PROLOG

20 1 0
                                    

~ Layaknya pementasan drama dapat dikatakan sukses atau berhasil, setidaknya ada tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu lakon atau cerita yang baik, para pelaku yang pandai, dan para penonton yang mengerti. Namun, ada hal yang lebih penting dari ketiganya. Apa itu? Sebuah opening dan closing. Seseorang berkata, "Orang cenderung mengingat lebih baik apa-apa yang paling awal mereka lihat dan dengarkan", atau dalam dunia Psikologi dikenal dengan istilah efek awalan (Primacy Effect). Opening sendiri berfungsi untuk menciptakan motivasi mendengarkan isi pertunjukan, maka kekuatannya terletak pada pembukaan yang menarik untuk disimak. ~
* * *

Huruf adalah media informasi antarmanusia untuk saling mengenal, berbagi pengalaman, berbagi informasi, surat menyurat, dan seterusnya. Sejak 7.000 tahun yang lalu orang sudah mengetahui cara menulis pesan dengan menggunakan gambar atau yang disebut dengan simbol-simbol piktograf. Perkembangan cara berkomunikasi melalui tanda dan gambar pun terus berkembang. Sekitar tahun 3100 Sebelum Masehi (SM), bangsa Mesir menggunakan piktograf sebagai simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek. Komunikasi dengan menggunakan gambar berkembang dari piktograf hingga ideograf, berupa simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain.

Perkembangan selanjutnya adalah dibuatnya Alfabet Phoenician yang diperkenalkan pada tahun 1300 SM. Alfabet ini terdiri dari dua puluh tiga simbol yang sangat sederhana dan terbatas hanya sebagai perwakilan unsur bunyi. Sebagai contoh, huruf pertama dari Alfabet Phoenician berupa gambar sederhana dari kepala banteng yang dalam bahasa mereka disebut Aleph, dan kemudian kata ini mewakili bunyi dari huruf 'A'. Bangsa Yunani kemudian mengadaptasi sistem Alfabet ini ke dalam struktur anatomi huruf yang lebih teratur dengan menerapkan bentuk-bentuk geometris. Perkembangan yang terpenting dari sistem Alfabet ini adalah penerapan pola membaca dari arah kiri ke kanan.

Sistem Alfabet kemudian terus berkembang hingga akhirnya bangsa Romawi menyempurnakan ke dalam bentuk huruf yang sebagaimana kita kenal dan gunakan sekarang. Huruf Roman atau yang sering kita sebut sebagai huruf latin memiliki jumlah dua puluh enam huruf yang diterapkan sejak abad pertengahan dan digunakan sebagai Alfabet dalam bahasa Inggris kontemporer.

Demikianlah sedikit penjabaran 'story of the Alphabet' yang jarang diketahui banyak orang. Namun, bukan itu yang menjadi topik pentingnya. Mari, kembali pada huruf 'A' sebagai cikal bakal terkuaknya misteri yang sampai detik ini belum terpecahkan di salah satu sekolah swasta berasrama dan bergengsi di tanah air Indonesia.

Sudah lumrah dan berlaku universal bahwa huruf pertama dalam sistem Alfabet adalah huruf A. Perlu diketahui, huruf A berasal dari kata "Alfa" yang dalam bahasa Yunani berarti "awal". Dalam sistem bilangan Yunani, "alfa" juga bernilai satu yang berarti permulaan bilangan.

Di sisi lain, huruf A juga sering kita gunakan dalam penilaian terhadap sesuatu untuk menunjukkan kualitas yang terbaik. Misalnya, dalam dunia pendidikan, huruf A diberikan oleh guru atau dosen untuk menilai suatu tugas yang dianggap memiliki kualitas dan hasil yang baik.

Sementara dari sudut pandang Islam, jika diperhatikan baik-baik, huruf A merupakan dua garis yang bertemu di satu titik. Kedua garis itu merupakan filosofi akhlak di satu garis dan kidah di garis yang lain. Akhlak mewakili hubungan dengan manusia, sedangkan akidah mewakili hubungan dengan sang Maha Pencipta, Allah Subhanahu wa Taala. Kemudian, kedua garis itu bertemu di satu titik puncak, itulah Allah, titik puncak segalanya. Namun, kedua garis tersebut tidak akan kokoh berdiri tanpa garis penguat di tengahnya yang bisa disebut dengan "I", alias Ilmu.

Pada dasarnya, saat manusia berbuat baik kepada manusia (hablumminannas) merupakan hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Salah satunya dalam rangka bersyukur dikelilingi orang-orang di sekitar, alias tidak sendiri, dan dalam rangka bersyukur karena diciptakan sebagai manusia yang diilhamkan untuk berbuat baik kepada sesama.

Di atas merupakan pemaparan tentang si huruf 'A' dengan segala macam rahasianya atau philosophy of the letter A, sebagaimana kita biasa mengenalnya. Lalu, bagaimana halnya tentang si "A" yang bahkan sebelum memunculkan dirinya ke publik sudah menjadi sumber ketakutan sekaligus ajang uji nyali di sekolah tersebut?

* * *

Nampak lima manusia yang berbeda gender, memegang sebuah kartu gold berkilauan berbentuk bintang seraya memandanginya lekat. Kerutan di dahi mereka semakin dalam dengan mata memicing tajam cukup membuktikan betapa besarnya rasa penasaran, bukan kepada isinya melainkan pada simbol kecil yang hanya bertuliskan huruf 'A' bertinta monokrom di sudut paling bawah sebelah kiri.

Di dalam benak mereka, tentunya bertanya-tanya dengan tebak-tebakan layaknya give away, tetapi tanpa berhadiah. Apakah 'A' itu inisial dari nama seseorang atau mata-mata seperti diketahui dari film-film yang sering mereka tonton? Entahlah, tidak ada satupun dari mereka yang mengetahuinya. Namun, hanya satu yang pasti. Mereka sepakat secara gamblang menghakpatenkan sebuah julukan yang sama, "ANONIM". Berhak bahagia atau waspada dini? Karena hal itu, kini telah menjadi buah bibir bagi penghuni sekolah bahwa siapa saja yang mendapatkan kartu istimewa tersebut akan menjadi target utama dari sang pengirim misterius.

"Kok ... gue yang dia pilih, sih?" Si lelaki pertama dengan pipi chubby itu mengerjap polos. "Tau, ah. Bodo amat," acuhnya sembari mengendikkan bahu. Ia lebih merebahkan diri di peraduan empuk miliknya dibanding memikirkan sesuatu yang menguras habis isi otaknya.

"Shit! Sok misterius banget, nih, curut! Kalau nge-fans bilang ngapa! Face to face, dong, ke gue kalau berani. Huft, gini, nih, resiko cowok berwajah tamvan, banyak secret admirer-nya," desis si lelaki kedua berkulit sawo matang menegakkan badan sambil menyugar rambut pirangnya.

"Siapa pun lo, gue akan menuntut kebongkaran jati diri Lo ke seluruh penjuru asrama! Camkan itu, anonim si biang rusuh yang berhasil menggegarkan sekolah cetar membahana gue! Sekali pun terancam, gue kagak pernah takut," sungut si lelaki ketiga blasteran dengan tidak sabarnya menunggu hari itu tiba.

"Guekah ... target selanjutnya?" lirih si gadis pertama bertubuh langsing bak pragawati dengan wajah pucat pasi. Terdiam sejenak, detik berikutnya dia menggeleng lemah. "Tidak! Bukan ... bukan gue! Bukan! Lo salah sasaran! Kartu sialan! Argh!"

"Hm, ingin bermain-main denganku rupanya, eh! Baiklah, Baby. Aku akan mengikuti permainan cantikmu," gumam si petite girl pemilik wajah bayi, duduk bersilang kaki di kamar sang kesayangan dengan smirk-nya.

Love Behind The ScenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang