Sirine itu berbunyi nyaring sepanjang jalan. Beradu dengan suara kendaraan lainnya yang ikut berlalu lalang. Rombongan mobil dengan garis strip hitam putih itu berhenti dengan membuat lingkaran mengelilingi seorang pria yang nampak mematung dengan pakaian basah kuyup di perempatan jalan.
Para pria berseragam lengkap keluar dari dalam mobil dan dengan serentak mengeluarkan pistol lalu mengacungkannya pada pria di depan sana.
Ekspresi takut sekaligus penasaran terlihat dari wajah orang-orang yang ikut menyaksikan penangkapan itu dari pinggir jalan.
"Kim Jung Myeon, kau tertangkap!! Jangan bergerak atau kami akan menembakmu!" Seruan tegas dari seorang polisi yang berdiri di barisan paling depan.
Pria itu mengangkat tangannya perlahan seraya gelisah memutar bola matanya mencari seseorang. Ia tersenyum dan bernapas lega saat menemukan seorang wanita yang berdiri di barisan para polisi, menatapnya dengan dingin.
"Kau harus melakukannya!" Gerakan bibir pria itu dapat terbaca oleh penglihatan wanita tersebut. Membuat ekspresi wanita itu langsung berubah. Tatapan dingin itu berubah nanar. Matanya memerah dengan napas yang tiba-tiba menjadi sesak. Wanita tersebut mencoba mengadah dan mengerjap beberapa kali, berusaha menahan air matanya agar tak tumpah membasahi pipi.
Hujan kembali turun, setelah hampir setengah jam reda. Kilatan cahaya dan suara gemuruh awan hitam yang saling bertabrakan di langit gelap, membuat malam ini kian menakutkan.
Para polisi mulai melangkah perlahan mendekat dengan senjata api yang siap menembak, jika pria itu melakukan gerakan yang mencurigakan.
"Kau bisa melakukannya!" Lagi-lagi pria itu menggerakan bibirnya, memberitahukan pada wanita di depan sana jika dia siap. Untuk keputusan akhir yang telah mereka sepakati sebelumnya.
"Lakukanlah! Demi aku dan mereka berdua!"
Wanita itu menelan ludahnya kasar. Dadanya benar-benar sesak melihat ucapan yang dilontarkan pria itu. Ia tak mampu lagi menahan air matanya yang menumpuk di kelopak mata. Krisytal bening itu mengalir bersama air hujan membasahi pipi. Wanita itu mencoba untuk tetap diam agar tak ada yang memperhatikannya. Ia mencoba menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan. Diulanginya beberapa kali untuk menguatkan diri.
Di saat dirinya siap, ia kembali menatap pria di depan sana--kali ini dengan rahang yang mengeras. Tangannya yang sedikit bergetar, mulai terangkat. Mengarahkan pistol yang berada digenggamannya, ke arah pria tersebut.
Pria itu tersenyum melihat tindakan wanita tersebut. Dalam hatinya, ia berkata tidak akan pernah menyesali apapun yang dilakukannya selama ini dan dirinya juga tidak akan pernah menyesal mengakhiri hidupnya seperti ini.
Ia menggangguk pelan, memberi kode pada wanita tersebut sebelum pada akhirnya menurunkan tangannya dan mencoba memberikan gerakan mencurigakan dengan meraba saku dalam jaketnya. Semua polisi langsung bersiap menarik pelatuk senjata mereka, tetapi wanita tersebut telah mendahului semuanya. Pelurunya telah meluncur dengan bebas dan bersarang tepat di jantung pria di depan sana.
Tubuh pria itu limbung, rasa panas dan nyeri menjalar di seluruh tubuhnya. Tapi aneehnya ia merasa senang. Kepalanya mulai pusing, penglihatannya mulai mengabur, tetapi dirinya masih bisa menangkap sosok wanita yang amat dicintainya tersebut berdiri di depan sana sambil menangis. Senyum bahagia itu terukir di wajahnya untuk terakhir kalinya, sebelum tubuh itu jatuh tak berdaya dengan mata tertutup.
"Saranghae, Hyo Rin-a!"
****
"Jangan salahkan cinta, tapi salahkan takdir yang tidak ingin kita bersama."
****
12 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Boom
FanfictionKim Ha Ye seorang gadis muda yang harus menjalani hidup kerasnya sebagai agen mata-mata Korea Utara menggantikan ayahnya yang tewas di Korea Selatan. Gadis cerdas itu, harus berpura-pura menjadi sosok culun dan bodoh di lingkungan barunya. Dengan id...