Gempa menghela nafas kecil, "Kenapa keadaannya jadi begini ya..?" Gumamnya saat dipandangnya keenam Boboiboy yang kini sedang duduk manis di ruang makannya.
Taufan tersenyum lebar, memperhatikan sederetan gigi putihnya. "Yaa tidak apa-apa dong, Gempa! Kan lebih baik sarapan bersama-sama biar seru. Dan kebetulan rumahmu lebih dekat dengan pasar, jadi kenapa tidak?"
"Iya aku tau, tapi pada akhirnya kalian malah sarapan dengan makanan yang kubuat. Bagaimana dengan makanan yang kalian sudah beli tadi? Kan sayang kalau disia-siakan." Gempa melangkah menuju meja makannya dan duduk tepat di antara Ice dan Halilintar, tidak menyadari delikan tajam dari Boboiboy lainnya yang terlihat cemburu karena Gempa memilih duduk didekat Ice dan Halilintar.
Ice yang melihat kecemburuan dari saudara-saudara lainnya itu langsung memasang seringai lebar dan dengan sengaja memeluk erat lengan Gempa disampingnya sembari memasang raut wajah licik dan menyebalkan. Hal itu membuat yang lainnya menggeram marah, mereka merutuki Ice dalam hati.
Sementara Halilintar hanya menghembuskan nafasnya lelah karena melihat kelakuan saudara-saudaranya ini yang sangat kekanak-kanakan. Ia menatap kearah Gempa yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya, tidak terlalu mempedulikan Ice yang semakin erat memeluk lengannya yang sebenarnya terasa sakit akibat lukanya yang belum ia obati dengan benar.
"Tenang saja, Gempa. Kami bisa menghangatkan makanan itu untuk nanti malam. Jadi jangan khawatir, makanannya tidak akan terbuang percuma." Jawab Halilintar dengan tenang yang membuat Gempa menghembuskan nafasnya lega.
"Syukurlah kalau begitu." Pasalnya Gempa memang tidak suka jika melihat orang-orang yang menyia-nyiakan makanan ataupun barang. Entah kenapa lama-kelamaan sikapnya ini lebih mirip perempuan yang sensitif akan segala hal. Padahal ia tidak pernah berbaur dengan perempuan sebelumnya. Paling hanya saat berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompok.
"Oh ya ngomong-ngomong kenapa kau membeli banyak sekali perlengkapan medis, Gempa? Apalagi perban. Kau sakit atau bagaimana?" Tanya Ice yang berada disampingnya, masih memeluk lengan Gempa dengan erat.
Bahu Gempa sedikit menegang disaat mendengar pertanyaan dari Ice. Gempa terdiam dan tidak menjawab pertanyaan tersebut. Pikirannya melayang pada kejadian tadi malam. Ia menatap kosong kearah piring yang ada didepannya.
"Gempa?"
Gempa tersentak disaat Halilintar menepuk bahunya. Ia mengedipkan matanya cepat, tersadar dari lamunannya. Ditatapnya Boboiboy bersaudara satu per satu yang kini tengah menatap kearahnya dengan raut wajah yang bingung bercampur khawatir.
"Kau tidak apa-apa, Gem?" Tanya Solar yang berada tepat dihadapan Gempa.
Gempa menggaruk pipinya pelan dan terkekeh gugup, "I-Iya aku tidak apa-apa. Maaf tiba-tiba melamun."
Tingkah Gempa mulai gelagapan. Mengundang kecurigaan dari para Boboiboy bersaudara. Mereka merasa bahwa Gempa saat ini sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak ia ceritakan. Apa mungkin ini tentang luka dikepala nya?
"S-Sudah ayo kita mulai sarapannya sebelum terlambat kesekolah nanti." Ujar Gempa lagi dengan gugup.
Thorn baru saja ingin bertanya sesuatu kepada Gempa mengenai lukanya namun Halilintar langsung menatapnya tajam dan menggelengkan kepala nya, memberi isyarat untuk tidak bertanya sekarang. Thorn pun menghela nafas dan mengangguk.
Mereka pun memulai sarapannya dengan tenang diselingi oleh sedikit candaan dari Taufan serta Blaze. Dilupakannya pertanyaan yang tadi dipertanyakan. Membuat Gempa sedikit lebih tenang dan mulai bisa tersenyum lega. Namun bukan berarti mereka tidak akan mencari tau tentang kebenaran dibalik hal itu kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars (Re-Publish)
General FictionGempa merupakan murid pindahan disekolah barunya. Ia kira kehidupan disekolah barunya akan sama saja dengan kehidupan sekolah lamanya. Namun ternyata perkiraannya salah saat bertemu dengan keenam kembar Boboiboy yang diam-diam menginginkan dirinya...