Bab 01

24 7 8
                                    

Taksi biru muda yang mereka tumpangi pun memperlambat laju, memasuki sebuah kawasan perumahan. 'Griya Pondok Hijau', tertulis pada gerbang masuk kumpulan pemukiman tersebut. Gadis itu meluruskan punggungnya pada sandaran kursi, melirik ke luar kaca mobil. Mempelajari satu per satu bangunan bergaya modern minimalis yang berjajar di sepanjang sisi jalan.



Tepat di depan pagar besi hitam taksi yang mereka tumpangi akhirnya berhenti, pun embusan napas panjang ia desahkan. Nerine turun dari mobil, berdiri memandangi rumah dua lantai bercat abu-abu itu tanpa ekspresi. Gadis itu tahu Tante Safiya memiliki penghasilan yang cukup, tetapi tinggal sendirian di rumah lumayan besar seperti ini, apa ia tidak merasa kesepian?



Pikirannya melayang sejenak pada nasib sang tante yang tak lama diceraikan sang suami karena alasan yang tak ia mengerti. Membuang pikiran yang tak seharusnya menelisik, gadis itu berdecih. Toh apa yang dialami tantenya tak sebanding dengan kehilangan yang Nerine tanggung.



Mati rasa, bukankah seharusnya ia bersikap seperti itu? Tak menaruh kasihan atau malah membandingkan perih dengan satu-satunya orang yang rela bertanggung jawab sebagai pengganti orang tuanya. Tak menjadikan simpati sebagai dasar tiap pemikiran dan tindakannya sekarang, berarti ia telah berhasil menciptakan pribadi yang baru.


"Ayo masuk, Sayang."

Ajakan lembut Tante Safiya membangunkan Nerine dari lamunan kecilnya. Ia terpaksa mengalihkan perhatian, menarik koper hitam yang ia bawa memasuki pelataran rumah. Nerine tak membawa banyak, hanya beberapa barang yang menurutnya penting .


Barisan paving block menuntun langkah gadis tujuh belas tahun itu, beredar pandangannya mengamati suasana sekitar. Taman kecil di sisi kiri jalan masuk menyambutnya dengan pemandangan hijau, menawarkan sudut kecil yang asri. Mungkin karena konsep dan nama perumahan ini, tak heran jika hampir setiap unit rumah dilengkapi dengan pekarangan hijau.



Tak acuh, Nerine kembali meneruskan langkah. Berhenti ia di depan sebuah garasi terbuka. Mobil sedan hitam terparkir rapi di sana. Tak berpikir banyak, gadis itu kembali mengikuti langkah Tante Safiya ke arah pintu masuk. Pintu kayu besar menyambutnya kokoh.



"Selamat datang di gubuk kecil milik tante, Sayang. Semoga Nene betah tinggal di sini," girang Tante Safiya sesaat setelah mendorong pintu terbuka.



Nerine mengangkat sudut bibirnya terpaksa, kalimat merendah sang tante terdengar begitu konyol. Gadis itu melewati pintu masuk tanpa berucap sepatah pun.


Suasana monokrom ia temui, dinding putih, perabotan berwarna hitam putih pula, hingga karpet lantai berwarna abu-abu. Beberapa pot tanaman monstera terlihat di tiap sudut dan hiasan dinding bertema tanaman hijau nampak menghidupkan suasana. Terlihat nyaman menurut Nerine, tetapi apa ia mampu bersahabat dengan atmosfer rumah ini?


"Di mana kamar Nene, Tante?" Gadis itu bersuara usai berkeliling di lantai satu.



Tante Safiya pun tersenyum lembut, menuntun gadis itu menyusuri tangga menuju lantai dua. Di sisi kiri tangga kamarnya terletak, berseberangan dengan kamar sang tante yang berada di ujung ruangan. Rasanya sudah tidak sabar perempuan itu untuk menunjukkan di mana letak kamar sang keponakan, berharap gadis itu menyukai dekorasi kamar yang sudah ia siapkan beberapa waktu lalu.


"Tada...!" Tante Safiya membuka pintu kamar baru Nerine dengan bungah.


Nerine mungkin tak terlihat sama antusiasnya, tetapi gadis itu sedikit menyunggingkan bibir untuk menghargai.


Satu hempasan napas lega menjadi respon, mendapati atmosfer monokrom kembali menyapa netranya. Untung saja Tante Safiya tidak mengecat kamar gadis itu dengan warna ceria seperti merah muda atau oranye. Warna-warna yang mungkin sangat disukai gadis remaja seumurannya. Tidak, Nerine tak lagi memanifestasikan simbol keceriaan seperti itu dalam kesehariannya. Tidak lagi semenjak hidupnya tak lagi berwarna tanpa kehadiran orang tuanya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Butuh Dua Hal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang