1

2.7K 172 5
                                    

Seorang pria bersurai kuning berlari dengan kencang melewati gang-gang kecil. Ia sepertinya sedang di kejar oleh beberapa orang berbaju hitam.

Seragam sekolah yang acak acakan, dasinya yang tak terpasang rapi dan wajah tampan yang memikat semua orang yang dilewatinya.

Ia melompati beberapa barang barang yang ada di gang sempit itu. Adrenalinnya berlaju cepat, setidaknya ia harus bisa kabur dari orang orang itu.

Ia merutuki dirinya yang terlalu bodoh karena memasuki gang yang buntu. Ia menghela napas berat dan berbalik menatap sekitar 10 orang pria dewasa berbaju hitam.

"Apakah sudah puas olahraganya, tuan muda?" Tanya salah satu pria dewasa berbaju hitam, tapi itu malah terdengar seperti sindiran.

'Sialan!'









Remeja bersurai kuning itu kini sedang duduk sambil tersenyum kikuk di ruang tamu keluarganya.
Didepannya ada kedua orang tuanya yang menatap dia dengan tatapan mengintimidasi.

"Boruto!"

Pria yang dipanggil Boruto itu hanya tersenyum kikuk pada kedua orang tuanya.

"Kali ini apa lagi? Lari ketika masa pemulihanmu masih berlangsung?" Tanya perempuan berambut indigo yang duduk didepannya. Boruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ayolah, Ma... Boruto tak bisa berkutat di depan meja dengan ribuan tumpukan kertas diatasnya." Boruto merengek mengingat masa pemulihannya digunakan untuk belajar bisnis.

"Boruto, mau bagaimanapun kau harus belajar tentang bisnis. Nanti ketika papa pensiun, kau yang akan menggantikannya." Pria dengan surai yang sama dengan Boruto kini mulai bicara.

Boruto menghela napas berat. Serius, tak pernah terpikir olehnya untuk melanjutkan bisnis ayahnya satu ini. Memasuki perusahaan saja sudah membuatnya merinding, apalagi jika harus berurusan dengan kertas kertas itu.

Ia bisa mati muda jika begitu.

Apalagi, ia adalah ahli waris tunggal dari Namikaze Crop. Ayolah, siapa yang tak mengenal perusahaan itu.

Perusahaan yang sudah membuka cabang dimana mana dan bersaing dengan perusahaan perusahan besar lainnya.

Perusahaan itu dibangun oleh Namikaze Minato dan dilanjutkan oleh anaknya Namikaze Naruto. Dan kini, Boruto lah yang harus melanjutkan itu.

"Kalau kau terus kabur seperti ini, maka kami tak ada pilihan lagi." Hinata selaku ibu Boruto itu menatap tajam pada anak nakalnya.

Boruto menajamkan indera pendengaran. Ia berdoa semoga saja keputusan yang dibuat ibunya satu itu adalah yang bagus untuk Boruto.

"Kami akan menjodohkanmu!"

Boruto terbelalak kaget, ia melongo lebar mendengar perkataan kedua orang tuanya itu.

"Nggak nggak! Boruto nggak mau! Apa apaan jodohin Boruto segala. Ma, Pa. Kalo mau ngasih hukuman ya jangan gini juga dong!" Tolak Boruto mentah mentah. Mana mungkin Boruto mau begitu saja di jodohkan.

Perjodohan? Jika saja bukan karena takut dosa, ia sudah menceburkan kedua orang tuanya itu ke tengah laut.

"Oke oke, Boruto bakal belajar bisnis mulai sekarang. Tapi jangan jodohin Boruto oke?" Pinta Boruto dengan wajah memelas.

"Nggak! Kali ini keputusan yang mama buat udah nggak bisa dibantah!" Hinata menjawab dengan tegas pada Boruto.

Boruto menatap Naruto dengan tatapan tolong. Namun, yang ditatap hanya bisa pasrah karena jika istrinya sudah seperti itu, Ia tak bisa mencegahnya lagi.

Sial! Mengapa ayah bodohnya itu sangat takut istri?!

Naruto menatap jam hitam yang terpasang indah di lengan kanannya.

"Papa sama Mama ada meeting bentar lagi. Kamu disini aja baik baik!" Suruh Naruto sambil memasang wajah mengejek.

Boruto mencebik kesal. Hilang sudah harapannya untuk ikut universitas kedokteran. Padahal ia sudah sangat mendambakan hal itu.

Ditambah permasalah perjodohannya. Ahh!! Boruto rasanya ingin menghilang saja dari dunia.

Boruto meninju bantal panda yang ada disampingnya. Terbesit dipikirannya untuk melakukan hal yang biasa dilakukan oleh CEO muda di film film.

Bagaimana jika ia melakukan kontrak saja dengan orang yang akan dijodohkan dengannya nanti?

Tidak tidak, jika ia melakukannya. Ketika masa kontrak itu habis, kedua orang tuanya akan curiga dengannya.

Ia menghempaskan badannya ke sofa. Mungkin tidur bisa menenangkan pikirannya.

Tenang, besok ia akan mulai kembali sekolah setelah 2 minggu masa pemulihannya.

Ia jadi rindu teman temannya dan kelakuan konyol mereka.






























To Be Continue......

Love? [KawaBoru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang