

"Udah kamu tidur aja ya, istirahat dulu." Ucap Clara lembut dan dibalas anggukan dengan Keyra.

Nampak terdengar suara dengkuran halus dari Keyra, nampaknya gadis itu kini sudah benar-benar terlelap menuju alam mimpi.

"Andai aja semua orang tahu kalo kehidupan gue jauh dari yang mereka bayangin. Harus pura-pura kuat padahal nyatanya sulit buat gue tetep berdiri. Takdir, niat buat nyalahin lo emang ada, tapi gue ngga bisa nyalahin lo sesuka hati gue." Ucap Clara bermonolog dengan tangan mengelus lembut surai rambut milik adiknya.

.
.
.

Baik Clara, Keyra, Ria. Mereka nampak mengenaskan di satu waktu. Ria, Ia trauma akan bullying dari Clara dan Keyra. Sedangkan gadis kembar itu menderita karena orang tuanya. Kesimpulannya disini, mau sekuat apa dirimu jangan pernah membanggakan itu. Nyatanya ada yang lebih dari dirimu. Ingat, di atas langit masih ada langit. Jangan pernah banggakan bagaimana dirimu kepada orang lain, yang nyatanya masih ada yang bisa mengungguli mu lebih dari kemampuan mu.

.
.
.

Maaf baru Up,
Makasih yang udah vote ★

ANTAGONIST TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang