.
.Sedari tadi hanya decakan kesal yang keluar dengan raut yang mengeras masih menjadi ekspresi wajah Lee Haechan paska rapat sedari pagi dan tanpa progres yang terjeda makan siang.
Di meja kantin itu bahkan hanya hening. Mereka baru saja sampai di kantin FSRD yang memang gedungnya depan-belakangan dengan fakultas ekonomi dan bisnis. Alasannya bosan dengan menu kantin, padahal sebenarnya hanya akan-akalannya Jaemin.
"Renjun!"
Nah, sudah jelas ada batu di balik bakwan. Yang dipanggil menoleh, niatnya pesan es teh untuk menghilangkan hausnya harus tertahan ketika Jaemin memberikan kode dengan dagunya pada sosok yang dimaksud.
Lalu ketika manik rubah Renjun bergulir, dia langsung paham maksudnya.
"Chan...." Sapaan halus dan usapan pada bahu itu setidaknya membawa kembali sedikit wajah bersahabat Lee Haechan ketika manik keduanya bertemu.
“Ren, temenin.”
Coba kapan Haechan yang ga ada takutnya ini minta ditemenin. Renjun hafal sih pasti ada maunya, terlebih arah tujuannya mereka tuh….toilet.
“Anjir, Chan. Sumpah ga elit amat, sih.”
“Bawel. Namanya juga kepepet.”
Renjun hanya sempat mendengus singkat karena keduluan bibir tebal Haechan menyapa bibirnya. Di balik bilik toilet, lumatan terburu dari Haechan tetap terasa menggelitik perutnya. Renjun kalah telak dengan dominasi Haechan yang makin menghimpitnya ke dinding.
Deru napas Renjun meraup oksigennya rusuh ketika pagutan mereka terlepas. Manik keduanya menelisik satu sama lain sebelum Renjun alih bersandar pada bahu bidang Haechan.
“Nanti pulang bareng. Masih ada kelas, ‘kan?”
Yang ditanyai hanya mengangguk singkat dalam pelukan Haechan sembari mengatur napas dan merutuki dalam hati, untung toilet fakultasnya elit. Ga sia-sia mama papa bayar semester mahal banting tulang di China.
"Sorry, tadi ada adek tingkat nannya, jadi ngobrol dulu di lobby." Renjun baru saja menutup pintu mobil Haechan yang nampaknya sudah nangkring lama di parkiran.
Hanya gumam menanggapi sambil merapikan surai renjun yang teracak karena sepertinya ia berlari tadi. "Jangan lari-larian, Ren."
Cengiran lebar mengembang membuat pipi bulatnya terangkat, "Kita jadi nonton, 'kan?" Lanjutnya.
Binar polos Renjun membuat Haechan gemas setengah mampus. Membawa rangkulannya pada leher Renjun itu mendekat memangkas jarak.
Bibirnya memagut perlahan ranum manis kesukaanya. Menyesap dan bermain lidah di mulut hangat lelaki manisnya.
'Tok Tok'
Haechan terdorong mundur ketika bunyi ketukan pada jendela mobilnya sangat tidak tepat waktu mengganggu mereka.
"Apa?"
Serba salah tingkah. Baik si adik tingkatnya Lee Haechan maupun laki-laki lain di sampingnya yang wajahnya sudah merah merona. Cuma Haechan doang yang tampangnya galak sepet bener.
"Aduh bang, sorry ganggu. Gua gatau."
Kalau Haechan sih udah jelas emang hobi nyosor Renjun di mana-mana. Tapi, Renjun juga sebenernya kadang ga tahan liat Haechan yang gantengnya gak kira-kira.
Kayak sore ini, Renjun lagi nyangkut di rumah keluarga Lee cuma sekedar main bareng mama karena Haechan nanti emang udah izin mau main sama temen-temennya.
Haechan tau tatapan mata yang Renjun berikan sejak tadi hingga keduanya keluar pintu rumah.
"Kalo mau cium ya cium aja kali, Ren."
Setelahnya, Renjun mengambil ciumannya di bibir Haechan. Memagut bibir tebal dominannya berantakan. Mengalungkan dua lengannya di leher Haechan dengan ujung kakinya yang berjinjit.
Pagutan itu terlepas sebentar karena Renjun yang kehabisan napas. Haechan kira Renjun sudah selesai, tapi ketika ia ingin melepaskan pelukannya Renjun cepat-cepat menggeleng ribut dan menarik Haechan untuk merunduk membawanya kembali dalam pagutan.
Usapan di pinggang Renjun mengiring lengguhan tertahan dari si manis. Renjun masih belum puas. Kayaknya Haechan bakal pilih mangkir kalau Renjunnya lagi seagresif ini.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Botol Nigrinti [HyuckRen]
Fanfictionlallalalala. Isinya manis kayak nigrinti rasa madu. Tapi tetep aja pait gara gara daun teh hijau pilihan.