Autumn Anterograde 28: Say Goodbye

3K 462 15
                                    

Jeno merebahkan dirinya, ia telah kembali ke kamar masa kecilnya. Menerawangkan pandangannya ke langit-langit kamar, melihat lukisan langit malam yang sengaja ia pilih sebagai dekorasi kamarnya. Berbagai rasi bintang yang dilukis dengan cat glow in the dark menghidupi malam-malam gelap sewaktu dirinya masih kecil dulu. Sebenarnya lukisan di kamarnya itu adalah ide Jaemin, saat pertama kali Jeno menentukan cita-citanya sebagai pilot maka dengan ringannya Jaemin berkata bahwa kakak lelakinya itu harus lebih dekat dengan langit. Sebuah ocehan anak kecil yang manis, entah apa hubungannya dengan profesi pilot, Jeno menurut saja saat Jaemin memberikan usulan lukisan langit malam di atap kamarnya.

Jika bertanya pada Jaemin mengapa harus langit malam, karena kalau siang itu terang benderang, pilot akan lebih mudah terbang pada siang hari. Maka langit malam dipilih anak manis itu karena menurutnya lebih menantang terbang di malam hari. Saat penumpang sibuk tertidur, pilot harus tetap terjaga demi tercapainya tujuan. Lagi-lagi itu hanya ocehan anak kecil dan Jeno dengan antusias menyetujui pemikiran Jaemin. Satu hal lagi, Jaemin ingin kakak lelakinya itu menjadi pilot yang tangguh. Lalu di sinilah Jeno, mencoba menjadi kuat dan tangguh untuk tetap berada di samping Jaemin.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Hyung ... Ibu memanggil kita untuk sarapan." Suara berat Jaemin terdengar lembut, sebuah sapaan yang dirindukan Jeno.

"Iya sebentar." Ia menyahut, namun tubuh tingginya tak kunjung beranjak dari ranjang.

Mata Jeno memejam, ini benar-benar seperti kehidupan yang diatur ulang ke mode awal. Hubungan keluarga yang terbatas adik kakak. Baru semalam mereka kembali lagi tinggal bersama di rumah orang tua mereka, tetapi Jaemin telah membangun sebuah benteng tinggi dan merentangkan jarak sejauh mungkin untuk hubungan mereka. Jaemin telah menata ulang kamar masa kecil itu, menempelkan kertas catatan ingatannya dan foto-foto polaroid orang terdekatnya, termasuk foto pemakaman Jisung yang ia ambil kemarin sore. Pagi ini ia bangun dengan sedikit terkejut karena interior kamar yang berubah, namun dengan cepat ia mengendalikan dirinya setelah membaca catatan yang telah ia susun di message board kamarnya.

"Hyung ... Mengapa tak keluar? Aku masih menunggu di depan pintu." Suara Jaemin terdengar lagi, membuat Jeno tersentak dan menyelesaikan kegiatan merenungnya. "Bukankah kita selalu pergi ke meja makan bersama? Tak ada satu pun di antara kita yang akan turun jika salah satu belum turun." Jaemin mencicit kecil, namun masih dapat didengar Jeno karena ia telah berdiri tepat di balik pintu. Air mata lolos dengan mudahnya dari manik kelam milik Jeno, ia kembali memandang sebuah map cokelat yang tergeletak di meja belajarnya, meja yang juga tak pernah berubah sedari dulu. Haruskah ia meminta Jaemin menandatangani surat cerai yang telah ia urus tanpa sepengetahuan orang tuanya? Jika memang harus melepas Jaemin, ia akan melepas sepenuhnya.

"Hyuuung ..."

"Baiklah. Baiklah. Kelinci kecilku cerewet sekali." Jeno berkata setelah ia menghapus air matanya dan membuka pintu. Nada bicara yang ia buat-buat menjadi jenaka, menghasilkan kerucut bibir di wajah Jaemin.

"Habisnya kau lama!" Jaemin berbalik dan hendak berjalan lebih dulu, namun Jeno mencegahnya. Menautkan jemari besarnya ke jari-jari lentik milik Jaemin.

~~~

Mark baru saja menggantungkan jas putih di loker miliknya. Mendapat jatah menjadi dokter hospitality membuatnya harus terjaga semalaman di ruang emergency. Suara berat yang ia kenali menyapanya sepagi ini.

"Pagi, dokter Jung." Kali ini giliran Johnny memakai jas putih yang baru saja ia ambil di loker miliknya.

"Oh, dapat giliran jaga pagi dokter Seo?" Mark balik menyapa dan Johnny hanya menggangguk ringan.

Autumn Anterograde [Nomin Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang