Part 16

377 20 67
                                        

"Aku mohon kerja samanya, jangan memberontak," ucap Diga.

"Aku mau! Aku akan memberikan kesaksian yang sebenarnya tapi jangan menuduhku," jawab Naya cukup keras.

"Menuduh? Apa yang kau maksud? aku hanya memintamu lakukan tes itu," tegasnya.

"Dengan melakukan tes kesehatan itu, sama saja kau menuduhku sebagai pecandu obat-obatan," bantahnya.

"Mengapa kau selalu curiga terhadap apa pun-" Naya terdiam mendengar ucapan Diga dan menyadari kesalahannya.

"Terserah lupakan kita saling mengenal, kumohon kooperatif dalam kasus ini, kau saksinya, jika kau menolak kau dicurigai sebagai kaki tangan pelaku." Diga melirik memberi isyarat kepada anak buahnya lalu keluar dari ruangan interograsi.

"Hey, apa maksudmu aku baru bertemu dengannya setelah sekian lama, kau-".

Naya menendangkan kakinya ke udara karena kesal melihat tingkah Diga, namun anggota lainnya hanya menenangkan dan mengajaknya keluar menuju rumah sakit untuk melakukan tes kesehatan yang dimaksud.

Tes kesehatan itu dibutuhkan karena pengakuan Rama bahwa ia dan Rosita sering mengkonsumi bersama bahkan saling suntik obat penenang tersebut.

Naya melirik Rama yang ada di sebelahnya ia menatap penuh curiga terhadapnya, selama di perjalanan ke rumah sakit ia terus memikirkan sikap Rama yang ia kenal mana mungkin bisa membunuh kekasihnya sendiri.

"Apa benar kau melakukannya?" tanya dalam hatinya.

"Mengapa kau tega terhadapnya, bukankah kau sangat mencintainya?" tanyanya lagi.

"Sudah sampai," suara anggota yang menyetir mobil. Semua anggota yang ditugaskan mendampingi saksi langsung membuka mobil dan menggiringnya masuk ke lobi rumah sakit.

Silau kamera tiba-tiba saja membuat Naya mengerjapkan matanya lalu sadar dan menundudukan kepalanya.

"Wartawan," katanya.

Petugas masih menggandeng tangan Naya terus menarik untuk berjalan cepat, namun tertahan karena Naya yang enggan bergerak dari berdirinya saat ini.

Naya ingin sekali pergi dan hilang saat ini apalagi saat segerombolan wartawan semakin mendekat.

Tiba-tiba saja ada kain yang cukup kasar menimpa kepalanya, hingga Naya tak bisa melihat apa-apa yang ia rasakan hanyalah gelap dan pengap, tangan kanan Naya ingin menarik kain itu.

"Tenanglah aku bersamamu," ucap seseorang menyentuh kedua bahunya lalu menariknya lembut berjalan.

Mendengar suara itu Naya merasa lebih tenang dan dengan sukarela mengikuti langkahnya.

"Bagaimana tanggapan anda sebagai ketua tim dari kasus ini?" ungkap seorang wartawan.

"Apa benar mendiang Rosita bunuh diri? Atau ada kemungkinan dibunuh?"

"Pak,"

"Pak,"

"Apa benar pak kedua saksi ini dulunya adalah sepasang kekasih?".

Tiba-tiba saja langkah Naya terhenti mendengar pertanyaan itu, bagaimana hubungannya di masa lalu bisa terlibat dengan kasus ini, namun sangatlah masuk akal siapa pun akan menduganya seperti itu.

Diga yang sedari tadi melindungi dan merangkulnya berjalan merasakan bahwa langkahnya terpaksa berhenti, ia menyadari bahwa Naya tak nyaman dengan pertanyaan wartawan ini.

Diga terpaksa berhenti sejenak dan menghadapi awak media dengan keadaan yang sangat tidak nyaman baginya, sekali lagi ia melirik wanita di sebelahnya "tak ada pilihan lain."

XReporter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang