B

4.9K 745 244
                                    

Gadis kecil itu mengatakan bahwa namanya Yoo Mia dan dia adalah adik perempuannya. Yoo Joonghyuk percaya padanya.  Tidak ada ingatan tentangnya namun saat gadis itu tersenyum padanya, dia langsung yakin.

Seperti bagaimana dia tahu bahwa Kim Dokja adalah miliknya.

Istri serta adik perempuannya.

Yoo Joonghyuk merasa lebih diberkati dalam regresi ini. Ini adalah regresi ketiganya, Kim Dokja yang memberitahunya.

Mereka duduk di depan api unggun. Mia ada di sisinya saat gadis kecil itu mengoceh tanpa henti, hanya senang berada di sisinya. Dia berbagi sentimen.

"Hei."

Joonghyuk melihat ke kanan, mengangkat alisnya.  Kim Dokja bergeser dengan tidak nyaman di tanah, duduk di dekat Joonghyuk.  Matanya beralih ke mana-mana, asal tidak pada Yoo Joonghyuk.

"Ada apa ?"  Suaranya melembut saat dia berbicara kepada istrinya.  Anehnya, Kim Dokja merasa gelisah di sekitarnya.  Kim Dokja bertingkah seolah tikus yang terjebak. Yoo Joonghyuk tidak menyukai apa yang dia saksikan.

Nada suara Kim Dokja terdengar tidak yakin setiap kali dia berbicara dengannya.  Cara dia menolak untuk menatap mata Joonghyuk. Lalu bagaimana dia terlalu waspada saat berada di dekat Yoo Joonghyuk.

Dia ketakutan. Itu pasti satu-satunya alasan.

Apakah dia... apakah Yoo Joonghyuk suami yang buruk bagi Kim Dokja

Apa aku pernah menyakitinya sebelumnya? 

Apakah Aku bersikap kejam padanya?

Yoo Jonghyuk merasakan beban di dadanya saat pikiran-pikiran itu berputar-putar di benaknya.

Dia menatap Kim Dokja lagi.  Pria itu berada dekat dengannya namun masih ada celah di antara mereka dan Jonghyuk membenci itu.

Tempat Kim Dokja ada di sisinya.

Jadi Yoo Jonghyuk merangkul pinggang Kim Dokja - pria itu megap-megap karena terkejut - lalu Yoo Jonghyuk menariknya lebih dekat.  Dengan lembut.  Dengan penuh perhatian.  Sampai tidak ada jarak di antara mereka.  Hingga Yoo Jonghyuk yakin Kim Dokja bisa merasakan panas melalui kulitnya.

Dia membungkuk lebih dekat dan mencium bagian puncak kepala istrinya.  Yoo Jonghyuk bersumpah dia tidak akan pernah menyakiti pria ini.

Ketika dia bergeser sedikit untuk melihat wajah Kim Dokja, senyum lembutnya terputus-putus melihat ekspresi runtuh di wajah istrinya.

"Apa ada yang salah?"  Tanya Joonghyuk.  Suaranya lirih. Bagaikan Gumpalan di antara angin. Dia menyisir surai hitam dari dahi Kim Dokja lalu menyisipkannya ke samping.

Joonghyuk menemukan mata Dokja dan dia tersenyum pada pria yang lebih kecil.  Sepertinya dia menemukan setitik debu kosmik yang tersembunyi.  sekilau emas.  Sebuah harta karun.  Harta karun yang tidak mampu diraih. Kim Dokja.

"Jangan bersembunyi dariku," Jonghyuk bergumam.  "Katakan padaku apa yang salah."

Kim Dokja ragu-ragu. Dia lalu membuang muka.  "Kita bukan... Joonghyuk, kau tidak melakukan hal semacam ini. Setidaknya, tidak untukku."  Kim Dokja terkekeh. 

Tidak ada kegembiraan dalam nada suaranya.  "Selain itu, kalau kau mengingat semuanya, kau hanya akan membenciku lagi."

Tidak.

Tidak akan pernah. 

Dia bisa merasakan tatapan Mia padanya, mengawasinya dengan tenang.

"Tidak mungkin," jawab Joonghyuk dengan mudah.

Kim Dokja berkedip.  Dia menyeringai kecil.  Kewaspadaannya masih ada.  "Bagaimana kau bisa begitu yakin?"

Joonghyuk hanya mengangkat bahu.  "Karena pertama kali aku melihatmu di ruangan itu, aku tahu tidak ada apapun di alam semesta ini yang sepadan dengan hidupmu."

★★★

"Skenario utama berikutnya akan dimulai dalam dua minggu lagi."

"Tentu," jawab Jonghyuk. Dia mencium pipi Kim Dokja sambil memoles pedangnya.

Kim Dokja berteriak. Ada sebuah awan kecil melayang di dekat istrinya.  Senyum Kim Dokja sangat lebar dan tulus.

Yoo Jonghyuk merasa sedikit cemburu.

"Biyoo,"kata Kim Dokja manis.

"Baat!"kata si awan kecil.

Jonghyuk berkedip.  Bayi dokkaebi.  Hah.  Jika itu membuat Kim Dokja senang, dia tidak akan mempertanyakannya.

"Kenapa di sini?"  dia mempertanyakan.

Awan kecil itu memberinya pandangan.  "Baat!"  ia mengatakan.

Baiklah kalau begitu.

Kim Dokja tersenyum padanya.  "Ini putriku, Biyoo."

"Oh," kata Joonghyuk, "Putri kita, maksudmu."

"Apa? NGGAK ! Milikku," Kim Dokja kaget.

"Baat!"

"Milik kita," balas Joonghyuk.

"Baat!"

★★★


Lee Gilyoung dan Shin Yoosoung tidak berhenti memelototinya.  Anak nakal sialan.

Sayangnya, Kim Dokja telah mengadopsi anak-anak ini. Menetralkan mereka bukanlah pertanyaan.  Jangan sampai Joonghyuk membuat istrinya sengsara.

Dia merasakan tendangan di pergelangan kakinya.  Joonghyuk melihat ke bawah untuk melihat Gilyoung mengiriminya tatapan dingin lagi.  Yoosoung ada di belakangnya, menirukan kemarahan temannya.

"Kau menyakitinya lagi, aku akan memberimu serangga. Pelan-pelan dan menyakitkan, dari dalam hingga ke luar sampai semuanya memenuhi tulangmu," dia memperingatkan.

Shin Yoosoung tidak mengatakan apa-apa tetapi dia tidak meragukan gadis kecil yang jahat itu juga sama meremehkan seperti Lee Gilyoung.

Kim Dokja benar-benar memiliki banyak orang yang memujanya.  Orang-orang  yang akan pergi ke neraka lalu kembali untuknya.  Itu cukup menjelaskan mengenai pria macam apa istrinya itu.

Jonghyuk merasa hangat dengan kebenaran itu.

Kali ini, Yoosoung yang menendang kakinya.  Jonghyuk tsks.  "Aku mengerti. Sekarang pergilah."

Keduanya menggeram padanya.
Menggeram

Mereka berbalik lalu melompat bersama.

Yoo Joonghyuk benci mengakuinya tapi itu cukup menghangatkan hati.  Dia juga setuju untuk menjadikan mereka sebagai anak angkatnya.

★★★


"Ngomong-omong, aku adalah Rasi Bintang."

"Aku mengerti."

"..kau tidak marah?"

"Perkara sepele untuk marah. Kau istriku. Kau bisa jadi adalah gurita kecil dan aku masih menginginkanmu."

"Oh."

Abendrot  by OldeShoestringsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang