.
Renjun mengedip menyesuaikan cahaya dan tangannya reflek menggapai si sumber bunyi yang mengganggu tidurnya. Kesadarannya masih setengah-setengah ketika menerka apa yang menempel di punggungnya ini. Ya ga kaget sih, cuma jaga-jaga itu penting!
Karena seingatnya ia cuma tidur sendirian kok tadi malam, horor aja pagi-pagi gini ada makhluk main peluk. Gak sopan. Pengecualian untuk oknum dengan inisial Lee Haechan, sih.
Tapi ya sudah lah, ga baik emosi pagi-pagi. Akhirnya cuma hela napas saja sebelum memutuskan untuk beranjak, antara lega atau jengah. Tapi refleksnya tetap meninggalkan sebuah kecupan di dahi dan usapan di pipi pemuda di sampingnya.
Haha, refleks apa refleks?
÷
Masih ada sisa empat jam lagi sebelum kelas siangnya mulai. Berujung rebahan dan scrolling timeline memang pilihan paling epic. Biar kata ga ada yang menarik, valuenya tetap terasa lebih besar ketimbang jadi produktif.
"Njun!!!"
Suaranya Nana di seberang sana langsung ribut ketika Renjun menggeser ikon hijau di ponselnya.
Renjun mendengus, "Pagi juga loh, Jaem. Kalo telfon tuh salam dulu bisa kali!" Pokoknya kuping Jaemin harus pengang! Soalnya telinganya dibikin sakit.
"Pagi kepalamu! Udah mau siang gini!" Haduh, gasnya di balikin.
"Oke. Pokoknya harus penting." Gak bakal kelihatan juga, tapi tampangnya udah kayak mau bikin perjanjian aja si Renjun ini.
"Haechan ada sama lu?"
"Gila, ga penting sih. Tap iya, masih tidur anaknya. Kenapa?"
"TUH KAN! KEBIASAAN! Orang udah ditungguin anak-anak mau rapat malah asik kelonan. Tolong bangunin pokoknya buruan!"
Udahlah gak salam pembuka main asal suruh aja Na Jaemin tuh.
Dengan terpaksa dirinya bangkit. Masih agak kesel sih, pengennya nabok muka Jaemin tapi jauh.
Jadi, gantinya nabok punggung lebar Haechan aja lah.
"Buruan bangun ada rapat malah mangkir!"
Haechan itu populer, selain karena status jabatannya sebagai ketua hima fakultas ekonomi-bisnis, ya juga karena sifat social buterflynya. Meskipun ya gak sampai semua mahasiswa di sana harus tau dia juga.Tapi memang sepopuler itu sih, sampai-sampai bisa ada maba yang nekat mencegatnya di tengah loby menuju kantin pas kelar rapat menjelang sore. Kampret lagi temen-temennya malah ninggalin dia. Sabar.
Niatnya mau cepet pesen makan malah kena cegatan. Udah mah ga sarapan malah bonusnya ditampol Renjun lagi.
Bukannya Haechan sok ngartis, cuma ketara banget nih bocil mau ngapain dari gelagatnya. Segala malu-malu kucing sambil ngasih satu tempat bekal rumahan ke arahnya, "Kak, aku buat sendiri bekel buat kakak. Dimakan ya, kak? Kakak pasti belum sempet makan siang kan. Aku..aku,"
"Eh, sorry nih, dek. Bukannya ga mau ngehargain. Tapi ada hati yang harus saya jaga. Maaf ya, duluan."
Ada untungnya juga si, temen-temennya ngibrit duluan. Kalo ga jelas bakal polusi udara dia diceng-cengin.
Heran. Kurang ngumbar kemesraan bareng Renjun apa gimana ya, Haechan bingung.
Langit sudah menguning hari itu. Tapi kegiatan rutin setiap Sabtu di lapangan futsal FEB baru nampak akan selesai ketika para pemain kini mulai melipir ke pinggir-pinggir lapangan."Maaf ya, nunggu lama?" Katanya ketika mengambil minumnya dari tangan Renjun.
Hanya dibalas gelengan kecil dari yang ditanya sembari tangannya terangkat menyeka keringat dahi Haechan dengan handuk yang dibawanya. Udah hafal Renjun, kalau ga dimanjain gini Haechan sukanya caper alias ada aja usilnya yang bikin dia naik darah.
"Tunggu ya aku beresin dulu. Nanti mampir makan, baru pulang." Satu kecup di pipi kanan Renjun menyelesaikan percakapan itu dan oknum Lee Haechan melesat pergi seperti izinnya tadi.
÷
Tak seberapa lama sampai Haechan kembali dengan kaos dan celana jeans hitam yang lebih fresh. Menenteng sepasang sepatu futsalnya dan ransel hitam di bahu kanan, sedangkan yang menjadi alas kakinya hanya sandal.
Tidak perlu dipanggil lagi, Renjun berdiri dari duduknya, "Chan, mau ayce ya?"
Rangkulan pada bahu menarik Renjun merapat untuk kembali dapat kecupan di pelipis.
"Iya, sayang."
.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Botol Nigrinti [HyuckRen]
Fiksi Penggemarlallalalala. Isinya manis kayak nigrinti rasa madu. Tapi tetep aja pait gara gara daun teh hijau pilihan.