Waktu kini sudah menunjukkan pukul lima dini hari. Gempa membuka matanya perlahan dan ditatapnya atap kamar diatasnya dengan pandangan yang blur. Ia memposisikan dirinya duduk diatas ranjangnya sembari meringis pelan saat dirasakannya sakit dan pening dibagian kepala nya. Ia memegang kepala nya pelan yang kini sudah dibaluti oleh perban.
Kemarin malam, Gempa sudah menyelesaikan kegiatan bersih-bersih rumah serta menyusun perabotan rumah pada tempatnya. Pasalnya Gempa dan Ayahnya memang baru saja pindah kerumah barunya ini kemarin, dan Gempa yang sudah didaftarkan ke sekolah jauh-jauh hari pun langsung memulai aktivitas sekolahnya tanpa ada waktu untuk membersihkan rumah.
Jadi Ayahnya menyuruh Gempa untuk membersihkannya setelah dirinya pulang sekolah. Tetapi Gempa tidak menuruti apa yang dikatakan Ayahnya dan malah pulang terlambat. Karena itulah Gempa pada malam itu membersihkan rumah sembari menyusun perabotan hingga pukul satu malam. Tentu saja setelah mengobati luka-lukanya dahulu.
Gempa mengehela nafas dengan lelah. Sejujurnya ia tidak mau pergi kesekolah jika bisa karena kepalanya benar-benar terasa pening dan sakit. Tapi ia tidak boleh seperti itu, Ayahnya akan marah jika dirinya tidak masuk sekolah. Lagipula ia sudah janji dengan teman-teman barunya untuk makan bersama.
Semangat Gempa mulai muncul kembali saat ia ingat tentang teman-teman barunya disekolah. Benar, ia tidak boleh patah semangat sekarang. Ia masih memiliki teman yang mungkin menunggunya disekolah. Walau teman-temannya itu memang terkesan sangat aneh dan unik, tapi Gempa menyukai mereka. Mereka begitu baik dan perhatian padanya. Karena itu, Gempa tidak boleh membuat mereka kecewa.
Akhirnya Gempa pun memaksakan dirinya untuk turun dari ranjangnya dengan kepala yang masih terasa sakit. Dirinya bahkan hampir saja terjatuh saat berdiri, untunglah ia dengan cepat bertumpu ke sisi meja yang berada disamping ranjangnya sehingga tidak terjatuh sepenuhnya ke lantai.
"Huhh.. Hampir saja.."
Gempa mulai melangkah kembali menuju pintu kamarnya dan dibukanya pintu itu dengan perlahan.
Sunyi.
Rumahnya kini terlihat sunyi. Sepertinya Ayahnya sudah pergi bekerja lagi saat dirinya masih tertidur. Gempa menghela nafas sedih, ia masih merasa bersalah karena sudah membuat Ayahnya marah. Gempa harap Ayahnya akan memaafkannya nanti.
Ia pun berjalan menyusuri lorong lalu melangkah menuruni tangga dengan hati-hati karena keadaan kepala nya yang seperti berputar saat dirinya berjalan. Gempa memasuki dapur sembari berfikir tentang apa yang harus ia masak untuk bekal nanti. Dibuka nya kulkas yang ada didapur itu dan ternyata bahan makanan yang ia punya sekarang menipis. Gempa menepuk dahinya sedikit keras karena ia lupa untuk membeli bahan-bahan makanan semalam.
Tidak ada pilihan lain, Gempa harus pergi ke pasar dan membeli bahan makanan setidaknya untuk seminggu ini. Untunglah Ayahnya sudah memberi uang bulanan pada Gempa, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk memakai uang tabungannya yang susah payah ia kumpulkan untuk masa depannya nanti.
Gempa pun berjalan kembali ke kamarnya dan segera memakai jaket lengan panjangnya yang berwarna coklat. Ia meringis pelan saat lengan jaket itu menggores luka yang ada dilengannya yang memang belum ia baluti perban karena persediaan perbannya habis saat dirinya mengobati kepala terlebih dahulu. Sepertinya Gempa juga harus membeli beberapa perlengkapan medis setelah pergi berbelanja di pasar.
Setelah membawa dompetnya, Gempa pun dengan segera pergi dari rumahnya menuju pasar yang letaknya memang tidak jauh dari kawasan rumah. Dipandangnya banyak sekali orang yang berlalu lalang dipasar itu, terkadang ada juga beberapa yang memandangnya dengan pandangan yang bingung. Mungkin karena dirinya yang memakai perban di kepala seperti orang sakit tapi malah pergi ke pasar. Gempa terkekeh pelan memikirkan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars (Re-Publish)
General FictionGempa merupakan murid pindahan disekolah barunya. Ia kira kehidupan disekolah barunya akan sama saja dengan kehidupan sekolah lamanya. Namun ternyata perkiraannya salah saat bertemu dengan keenam kembar Boboiboy yang diam-diam menginginkan dirinya...